Selasa, 16 November 2010

DEMOKRASI, KEBEBASAN atau KE SERBA BOLEHAN

Opini, Haris Subagiyo

Arus besar reformasi yg mengagendakan perubahan mendasar di negara kita sekarang ini harusnya kita sepakati untuk diletakkan sebagai kerangka membangun negara yg kuat dan beradab.
Terminologi demokrasi : adalah sistem manajemen kekuasaan yang dilandasi oleh nilai-nilai dan etika serta peradaban yang menghargai martabat manusia
Namun oleh sebagian orang demokrasi diartikulasikan sebagai semangat demonstrasi,  
kebebasan menyampaikan pendapat dimaknai sebagai keserba bolehan menuntut hak.
Satu hal : demokrasi tidak selayaknya di intepretasikan secara subyektif.
Kita setuju dengan dinamika reformasi terus dikobarkan bagaikan api yang menyala nyala  Tetapi api yang tak dapat dikendalikan justru akan membahayakan banyak orang. Betapa tidak menyedihkan wajah demokrasi negara yg mencitrakan diri sebagai bangsa yg beradab tetapi tak pernah lelah mempertontonkan demonstrasi anarki.Apakah layak simbol keberadaban berbanding terbalik dengan realitas kekerasan?
Lihatlah kaum intelektual yg kaya dengan konsep panas, gagasan mentah bahkan kekuatan aliran darah muda mengekspresikan ke ilmuannya di jalanan dengan nada sinis, kasar bahkan berani adu jotos dengan mereka yg berani menghalanginya .Wooow .bak pahlawan negara; bedanya jaman dulu bawa bambu runcing sekarang bawa batu. dulu yg dihadapai bangsa asing sekarang saudaranya sendiri. Demokrasi saat ini lebih nampak dengan keberanian boleh berbicara keras bahkan seenaknya atas nama demokrasi dan membela hak rakyat.
Media elektronik khususnya setiap hari menjual berita yg kontennya dominan destrukstif dan provokatif terhadap pemerintah hanya supaya punya nilai layak jual tinggi karena memantik animo masyarakat tanpa mempertimbangkan kualitas edukasi pada masyarakat dan kontruksinya pada tata kelola negara yg baik
Alasan klasiknya bahwa rakyat berhak mendapatkan hak untuk mengetahui informasi apa saja tanpa mempertimbangkan relevasinya kebutuhan masyarakat serta dampak positifnya pemberitaan tersebut sama saja dengan publikasi murahan.
Apa relevansinya tontonan pertikaian politik pemimpin negara dengan pemberdayaan ekonomi rakyat, bahkan hal-hal yg tidak prinsip seperti baju presiden dikupas habis habisan seperti telah kehabisan materi tayang. Demokrasi yg menggelinding secara liar tidak menginvestasikan kekuatan apapun untuk membangun negara ini, renungkan !
1. Demokrasi bukan demo anarki, mau dibawa kemana negara kita?
2. Demokrasi tanpa nurani adalah egoKREASI
3. Demokrasi mengabaikan etika adalah demoCRAZY.
Menurut hemat saya media elektronik(TV) berperan besar dalam mengayunkan bandul demokrasi yg elegan ,ironinya justru sebagaian besar media kita ingin bersikap superior dalam memerankan isu demokrasi : Masyarakat memang butuh full story , realistis dan akurat , namun kita miris jika terus menerus ditayangkan aksi kekerasan, pertikaian, debat, dibumbui dengan presentasi reporter yg hiperbolis (kalau tidak dapat dikatakan provokatif)
Inikah demokrasi pers: melegitimasi lembaga yg imun terhadap kritikan, sensor atau bahkan sentuhan hukum ?
Pengendalian dari lembaga sensor atau intitusi pemerintah selalu dicurigai sebagai penzaliman pers yg demokrasi.
ini kebebasan pers atau kebablasan pers.
Dalam negara demokrasi rakyat lebih berhak mendapatkan HEAD LINE NEWS yg EDUKAKTIF bukan sekedar atraktif (ini kan selera pasar, kalau tidak mau disebut kapitalis); eksposlah isu isu yg impaknya mencitrakan penghargaan terhadap keberagaman, tiupkanlah kabar-kabar yg menyejukkan, tampilkan penghargaan atas martabat manusia, apresiasi karya anak bangsa yg membanggakan, semua hal yg positif , yg sedap didengar, yg bijaksana, yg pantas dipuji justru ini dominasi tuntutan rakyat.
sebaliknya demokrasi pers sekarang ini berjalan demi kepentingan perutnya. ( ojo ngamuk kalau dikritik orang pers juga  manusia)
Mengapa pers hanya ingin membesarkan dirinya sendiri yg dengan atau tidak sadar ada pihak yg jadi korbannya.Sejauh bobot sajiannya media berorientasi pada konstruksi masyarakat mengapa harus takut untuk disensor ? sudah saat nya kita semua memeragakan demokrasi secara bertanggungjawab dengan tujuan mulia.
Para pemimpin negara berilah kami keteladanan untuk berdemokrasi secara santun.
Para politisi demonstrasikan janjimu untuk membela kesejahteran rakyat bukan membesarkan partai saja
Pekerja pers mediasikan hiruk pikuk proses demokrasi dengan irama yg lugas dan bernurani .
Mahasiswa mahasiswi prioritasmu sekolah ojo demo terus , yen wis lulus latihan dulu jadi pak RT baru ngomong yg keras... teori sama praktek beda jauh le ......inggih mbah....... kandani ngeyel.
Ok rek....setuju apa tidak bahwa demokrasi tidak sama dengan demonstrasi,
Proses demokrasi tidak berhenti pada keahlian mengkritik.
Demokrasi adalah apresisi kita secara integral dari berbagai golongan untuk mewujudkan Indonesia yg adil dan beradab, dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Demokrasi bukanlah debat argumentasi tetapi kompetensi memberikan solusi nyata bagi bangsa.
Demokrasi adalah instrumen yg kita amini sanggup membawa arah bangsa untuk berkembang sejajar dengan negaranya Obama..
Konsep oposisi yg harusnya menjadi optional solusi kebijakan pemerintah malah melembaga yg anti kebijakan pemerintah. Demokrasi di negeri ini banyak diciderai oleh mereka yg tersingkir oleh seleksi alam : kalah pilkada ,kalah pemilu, jauh dari lingkaran kekuasaan, frustasi adalah salah satu bahan bakar demonstrasi.
mereka merasa telah dirugikan oleh sistem demokrasi karena demokrasi telah gagal mengantarkan mencapai  nafsu kekuasaan , manakala tujuannya tidak tercapai, interaksinya dengan lingkungan menjadi nyeleneh kerjanya tukang kritik,
Besarnya harapan terhadap perubahan nasib bangsa hendakya berbanding lurus dengan peran serta semua rakyat termasuk saya juga.
Ironinya tututan perubahan besar hanya diletakkan pada tanggungjawab pemerintah saja, sedang rakyat hanya bertindak sebagai penonton pertandingan (kalah menang sorak). Pemerintah kita paksa berlari kencang mengubah negara secara instant tetapi mereka yg menuntut progresivitas demokrasi hanya enak enakan berpangku tangan sambil berteriak teriak dijalan : saya tidak puas.....turunkan...gulingkan......
ora usah melok melok ngurus negoro mas, mbak, pak, mbah  yen ora tahu ngurus kampunge dhewe.

Jujur saja semua orang bisa saja melakukan kesalahan tetapi bukan terus saling menggigit dan menjatuhkan.
jika kita dapat ngomong bahwa jabatan adalah amanah, ya ...berikanlah kesempatan  Sang pemberi amanah bekerja dalam pribadi orang tersebut.
Jika kita tidak dapat mempercayai karakter birokrat, tidak percaya wakil rakyat, tidak percaya penegak hukum bahkan kita sedemikian skeptis terhadap siapa saja yg mengurus negara ini.

Saatnya kita tidak skeptis terhadap Dia yang mengelola jagad raya ini.
Tidak ada air mata yg lepas dari genggaman tanganNya, tidak ada keringat yg luput dari hitunganNya.
ketika manusia tidak menghitung jerih lelah kita Tuhan tetap mencatatnya sebagai prestasi yg membanggakan.
Percayalah Tuhan tidak pernah berubah Keadilannya, KemahakuasaanNya. Dia akan menjadi pembela mereka yg tertindas, yg lemah, yg dipinggirkan yg dianggap hina
bahkan Dia menjadi hakim bagi mereka yg terus berbuat dosa.
Dia dalah Pribadi yg dapat dipercaya kapan saja, dimana saja untuk persoalan apa saja.
ini adalah KEBEBASAN kita untuk mempercayakan semuanya PERKARA kepada TUHAN
jika demokrasi didunia berjalan mundur.
Kita bebas bekerja bersama dengan Tuhan untuk segala perkara yg sedang dan akan kita hadapi !
salam  reformasi....bersambung 
by: Haris Subagiyo dari kaki Merapi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar