Minggu, 31 Oktober 2010

PEMIMPIN DALAM KEPEMIMPINAN KRISTEN


ytleadershipfoundation

Pengantar
Premis atau dalil dasar kepemimpinan Kristen adalah berlandaskan ajaran Alkitab. Secara khusus, peremis mengenai pemimpin dalam kepemimpinan meliputi tiga hal penting, yaitu antara lain: Satu, Panggilan Sebagai Pemimpin Kristen; Dua, Dasar Teologi Kepemimpinan Kristen; dan Tiga, Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen.
A. Panggilan Sebagai Pemimpin Kristen
Kepemimpinan Kristen didasarkan atas premis utama, yaitu bahwa Allah, oleh kehendak-Nya yang berdaulat, menetapkan serta memilih setiap pribadi dalam lingkup dan konteks pelayanan menjadi pemimpin Kristen. Pemimpin yang dipanggil oleh Allah ini adalah untuk pelayanan memimpin. Premis ini ditegaskan oleh Profesor Dr. J. Robert Clinton yang mengatakan,

“Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil Allah sebagai PEMIMPIN yang ditandai oleh adanya:
1. Kapasitas memimpin dan
2. Tanggung jawab pemberian Allah
UNTUK
3. Memimpin suatu kelompok umat Allah (gereja)
4. Mencapai TUJUANNYA bagi, serta melalui kelompok ini” (Clinton 1989:2).
Dari penegasan Profesor Clinton di atas, dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin Kristen ada sebagai pemimpin karena ia dipanggil oleh Allah. Dengan demikian, ia harus memiliki kesadaran diri sebagai telah terpanggil Allah dan meneguhkan kualifikasi dirinya sebagai pemimpin. Sikap ini perlu dipertegas dengan memperhatikan bahwa seorang pemimpin Kristen adalah seorang individu yang telah ditebus Allah, yang olehnya ia harus yakin bahwa ia terpanggil Allah untuk memangku tanggung jawab kepemimpinan. Kebenaran ini pada sisi lain, menegaskan bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya kapasitas teguh untuk memimpin, sehingga ia dapat membuktikan diri sebagai pemimpin sejati (Lihat: Kejadian 12:1-3; Keluaran 2-7; dan 18, Roma 12:8, dsb.).
B. Dasar Teologis Filosofis Kepemimpinan Kristen
Dasar teologis-filosofis yang harus dipahami dan harus ada pada seorang pemimpinan Kristen ialah:
1. Pemimpin Kristen harus memahami dasar kepemimpinan Kristen bahwa ia terpanggil sebagai – “pelayan-hamba” (Makus 10:42-45). Sebagai pelayan, pemimpin terpanggil kepada tugas yang olehnya ia menjadi pemimpin. Sebagai hamba, ia terpanggil dengan status menghamba kepada TUHAN, yang harus diwujudkan dalam sikap, sifat, kata, dan perbuatan.
2. Pemimpin Kristen harus memiliki motif dasar kepemimpinan Kristen yaitu; Satu: “membina hubungan” dengan orang yang dipimpinnya dan orang lain pada umumnya (Markus 3:13-19; Matius 10:1-4; Lukas 6:12-16). Dalam kaitan ini, perlulah disadari bahwa kadar hubungan-hubunganlah yang menentukan keberhasilan seseorang sebagai pemimpin. Dua: “mengutamakan pengabdian” (Lukas 17:7-10). Mengutamakan pengabdian menekankan bahwa “kerja” adalah fokus, prioritas, sikap serta tekanan utama, sehingga ia akan mengabdikan diri untuk melakonkan tugas kepemimpinan dengan sungguh-sungguh.
3. Pemimpin Kristen harus memahami PROSES KEPEMIMPINAN serta ketrampilan memimpin, antara lain:
a. Ia harus mengetahui tujuan (tujuan Allah, tujuan organisasi, tujuan operasi kerja) dari institusi/organisasi yang dipimpinnya.
b. Ia perlu mengenal tanggung jawab serta tugas yang dipercayakan kepadanya.
c. Ia harus memahami dan mengenal fungsi pengelolaan kerja (manajemen) – (Lukas 14:28-30).
d. Ia harus berupaya mengenal setiap orang yang dipimpinnya untuk mempermudah penggalangan serta pembinaan hubungan antara pemimpin-bawahan, sebagai dasar untuk melaksanakan kinerja kepemimpinan yang berkualitas. Kondisi hubungan baik antara pemimpin dengan para bawahan sangat menentukan pelaksanaan kerja yang dapat dilakukan dengan baik pula.
e. Ia harus mengerti dengan baik bagaimana caranya mencipta hubungan, kondisi yang kondusif, serta pemenuhan kebutuhan dari bawahannya dalam upaya memperlancar uapaya dan kinerja kepemimpinan.
C. Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen
Kepemimpinan Kristen memiliki dasar etika-moral yang Alkitabiah. Dalam kepemimpinan Kristen, presuposisi dasar etika-moral dilandaskan atas fakta dan dinamika “inkarnasi” Yesus Kristus (Yohanes 1:1-14, 18; Filipi 2:1-11). Konsep inkarnasi dalam kepemimpinan Kristen yang dibangun di atas fakta “inkarnasi Yesus Kristus” yang memiliki kisi kebenaran berikut:
1. Dasar perilaku etika-moral kepemimpinan Kristen adalah pribadi Yesus Kristus, termasuk: kehidupan, karya, ajaran dan perilaku-Nya, di mana seluruh kerangka kepemimpinan Kristen dibangun di atas dasar ini (I Yohanes 2:6).
2. Orientasi dan pendekatan etika-moral kepemimpinan Kristen bersifat partisipatif yang berlaku dalam penerapan kepemimpinan Kristen pada segala bidang hidup (Lukas 4:18-19).
3. Dinamika etika-moral kepemimpinan Kristen terwujud oleh adanya transformasi hidup (individu/masyarakat) yang dibuktikan dengan pertobatan/pembaharuan/pemulihan hidup dan semangat kerja (individu/korporasi; banding: Roma 12:1-2, 8, 9-21).
4. Perwujudan dasar etik-moral kepemimpinan Kristen di atas haruslah dinyatakan dalam sikap hati, kata dan perbuatan serta bakti setiap pemimpin Kristen secara nyata dalam bidang hidup berikut:
a. Pemimpin Kristen harus membuktikan diri sebagai pemimpin bertanggung jawab (Ibrani 13:17).
b. Pemimpin Kristen harus menemukan diri sebagai pemimpin yang bertumbuh (Kolose 2:6-7; 3:5-17).
c. Pemimpin Kristen harus menjadi pemimpin model dalam keteladanan hidup dan kinerja (Ibrani 13:7-8).
d. Pemimpin Kristen harus memiliki: motivasi dasar Pelayan-Hamba (Markus 10:42-45), yang senantiasa menyadari akan status dan perannya sebagai pemimpin.
Motivasi dasar seseorang pemimpin seperti ini akan sangat menentukan sikap, perilaku, kata ddan tindakan dari orang tersebut, baik terhadap diri, orang lain maupun pekerjaan. Karena itu, seorang pemimpin Kristen perlu memastikan apakah ia memiliki dasar etika-moral, orientasi dan motivasi yang sesuai dengan Firman Allah.
RANGKUMAN
Peerlu dipertegas, bahwa pada dasarnya kepemimpinan Kristen memiliki faktor-faktor dan matra-matra dasar kepemimpinan yang sama dengan kepemimpinan umum lainnya. Pada sisi lain kenyataan yang membedakan antara Kepemimpinan Kristen dan kepemimpinan lainnya ialah hakikat, dinamika, serta falsafah yang didasarkan pada Alkitab. Sebagai contoh, premis utama kepemimpinan Kristen ialah bahwa Allah yang berdaulat oleh kehendak-Nya yang kekal, telah menetapkan serta memilih setiap pemimpin Kristen kepada pelayanan memimpin. J. Robert Clinton mengatakan, “Allah memilih bagi dirinya seorang pemimpin, dan Allah mengembangkan pemimpin tersebut sepanjang kehidupannya.” Itulah sebabnya tatkala mendefinisikan tentang siapa pemimpin Kristen itu, Clinton menjelaskan:
“Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil Allah sebagai PEMIMPIN yang ditandai oleh:
1. Kapasitas memimpin dan
2. Tanggung jawab pemberian Allah
UNTUK
3. Memimpin suatu kelompok umat Allah (Gereja)
4. Mencapai TUJUANNYA (bagi serta) melalui kelompok ini”
Premis utama ini menyinggung hakikat kepemimpinan Kristen – bahwa Allah adalah segala-galanya bagi kepemimpinan Kristen, dimana Ia-lah yang mengawali, menopang, dan menghasilkan dalam seluruh proses kepemimpinan. Hal ini senada dengan pernyataan David Hocking yang mengatakan, “Tanpa bantuan Allah, tidak seorang pun di antara kita dapat mengharap menjadi apa yang Allah gambarkan sebagai seorang pemimpin rohani.” Melihat premis di atas, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan Kristen adalah “God Centered Leadership” dengan pemimpin sebagai God centered leader – di mana Allah adalah segala-galanya bagi pemimpin dan kepemimpinan itu.
Indikator penting bahwa seseorang dipanggil Allah kepada tugas kepemimpinan ialah bahwa ia memiliki kapasitas lengkap sebagai pemimpin, dan ada tanggungjawab yang diuntukkan baginya guna menjalankan upaya memimpin. Pada pihak lain kepemimpinan Kristen meletakkan kedudukan pemimpin Kristen secara proposional, di mana “pemimpin Kristen adalah pemimpin yang berkarakter tinggi, berpengetahuan komprehensif dan khas lebih, serta berkecakapan sosial dan teknis yang andal. Pemimpin Kristen seperti ini akan terbukti sebagai pemimpin dengan ciri-ciri “efektivitas tinggi, efisiensi tinggi, dan hubungan sehat yang tinggi” – sehingga dapat mewujudkan kinerja optimal dengan produk unggul dalam kepemimpinan yang diembannya. Ciri-ciri di atas akan selalu terlihat dengan adanya kisi-kisi berikut:
1. Pemimpin mengabdi dengan komitmen yang tinggi kepada Allah, kepada organisasi (gereja) dan kepada tugas (misi Allah).
2. Pemimpin memiliki dan mempertahankan nilai efektivitas tinggi yang ditandai oleh sifat dan sikap pemimpin dengan gaya kepemimpinan berikut:
a. Ia adalah pemimpin teladan-bertanggung jawab.
b. Ia adalah pemimpin inspirator-komunikator.
c. Ia adalah pemimpin pemersatu-dengan kerja sama yang tinggi.
d. Ia adalah pemimpin pekerja-motivator ulung.
e. Ia adalah pemimpin berwibawa-otokrator bijak.
f. Ia adalah pemimpin strategos-terfokus yang selalu tepat arah dan pencapaian.
g. Ia adalah pemimpin peduli-terpadu yang memiliki kepedulian tinggi atas kesejahteraan semua pihak dalam kepemimpinannya.
Ciri khas pemimpin Kristen seperti inilah yang menempatkan kepemimpinan Kristen sebagai unik, dengan hakikat, dinamika, serta falsafah penuntunnya yang khas. Hal mana akan mewarnai “leader behavior, leadership style, dan leadership performance” – yang membawa “summum bonum” (kebaikan tertinggi) bagi diri (sebagai pemimpin), bawahan (orang yang dipimpin), organisasi dan masyarakat (lingkungan) di mana kepemimpinannya diaktualisasikan secara optimal. Selamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar