Yang jelas dalam reformasi telah terjadi suatu peristiwa yang besar, yaitu PEMBAHARUAN. Melihat sejarah masa lalu, sejak agama Kristen diresmikan sebagai agama yang sah di negara Romawi (abad ke-4) sampai berkembang menjadi agama negara, dan terus mentradisi sampai sekitar abad ke-16, gereja telah mengalami resesi hebat hampir dalam segala bidang. Martin Luther dengan 95 dalilnya telah berperan sebagai salah satu tokoh reformator pada zaman itu.
Reformasi telah terjadi, namun demikian bukan berarti semua masalah telah lenyap. Sama sekali tidak. Manusia tetap diwarnai dengan dosa-dosa dalam perbuatannya, banyak perpecahan yang berulang kali terjadi setelah reformasi, sehingga kesimpulannya Reformasi tidak pernah boleh berhenti dalam sejarah manusia.
Namun apa yang paling pokok terjadi pada hari Reformasi waktu itu adalah pernyataan 3 hal prinsip Iman Kristen, yaitu Sola Fide, Sola Gratia dan Sola Scriptura. Keselamatan bukan melalui perbuatan atau usaha manusia, tetapi hanya melalui iman kepada Tuhan Yesus, serta merupakan anugerah yang diberikan secara cuma-cuma. Alkitab adalah Firman Allah, satu-satunya landasan kebenaran untuk segala pengajaran Iman Kristen dan berotoritas mutlak dalam setiap aspek kehidupan.
Yohanes Calvin meneruskan misi pembaharuan untuk memurnikan ajaran gereja dari segala penyelewengan yang dilakukan. Doa untuk orang mati, kesempatan bertobat setelah mati, meminta pertolongan kepada orang yang sudah mati, konsep tentang kepala gereja di dunia, tentang unsur mistis dalam perjamuan kudus dan ajaran lainnya ditolak dengan tegas.
Yang jelas, REFORMASI itu diijinkan Tuhan terjadi agar semua gereja melihat pentingnya saling mengoreksi dan memeriksa diri serta tidak merasa diri yang paling benar. Sampai hari ini pun tidak ada gereja yang sempurna tanpa kelemahan dan kekurangan.
REFORMASI tidak hanya terjadi dalam masalah gereja, tetapi juga dalam kehidupan pribadi orang Kristen serta lingkungannya. Yang pasti setiap orang Kristen meskipun secara status telah disebut sebagai orang kudus, ia tetaplah orang yang masih punya dosa-dosa, kelemahan, kekurangan dan keterbatasan. Karena itu dalam perjalanan hidupnya ia harus mengalami PEMBAHARUAN secara pribadi terus-menerus (II Kor 3:18b, 4:16, Efesus 4:23, Kolose 3:10).
Kehadiran orang Kristen bagi lingkungannya digambarkan sebagai garam dan terang. Garam untuk menggarami yang tawar, sedang terang untuk menerangi yang gelap. Semua ini menunjukkan, bahwa di mana pun orang Kristen hadir, ia harus membawa pengaruh PEMBAHARUAN bagi lingkungannya. Dunia ini memang semakin bobrok, Alkitab sudah menubuatkannya, namun bukan berarti bahwa orang Kristen ikut berjuang menambah kebobrokan di dunia ini.
Meskipun dunia semakin bobrok, namun sejarah tetap mencatat terjadinya pembaharuan-pembaharuan, antara lain: runtuhnya komunisme, Uni Sovyet dan tembok Berlin, kemerdekaan berbagai negara yang dijajah, jatuhnya Hitler dan pemerintahan diktator lainnya.
Akhirnya, untuk mengingat sejarah reformasi, kita perlu bertanya kepada diri kita masing-masing. Pertama, sudahkah kita mengalami PEMBAHARUAN terus-menerus secara dinamis dalam hidup pribadi kita ? Kedua, tindakan konkrit apa yang kita lakukan untuk menanggapi PEMBAHARUAN yang sudah Tuhan kerjakan dalam hidup kita ? Ketiga, sudahkah kehadiran kita, di mana pun kita berada, membawa pengaruh PEMBAHARUAN yang nyata bagi lingkungan kita ? Kiranya kita bukan menjadi penonton tokoh-tokoh PEMBAHARUAN, tetapi boleh menjadi PELAKU PEMBAHARUAN. Amin.
Pdt. Ir Andi Halim, S.Th
Referensi :
Buletin Lembaga Reformed Injili Indonesia “REFORMATA” 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar