Sabtu, 25 Juni 2011

Tiada Waktu Tanpa Bersyukur




Berawal dari mana kehidupan harus dimulai dan dengan bagaimana kehidupan terus dilanjutkan? Tidak akan terlepas sedetikpun dari sikap mengucap syukur yg pantas kita sampaikan kepada Allah. Kehidupan akan dimulai, dijalankan dan diakhiri dengan rangkaian ucapan syukur yg semakin hari semakin kuat dalam menanggapi karakter dan karya Allah.
Betapa pentingnya memahami dan mengaplikasikan ucapan syukur secara nyata dalam kehidupan kita seolah-olah menjadi thema central nafas kehidupan mereka yg percaya kepada Tuhan.
Ucapan syukur menjadi perkara yg sangat penting
Ucapan syukur bukan saja tidak boleh dilupakan tetapi tidak dapat kita hentikan derap langkahnya....
Ucapan syukur merupakan bagian hidup manusia, selama manusia masih bernafas ucapan syukur adalah bahasa dan gaya hidupnya..........
Ucapan syukur dikumandangkan bagi Allah dari selamanya sampai selama-lamanya

Eksposisi Mazmur 136 : 1 - 26


136:1Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:2Bersyukurlah kepada Allah segala allah! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:3Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:4Kepada Dia yang seorang diri melakukan keajaiban-keajaiban besar! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:5Kepada Dia yang menjadikan langit dengan kebijaksanaan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:6Kepada Dia yang menghamparkan bumi di atas air! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:7Kepada Dia yang menjadikan benda-benda penerang yang besar; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:8Matahari untuk menguasai siang; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:9Bulan dan bintang-bintang untuk menguasai malam! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:10Kepada Dia yang memukul mati anak-anak sulung Mesir; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:11Dan membawa Israel keluar dari tengah-tengah mereka; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:12Dengan tangan yang kuat dan dengan lengan yang teracung! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:13Kepada Dia yang membelah Laut Teberau menjadi dua belahan; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:14Dan menyeberangkan Israel dari tengah-tengahnya; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:15Dan mencampakkan Firaun dengan tentaranya ke Laut Teberau! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:16Kepada Dia yang memimpin umat-Nya melalui padang gurun! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:17Kepada Dia yang memukul kalah raja-raja yang besar; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:18Dan membunuh raja-raja yang mulia; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:19Sihon, raja orang Amori; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:20Dan Og, raja negeri Basan; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:21Dan memberikan tanah mereka menjadi milik pusaka; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:22Milik pusaka kepada Israel, hamba-Nya! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:23Dia yang mengingat kita dalam kerendahan kita; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:24Dan membebaskan kita dari pada para lawan kita; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:25Dia yang memberikan roti kepada segala makhluk; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:26Bersyukurlah kepada Allah semesta langit! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.


Kebenaran yg diungkapkan dari mazmur ini adalah fakta  kekekalan bahwa dari TUHAN saja eksistensi kehidupan berjalan.
  • Tuhan adalah sumber kehidupan
  • Tuhan adalah pusat kehidupan
  • Tuhan adalah tujuan dari kehidupan
Kasih setia Tuhan yg merambah masuk kedalam semua tatanan kehidupan, meyakinkan kita  bahwa tidak ada satu aspek kehidupan yg terlepas dari genggaman tangan Allah.
Mengucap syukur adalah respon yg seharusnya dikerjakan umat kepada Allah yg telah ber-relasi dan berkarya dalam hidupnya.
Kualitas ucapan syukur yg ditampilkan bukanlah ucapan bibir, kata-kata kosong yg tidak bermakna atau hanya mengikuti budaya kekristenan yg diajarkan untuk selalu reaktif bersyukur (latah) tanpa pengertian yg benar.

Bagaimana dinamika ucapan syukur yg seharusnya kita sampaikan kepada Allah?
diajarkan oleh Mazmur 136 :1-26


a. Bersyukurlah karena KEHADIRAN-NYA (ayat.1-3) (pribadi Allah)

Bersyukurlah kepada Allah segala allah...bersyukurlah kepada TUHAN segala tuhan....


Perbandingan yg tidak sepadan antara Allah dengan allah dan TUHAN dengan tuhan, adalah realita yg membenarkan iman kita kepada Allah dalam Tuhan Yesus adalah iman yg BENAR dan BERKUALITAS TINGGI.

Bangsa Israel tidak berani menyebut nama TUHAN dengan sembarangan, dengan sebutan JHWH  namun memanggilnya dengan sebutan Y
EHOVAH atau ADONAI artinya: YANG SENANTIASA ADA, yg selalu HADIR, yg terus BERBUAT, yg tidak pernah berhenti BERKARYA dan yg senantiasa BERTINDAK”.

Kisah penciptaan yang tertulis di dalam mazmur ini merupakan ajaran yang menentang kepercayaan yang dianut oleh bangsa-bangsa di sekitar Israel. Pada saat itu seluruh bangsa di sekeliling Israel merupakan penganut agama  politeisme, ( menyembah lebih dari satu allah) Namun bangsa Israel diperintahkan untuk menyembah hanya satu Allah.


Allah kita tidak punya referensi  perbandingan dengan lainnya. Sedemikian besar, agung, mulia dan perkasa Allah kita. Tetapi Dia tidak menganggap diri manusia sebagai ciptaan yg hina, justru Dia memberikan apresiasi besar kepada kita sebagai CIPTAAN YG SUNGUH AMAT BAIK.
terlepas dari kondisi kita saat ini, percayalah dan bersyukurlah bahwa Allah sangat menghargai hidup kita.
Untuk kitalah DIA selalu ada dan untuk diri kita DIA selalu berkarya ....


b. Bersyukurlah karena KASIH SETIA-NYA (ayat.1-26) (Karakter Allah)
bahwasanya untuk selama-lamanya KASIH SETIANYA........ 


Bagai tak dapat dihentikan ditengah jalan pengulangan ungkapan 
"bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya" terus menggelinding dari awal sampai akhir. Hal ini adalah ketegasan bahwa segala sesuatu dapat terjadi karena kasih setia-Nya yang menembus batas waktu, batas bangsa, dan batas alam.  Begitu besar, agung, mulia dan dahsyatnya Allah kita. Tiada allah lain, seperti Allah kita yang Maha Kuasa, Maha Besar, dan Ajaib.

Dialah Allah semesta langit yang layak menerima segala pujian, hormat, dan kemuliaan. dan Ucapan syukur. Terpujilah Allah................!
Kasih setia Allah bekerja sangat dinamis:
Allah tidak pernah tinggal diam walaupun hanya sejenak. Di dalam kasih setia-Nya, Allah menjadikan langit bumi serta segala isinya. Tak dibiarkan-Nya seluruh ciptaan terlepas dari pengendalian dan tatapan mataNya.
Kepada seluruh umat yg percaya  dinyatakan-Nya kuasa pembebasan dari perbudakan dengan manifestasi mujizat yg menggetarkan bangsa-bangsa..
Selama-lamanya Allah tak pernah berhenti berkarya dan bertindak. Itu sebabnya umat-Nya tak pernah kekurangan dalam tangan pemeliharaan-Nya. Kasih setia Allah yang dinamis membuahkan karya-karya ajaib dalam kehidupan manusia. walaupun dipadang gurun dan dihadang kepungan musuh Allah tetap berkarya membelanya.

Ia adalah Allah di atas segala allah, Tuhan segala tuhan, yang hakikat-Nya terangkum dalam sebuah sifat: kasih setia yg tak berkesudahan.
Kontradiksi antara pembelaan dan pemeliharaan Allah terhadap bangsa Isarel yg dibalas dengan sikap bersungut-sungut, memberontak dan terus-menerus tergoda untuk menyembah berhala-berhala. ini sungguh terlalu....kebaikan Tuhan dibalas dengan kejahatan manusia.



c. Bersyukurlah karena PEKERJAAN-NYA (ayat.4-26) (karya Allah)


Jika kita melihat karya Allah dalam alam semesta, kita tidak dapat menahan diri untuk memuji Allah karena keindahan dan kemegahan buatan tangan- Nya. Bukan hanya dalam ciptaan, Allah juga bekerja dalam sejarah umat-Nya (ayat 10-22).

Pemazmur memuji Allah dan bersyukur atas keajaiban yang Dia lakukan, terutama dalam penciptaan (ayat.5-9).
Bersyukur karena Allah yang menjadikan langit dan menghamparkan bumi (ayat.5-6),
Bersyukur karena Allah yang menjadikan benda-benda penerang di langit untuk menguasai siang dan malam (ayat.7-9).
Kepercayaan masyarakat kuno waktu itu menyakini bahwa: matahari, bulan, dan bintang, adalah benda-benda yang dianggap memiliki kuasa ilahi dan harus disembah sebagai allah.

Dengan menyatakan bahwa Allah-lah yang menciptakan benda-benda penerang itu, pemazmur menunjukkan bahwa Allah Israel lebih berkuasa daripada allah bangsa lain.

Perjalanan melintasi Laut Merah dan padang belantara merupakan peringatan sekaligus janji bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya yang sering kali umatNya bersikap bebal dan sering memberontak.

Yang menarik dalam mazmur 136 ini terjadinya perubahan kata "ISRAEL"  menjadi kata "KITA'  (ayat 23). Apa relevansi dari transisi kata tersebut?
Artinya pemazmur hendak menjelaskan bahwa sejarah itu bukanlah sesuatu yang terjadi diluar jangkauan generasi kita atau tidak bersangkut paut dengan diri kita masa kini. Namun sejarah yg Allah kerjakan adalah  bagian kehidupannya kita sendiri, berlaku juga untuk masa kini.
Iman kita kepada Allah tidak bicara mengenai masa lalu, tetapi iman kita kepada Allah beroleh kehidupan yang sungguh di masa sekarang ini.


Maka, rasa syukur itu bukan hanya disebabkan Tuhan telah menolong bangsa Israel saja di masa lalu, namun karena pertolongan, pembelaan, penyertaan dan pemeliharaan Tuhan pun adalah karakteristik (watak) Allah sendiri yg tidak mungkin berhenti bekerja dari dulu, sekarang dan sampai selama-lamanya.


Mazmur yang dimulai dengan rasa syukur, karena sesuatu yang universal, dalam mengelola alam ciptaan, diakhiri juga dengan ungkapan terima kasih karena Allah adalah pemelihara segala makhluk.


Bagaimana sikap kita harus bersyukur kepada Allah?


Kata “bersyukur” merupakan terjemahan dari kata 
“yadah” (yod-qames-dalet-qames-he) dalam bahasa Ibrani. Dalam definisi berbahasa Inggris, kata Ibrani “yadah” tersebut memiliki banyak terjemahan selain bersyukur atau memuji, seperti: melempar, meruntuhkan, menjatuhkan, menembak, mengaku, dan memberi terima kasih.


Apa arti kata “bersyukur” tersebut ditinjau dari tulisan Ibrani kuno? Untuk mengetahui makna kata itu, kita dapat menelusurinya dari akar katanya. Akar kata “yadah” adalah “y-d” (yod-dalet), yang dalam tulisan Ibrani kuno berupa gambar (piktograf) “tangan” dan “pintu”. Tangan  adalah bagian tubuh yang memampukan seseorang melakukan banyak pekerjaan. Sedangkan pintu adalah bagian tenda yang memungkinkan penghuninya bergerak keluar-masuk tenda. Dengan demikian gabungan dua gambar tersebut berarti “tangan aktif bekerja”.
Aksara Ibrani Kuno :

Image ImageImage

Dari kanan ke kiri:
Aksara 
YOD adalah gambar tangan, DALET adalah gambar pintu; HE adalah gambar orang berdiri.

Sesuai dengan bentuk aksara dari zaman kuno itu, kata 
ידה - YADAH memiliki tiga makna utama, melemparkan sesuatu, mengucap syukur, dan membuat pengakuan.  


Kata “bersyukur” banyak digunakan dalam Kitab Mazmur dikaitkan dengan berbagai hubungan:
Dalam Mazmur 136, Penulis Mazmur mengaitkannya  “alasan” bersyukur,
a.Bersyukur karena Pribadi Allah
b. Bersyukur karena Karakter Allah
c. Bersyukur karena Karya Allah: yg perbuatan Allah yg ajaib, kebijaksanaan Allah, peciptaan dan pemeliharaan alam semesta, pembelaan Allah kepada umatNya


Semua ungkapan “bersyukur” tidak pernah terlepas dari SIKAP atau TINDAKAN yg dinamis atau aktif bekerja.
Jadi ucapan syukur bukanlah lekak-lekuk ucapan bibir untuk mempesona hati Tuhan.
Ucapan syukur kita bukanlah pujian yg hampa tanpa dorongan kasih dan kerelaan.
Ucapan syukur yg sesungguhnya adalah respon pengertian kita yg benar untuk tidak menuntut Allah memberi, bertindak, bekerja untuk kepentingan diri kita Namun merupakan upaya kita untuk memberi, memberkati, menyampaikan kasih, melayani dan bekerja untuk Tuhan

Bukti kita  senantiasa bersyukur adalah kerelaan hati  yg setiap hari terus bergiat untuk kita melayani Tuhan, memiliki semangat yg terus berkobar merespon panggilanNya dan tak mudah patah ketika kondisi kurang mendukungnya.
Tanda kita mengucapkan syukur adalah dengan kesetiaan memberikan hidup kepada Tuhan dengan hati yg penuh kasih.
Kualitas ucapan syukur kita kepada Allah tercermin dari BERAPA BANYAK yg sanggup kita berikan kepada Tuhan bukan dari BERAPA BANYAK yang kita dapatkan kita tuntut dari Allah.


JIka orientasi kehidupan kita adalah Tuhan..
Tak akan pernah kita mampu menahan ucapan syukur kepadaNya
Mengucap syukurlah senantiasa dalam segala hal........................
karena dari Dialah kita ada, oleh Dialah kita dicinta dan kepada Dia sajalah kita menyembahNya. Amin

God Bless You all

by Haris subagiyo
Redaktur GRACIA MINISTRY http://graciaministry.blogspot.com

Minggu, 19 Juni 2011

Definisi Pujian


Dalam bahasa Ibrani istilah pujian adalah sebagai berikut:
a.       Barak, kata dasar: Barak-berkat. Kata ini dipergunakan untuk: Menyanjung, memberi hormat, memberkati, memuji, merayakan, memuja, mengakui Allah sebagai sumber berkat, mengakui Allah sebagi sumber kuasa. Bentuk pujian ini menyatakan suatu sikap penghormatan dan keheningan di hadapan Allah. Tidak ada pernyataan dalam kata ini tentang ekspresi vokal ataupun ucapan. (Mazmur 103:1-2, Mazmur 103:20-23)
b.      Shabach, berasal dari akar kata yang berarti berseru dengan suara keras. Kata ini dipergunakan untuk: Sorak kemenangan, memuji, memuliakan, memegahkan, berseru tentang kemuliaan, kuasa, kemurahan dan kasih Allah, bermegah dalam Tuhan 
Tetapkan pujian ini ada dalam roh kita, keluarkan lewat mulut, proklamasikan pujian ini. Dengan demikian pujian ini merupakan pekik kemenangan dan kejayaan Tuhan kita. (Mazmur 47:2, Mazmur 63:4, Mazmur 89:16, Mazmur 117:1, Yesaya 12:6)
c.       Towdah, kata dasar: Toda–Korban syukur yang dinaikkan oleh orang-orang Israel. Kata ini diturunkan dari Yadah, yang berhubungan dengan penggunaan tangan sebagai ungkapan pengakuan, pemujaan dan pengorbanan. Kata ini dipergunakan untuk: Mengucap syukur, menaikkan korban pujian sebagai tindakan iman, memberikan pengakuan. Bentuk pujian ini harus dinaikkan dengan sukacita walaupun situasi dan kondisi tidak mengajak untuk bersukacita, yang penting adalah kita mau melakukannya. (Mazmur 42:5, Mazmur 50:23, Mazmur 69:31-32, Mazmur 100:4, Mazmur 107:22, Yesaya 51:3, II Tawarikh 29:31)
d.      Halal, kata dasar: Halal–menjadi bersih, menjadi cemerlang, bersinar. Kata ini dipergunakan untuk: Menyanjung, membanggakan, merayakan dengan penuh sukacita, semangat yang menyala-nyala, memasyurkan, mengagungkan. Bentuk pujian ini harus dipersembahkan dalam suatu sikap kegirangan dan kesukacitaan. Diekspresikan dalam : ucapan (Yeremia 31:7), nyanyian (Mazmur 69:31), tari-tarian (Mazmur 149:3), alat musik. Penekanan bentuk pujian ini adalah pada pembanggaan terhadap suatu obyek. (Mazmur 18:4, Mazmur 22:23 , Mazmur 44:9, Mazmur 69:35, Mazmur 102:19, Mazmur 149:3, Mazmur 150, I Tawarikh 25:1,3, II Tawarikh 20:21). Halal dan Yadah erat berkaitan dalam Alkitab seringkali dilakukan bersamaan secara otomatis. Kata Halal ini paling sering digunakan untuk kata puji-pujian dalam Alkitab. Kata tersebut berasal dari bentuk perintah “Haleluya” yang berarti “Pujilah Tuhan dengan kemegahan dan penuh sukacita serta memasyurkan Dia dengan suara nyaring”.
e.       Zamar, kata dasar: Zamar–memainkan suatu alat musik, menyentuh dengan jari-jari bagian suatu alat musik, menyanyi dengan diiringi alat musik (khususnya memetik/membunyikan alat musik yang berdawai). Kata ini dipergunakan untuk: Bernyanyi, memuji, memainkan alat musik, ekspresi yang penuh sukacita dengan musik, merayakan dengan nyanyian dan musik. Biasanya Zamar juga diterjemahkan dengan kata Mazmur. Mazmur dalam bahasa Yunani ditulis Psalmos atau Psallo yang artinya sama dengan Zamar. (Mazmur 30:5, Mazmur 33:2-3, Mazmur 47:6-7, Mazmur 57:8-9, Mazmur 68:4-5, Mazmur 98:5, Mazmur 144:9, Mazmur 147:7, Mazmur 149:3).
f.       Tehillah, berasal dari kata dasar Halal, artinya pujian pengagungan, pemujaan, nyanyian kemuliaan. Tehillah adalah nama Ibrani untuk kitab Mazmur (Pujian). Mazmur adalah Pujian spontan yang diilhami oleh Roh Kudus, dicatat secara permanen di dalam Alkitab. Kata ini dipergunakan untuk: Menyanjung, bernyanyi dengan penuh semangat, bermazmur, merayakan dengan pujian. Bentuk pujian ini berbeda dengan bentuk pujian yang lain. Dalam bentuk pujian yang lain, kita memerlukan iman, sedangkan untuk bentuk pujian ini Allah telah menanggapi iman kita. Tehillah adalah klimaks pujian kita, di mana kita masuk dalam kemuliaan Allah secara langsung dan tidak ada hal lain yang dapat kita lakukan kecuali rasa takut, gentar, kagum, dan hormat kita dalam menyembah, memuja, meninggikan dan memuliakan Dia Raja di atas segala raja (Wahyu 4:5, Yehezkiel 1, Yesaya 6, Mazmur 22:4, Mazmur 33:1, Mazmur 40:3, Mazmur 48:11, Mazmur 66:2, II Tawarikh 20:22)
g.      Yadah, asal kata: Yadah–menggunakan tangan. Kata ini dipergunakan untuk: Pengakuan dengan mengangkat tangan, menyembah dengan mengangkat tangan, bersyukur dengan mengangkat tangan. Penekanan pada bentuk pujian ini adalah pada pengakuan dan pernyataan terhadap suatu fakta (sifat dan pekerjaan Allah). Mengungkapkan suatu tindakan, pujian yang keluar dari dalam hati dengan ekspresi mengangkat tangan kepada Allah. Dimana kita mengangkat tangan? Di hadapan orang lain (Mazmur 35:18), di dalam rumah Tuhan (Mazmur 122:4), di antara bangsa-bangsa (II Samuel 22:50, Mazmur 18:50). (Mazmur 9:2, Mazmur 18:50, Mazmur 28:7, Mazmur 42:5, Mazmur 43:4, Mazmur 108:4, Mazmur 111:1, II Tawarikh 20:21).
Jadi pujian adalah Cara atau tindakan untuk mengagungkan, membesarkan dan memuliakan Tuhan atas apa yang telah Tuhan perbuat, apa yang sedang Tuhan perbuat dan apa yang akan Tuhan perbuat dalam hidup kita. Pujian merupakan tindakan kemauan. Pujian harus berfungsi menurut kehendak dan bukan emosi. Kita harus mau dan memutuskan untuk memuji Tuhan sekalipun kita dalam keadaan tidak senang untuk melakukannya. Pujian tidak tergantung pada perasaan hati, melainkan didasarkan pada kebesaran Tuhan (Mazmur 103). Ciri utama dari pujian adalah adanya perayaan dan sukacita yang meluap-luap. Diekspresikan dengan menyanyi, memekik, memainkan alat musik, manari-nari dan ekspresi luar yang lain. Arah pujian yaitu sesuatu yang kita tujukan langsung kepada Tuhan (bersifat vertikal) pujian pengagungan. Dan sesuatu yang kita ungkapkan kepada orang lain tentang Tuhan (bersifat horizontal).
2.    Definisi penyembahan
Dalam Perjanjian Lama, penyembahan berasal dari kata Ibrani 'Shachah' berarti bersujud, tersungkur untuk menghormati, merendahkan diri, berlutut dengan kepala menyentuh tanah. Lebih tepatnya penyembahan adalah Ekspresi hati (bukan emosi) dalam wujud kasih dan pemujaan sebagai hasil suatu hubungan, dengan sikap dan pengakuan akan kepribadian dan ketuhanan-Nya. Penyembahan bukanlah musik, namun musik dapat dipergunakan untuk mengekspresikan kasih dalam penyembahan. Penyembahan adalah dua orang kekasih yang saling memberi respon, dimana di dalamnya terdapat suatu kesediaan dan ketaatan untuk menanggapi keinginan mempelai pria. Sikap tunduk (bukan agresi atau menyerang) yang merupakan kunci dalam penyembahan. Penyembahan adalah menikmati pribadi Allah sendiri. Roh kita menjamah Roh Tuhan. Penyembahan itu tidak ternilai harganya dalam kehidupan orang percaya, dan iblispun mengetahui betapa pentingnya penyembahan tersebut. Karena itu ia menawarkan seluruh dunia kepada Yesus, bila Ia mau menyembah kepadaNya (Matius 4:10), tetapi Yesus mengatakan bahwa penyembahan hanya boleh diberikan kepada Allah.
Dalam Perjanjian Lama tidak banyak kata yang dipakai untuk penyembahan. Penyembahan menunjukkan respon kasih kita kepada pribadi Allah. Fokusnya siapakah Allah itu, yaitu pribadi-Nya. Dalam bukunya, Chuck D. Pierce mengatakan:
“Saat menyembah kita membungkuk atau merendahkan diri kita di hadapan seseorang dalam tindakan penuh penundukan diri atau kekaguman. Penyembahan sebenarnya berarti membuat seseorang rendah. Karenanya, menyembah Tuhan berarti kita sujud di kaki-Nya dan menghormati Dia karena siapa Dia dalam hidup kita. Artinya saat menyembah kita harus datang ke tempat di mana Tuhan berada”[2]

Dalam Perjanjian Lama, tokoh-tokoh Alkitab sangat responsif memberikan penyembahan saat mereka menyadari ada pribadi yang lebih tinggi dari mereka. Dalam kisah Abraham, ketika ia meliha tiga orang yang berada di depannya, ia segera menyambut sambil bersujud (Kejadian 18:2). Hal ini menunjukkan adanya penundukan secara total dan penanggalan harga diri. Dalam penyembahan timbul kesan bahwa manusia benar-benar tidak memiliki daya apapun di hadapan Allah, artinya adanya penyerahan diri dan penundukan diri di hadapan Allah. Untuk dapat menyadari semua hal ini, manusia harus memiliki gambaran kebesaran Allah sebagai penguasa dan pencipta alam semesta.
Penyembahan yang dilakukan dalam Perjanjian Lama juga tidak mengenal tempat, di manapun para tokoh PL menemui pribadi yang lebih besar darinya (penjelmaan Allah) mereka segera tersungkur dengan muka sampai ke tanah (1 Raj. 18:39, 2 Taw. 7:3). Penyembahan terjadi di semua tempat dan situasi dan bahkan lebih banyak lagi. Bukan hanya pada saat pelaksanaan upacara ibadah saja. Jadi, penyembahan tidak pernah dibatasi oleh tempat dan waktu. Pada saat manusia menyadari bahwa Allah ada di segala tempat, maka sudah seharusnya manusia memiliki sikap penyembahan kepada Allah.
Pada zaman akhir ini, setelah Yesus Kristus datang dan roh Kudus dicurahkan atas semua orang percaya, manusia harus lebih memahami arti sebuah penyembahan. Karena Roh Kudus telah diberikan kepada setiap hati orang percaya, maka penyembahan bukan lagi sesuatu yang terdapat dalam hidupnya, melainkan hidupnya adalah sebuah penyembahan.

Kesimpulan
Pujian penyembahan adalah karunia yang diberikan Allah dalam kehidupan umat-Nya. Melalui pujian penyembahan manusia dapat bersekutu secara langsung kepada Allah. Allah selalu menghendaki agar umat-Nya melekat dan tinggal dalam hadirat-Nya setiap saat. Seperti Daud yang selalu haus dan merindukan Allah (Mazmur 42:2-3). Daud menjadi figur pemuji dan penyembah bagi setiap orang percaya. Dalam setiap nafasnya, Daud hanya mengingat nama Tuhan yang mulia. Demikian pula seharusnya kehidupan kita saat ini. Di era kegerakan Roh Kudus senantiasa hidup kita selalu mengingat Allah. Apapun yang kita perbuat, di manapun kita berada, bagaimanapun situasi keadaan sekitar, selalu miliki kehidupan yang menyembah kepada Allah. Dengan demikian kita akan selalu dalam naungan sayap Tuhan dan sangat kecil kemungkinan untuk jatuh ke dalam dosa, sebab Allahlah yang menjadi pembela kita.TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.” (Mazmur 25:14).

Lebih dari Konsep Penyembahan

Manusia yg diciptakan dengan natur sebagai pribadi penyembah Allah, bukan karena Allah berwatak gila hormat atau haus pujian manusia. Segala yg dapat kita kerjakan dengan pujian atau penyembahan kepada Allah. Ketahuilah bahwa tidak sedikitpun akan menambah hakekat keagungan Allah atau sebaliknya tidak bakal menurunkan derajat ke-Allahan-Nya manakala kita diam tidak bersedia memujiNya.
Pujian dan  penyembahan bukanlah demontsrasi kecerdasan manusia untuk memainkan instrumen musik maupun melekak-lekuk alunan suara yg menggugah suasana emosional jemaat di dalam gereja. 


Penyembahan seharusnya menjadi cita rasa paling tinggi dari kualitas hidup yg harmoni dengan Allah, penyembahan adalah prioritas dan gaya hidup lebih dari sekedar konsep  penyembahan yg kita susun sendiri aktualisasinya!


Bagaimanakah menjadikan penyembahan sebagai gaya hidup semua manusia?


Eksposisi Mazmur 145 : 1


"Penyembahan adalah DINAMIKA HATI yg mengenal Allah " (bag.1)


Sedikitnya Daud menyebutkan 13 kali ungkapan yg berbeda dalam intensitas maupun kualitas pujian kepada Allah
  1. Mengagungkan Allah dan raja
  2. Memuji namaMU
  3. Memuliakan namaMU
  4. Memegahkan pekerjaan-pekerjaan-Mu
  5. Memberitakan keperkasaan-Mu.
  6. Kunyanyikan. 
  7. Kuceritakan
  8. Dimasyhurkan
  9. Bersorak-sorai
  10. Bersyukur kepada-Mu
  11. Mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu,  
  12. Membicarakan keperkasaan-Mu,
  13. Mengucapkan  puji-pujian
JIka kebebasan kepada Allah harus dimainkan secara dinamis, bukanlah pada saat kita sedang mengumbar hasrat menuntut Allah untuk memberi sesuatu  guna memuaskan kebutuhan atau memecah berbagai persoalan hidup kita. Melainkan pada saat kita sedang  memberikan seluruh hidup kita yg paling baik untuk memberikan persembahan pujian hormat dan syukur kepada Allah.

aku hendak mengagungkan (BARAK) Engkau , ya Allahku dan rajaku......(ayat.1)

Ungkapan "mengagungkan" menggunakan kata:" BARAK" bahasa Ibrani: 
Barak berarti sikap sujud bertelut , membongkokkan diri memberikan persembahan sebagai tanda penghormatan yg sebesar-besarnya kepada Allah.
Ide dasar dari kata "barak" adalah memberi persembahan atau memberkati  seorang raja.

Sasaran dari pujian ini ditujukan untuk: menyanjung, memberi hormat, memberkati, memuji, merayakan, memuja, mengakui Allah sebagai sumber berkat, dan mengakui Allah sebagai sumber kuasa. 
Relasi yg demikian menyatu dengan komunikasi yg demikian akrab sehingga nyaris tanpa untaian kata-kata indah, seolah-olah Allah sudah dapat memahami bahasa iman seseorang yg merindukan disanjungnya Allah sebagai prioritas tertinggi. Karakteristik pujian ini diekspresikan dengan keheningan tanpa  luapan emosi yg meledak atau kata-kata indah secara bertubi-tubi. 

Suasana keheningan penyembahan yg diperankan Daud bukan membenarkan pola penyembahan yg khusuk nyaris tanpa pengakuan, atau ekspresi alami seseorang yg tersentuh emosi dan pikirannya.  Namun mendudukkan penyembahan sebagai prioritas yg hanya dimiliki Allah saja sehingga kita tidak berpentingan sama sekali didalamnya.

Pola penyembahan yg diperankan Daud bukanlah seni berapresiasi kata-kata indah yg sanggup memukau nilai estetika manusia. Namun menjelaskan tingkat kedalaman dan kualitas relasi Daud dengan Allah sehingga ia sanggup beradaptasi dengan pribadi Allah didalam kebesaran dan keagunanNya tanpa harus diawali dengan sederetan kata-kata yg mempesona.
Sehingga pantaslah Daud memperoleh sanjungan langsung dari Allah sebagai orang yg berkenan dihati Allah, bukan karena terlepas dari cacat cela namun karena SIKAP YG ADAPTIF dengan Allah. Ekspresi imannya sudah menjadi bahasa familiar yg dapat dimengerti oleh Allah.



Hati yg mengenal dan mengasihi Allah, berelasi secara harmoni akan mendorong kebebasan kita tidak dapat ditahan untuk terus berekspresi untuk memberi secara seutuhnya, yg terbaik dan selamanya didalam penyembahan.kepada Allah.

 
Sedalam apa pengenalan Daud terhadap pribadi Allah?
  1.  Allah sebagai Allah dan Raja
  2. Allah sebagai TUHAN
  3. TUHAN itu pengasih dan penyayang,  panjang sabar dan besar kasih setia-Nya.  
  4. TUHAN itu baik kepada semua orang
  5. TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya.
  6. TUHAN itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk.
  7. TUHAN itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya.
  8. TUHAN dekat  pada setiap orang yang berseru kepada-Nya
  9. TUHAN menjaga   semua orang yang mengasihi-Nya
    TUHAN adalah segalanya bagi semua manusia, tidak ada setitik alasan bagi kita untuk tidak menyampaikan pujian setulusnya dan sebesar-besarnya kepadaNya. 
    Penyembahan bukan lagi konsep teologia yg kita hafalkan
    Penyembahan bukan doktrin gereja yg haru dijalankan
    Penyembahan bukanlah estetika kehidupan kristen y harus diperagakan
    Namun,
    Penyembahan adalah cita rasa yg alami bagi semua orang yg mengenal Tuhan dengan benar.
    Penyembahan adalah DINAMIKA HATI mereka yg hidupnya terus menerus beradaptasi kepadaNya. Amin


    II. Penyembahan adalah GAYA HIDUP orang yg mengenal Allah.


    Kekayaan perbendaharaan kata "penyembahan" yg divariasikan sebagai ungkapan:
    Pengagungan, kemuliaan, pujian, sorak-sorai, memasyurkan bersyukur dll. bukan saja menunjukkan kedalam hubungan pribadi dengan Allah tetapi juga menujukkan relevansi kehidupan diperagakan setiap hari. 
    Penyembahan adalah gaya hidup yg tidak dibuat-buat untuk memperjelas identifikasi kekristenan. Penyembahan mengalir demikan alami melalui pergaulan hidup sehari-hari.



    III. Penyembahan adalah EKSPRESI KASIH orang yg mengenal Allah.


    Penyembahan bukanlah milik mereka yg berbakat dalam olah vokal


     Puji-pujian karena kemurahan TUHAN

    Sabtu, 18 Juni 2011

    Intepretasi Pujian dan Penyembahan




    Penafsiran Alkitab dalam bahasa Indonesia memiliki keterbatasan makna untuk menjelaskan kedalaman arti kata yg hendak disampaikan dari bahasa aslinya. (Ibrani). Perbedaan ini bukan perkara ekspresi atau respon kita kepada Allah. Namun menggali makna yg luas dan agung dari arti pujian dan penyembahan yg seharusnya terekspresi dalam dalam sikap kita kepada Allah.

    Dalam bahasa Ibrani, Pujian Penyembahan dituliskan dengan 7 kata berbeda dengan maknanya masing-masing, yaitu:


    1. YADAH, 
    adalah mengangkat kedua tangan sebagai tanda penyerahan dan pengagungan kepada Tuhan.
    Mazmur 7:18, Aku hendak bersyukur kepada TUHAN karena keadilan-Nya, dan bermazmur (Praise=Yadah) bagi nama TUHAN, Yang Mahatinggi.

    Kata “bermazmur” dalam ayat diatas dalam bahasa Ibrani dituliskan dengan kata Yadah, yaitu mengangkat tangan. Saya selidiki di dalam Alkitab ada 160 kali disebutkan tentang mengangkat kedua tangan. Seringkali pemimpin pujian mengatakan mari kita angkat tangan kita, apa maksudnya?
    Norsoh, mengangkat tangan tinggi-tinggi kepada Allahnya. Ini adalah salah satu sikap dalam pujian. Jadi pujian bukan hanya di mulut saja, tetapi juga diekspresikan dengan mengangkat tangan. Hal itu dilakukan bukan merupakan suatu liturgy Pantekosta tetapi karena kebenaran yang ada di dalam Alkitab.

    Makna mengangkat kedua tangan adalah sebagai tanda penyerahan dan pengagungan kepada Tuhan. Jenis pujian ini merupakan penyataan terima kasih kita kepada Tuhan lewat mengangkat tangan. Ketika kita mengucapkan terima kasih, kita mengangkat tangan kita.


    Ada 3 kebenaran dalam mengangkat tangan:

    A. Seperti seorang anak yang datang kepada bapanya.

    Ketika kita mengangkat tangan, kita digambarkan seperti seorang anak yang berlari datang kepada ayahnya dan menandakan bahwa kita merindukan sentuhan dari Bapa Surgawi. Pujian dengan mengangkat tangan adalah merupakan suatu sikap/ekspresi penyembahan yang menyatakan bahwa Allah adalah Bapa penuh kasih dan kita ingin dipelukNya.

    Ada banyak orang yang secara asal-asalan mengangkat tangan tetapi mereka tidak mengerti kebenaran di dalam mengangkat tangan. Ketika mereka sedang mengalami persoalan dan mereka mengangkat tangan maka mereka digambarkan seperti seorang anak yang merindukan kuasa jamahan Tuhan.

    Mengapa banyak anak-anak yang memberontak kepada ayahnya? Karena sewaktu kecil ia tidak merasakan pelukan dari ayahnya, ia tidak pernah merasakan sentuhan kasih dari seorang ayah. Begitu pun di dalam kehidupan rohani; ketika kita tidak mengerti kebenaran ini, makanya kita akan sulit merasakan kasih dan sentuhan Kaih Bapa didalam hidup kita. Marilah kita mengangkat tangan seperti seorang anak yang merindukan pelukan dari Bapa Surgawi.


    B. Sebagai tanda kita menyerah.

    Tanda orang yang menyerah adalah ia mengangkat tangan. Sering kita mendengar bahwa ketika kita mengangkat tangan maka Tuhan yang akan turun tangan. Mungkin kita tidak lagi mampu berkata-kata dengan mulut karena begitu beratnya beban yang kita pikul; namun ketika kita mengangkat kedua tangan, maka Allah tahu bahwa itu merupakan suatu ekspresi dari pujian sehingga Ia akan turun tangan dan menolong kita.

    Pujian dengan mengangkat tangan adalah merupakan suatu sikap/ekspresi penyembahan yang menyatakan ketidakmampuan kita dan mengakui kemaha-kuasaan Tuhan.


    C. Seperti ke-2 Kerub yang terlentang diatas Tabut Perjanjian.

    Tabut perjanjian melambangkan kehadiran Tuhan. Di atas tabut tersebut ada 2 buah kerub yang terlentang, saling berhadap-hadapan. Ketika kita mengangkat tangan seperti ke-2 Kerub yang terlentang diatas tabut dan ditengah-tengahnya terpancar sinar Kemuliaan Tuhan.

    Ketika kita mengangkat tangan maka sinar kemuliaan/hadirat Tuhan akan turun ditengah-tengah kita. Walau tidak terlihat secara kasat mata, namun itu adalah suatu kepastian. itulah sebabnya ada perbedaan antara orang yang menyembah dengan ekspresi yang benar dengan orang yang hanya diam atau sekedar mengangkat tangan. Pengertian yang benar tentang pujian penyembahan akanmenghasilkan ekspresi yang benar. Dan hal itu akan sangat membantu kita untuk mengalami keintiman dengan Tuhan.

    Ada beberapa orang yang memuji dan menyembah sudah 1 jam tetapi ia tetap merasa kosong; sebab hatinya tidak terbuka/tidak tertuju kepada Tuhan. Mengangkat tangan menunjukkan keseriusan kita kepada Allah dan membuat kita terfokus kepada Tuhan. Perlu kita ketahui bahwa Hadirat Tuhan tidak berhubungan dengan lagu. Sekalipun lagu itu adalah lagu lama dan sederhana, namun bila hati kita terfokus kepadaNya maka kita akan mengalami lawatanNya.


    2. TOWDA (korban ucapan syukur)
    Kata תודה - TODAH yang dibentuk dari kata ידה - YADAH memiliki empat makna utama, namun sebagian besar berhubungan dengan ucapan syukur.

    1. membuat pengakuan kepada Allah;
    2. ucapan syukur dalam puji-pujian terutama dalam ibadah;
    3. ucapan syukur dalam paduan suara; dan
    4. korban ucapan syukur
    1. Kata תודה - TODAH yang berarti membuat pengakuan kepada Allah, baik memuji Dia maupun mengakui dosa.


    * Yosua 7:19LAI TB, Berkatalah Yosua kepada Akhan: "Anakku, hormatilah TUHAN, Allah Israel, dan mengakulah (todah) di hadapan-Nya; katakanlah kepadaku apa yang kauperbuat, jangan sembunyikan kepadaku." 2. Kata תודה - TODAH yang berarti puji-pujian terutama dalam ibadah.


    * Mazmur 26:7
    sambil memperdengarkan nyanyian syukur (TODAH) dengan nyaring, dan menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib.

    3. Kata תודה - TODAH yang berarti ucapan syukur dalam paduan suara.


    * Nehemia 12:31LAI TB, Lalu aku mempersilakan para pemimpin orang Yehuda naik ke atas tembok dan kubentuk dua paduan suara (TODAH) yang besar. Yang satu berarak ke kanan di atas tembok ke jurusan pintu gerbang Sampah. 

    4. Kata תודה - TODAH yang berarti korban ucapan syukur.


    * Amos 4:5LAI TB, Bakarlah korban syukur (TODAH) dari roti yang beragi dan maklumkanlah persembahan-persembahan sukarela; siarkanlah itu! Sebab bukankah yang demikian kamu sukai, hai orang Israel?" demikianlah firman Tuhan ALLAH.  

    Mazmur 100:4, Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian (praise=towda), bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!

    Kata Towda berarti pernyataan pujian sebagai tanda kita setuju dan mengamini apa yang Tuhan telah perbuat atau apa yang akan diperbuatNya di dalam hidup kita. Kata ini umumnya berkaitan dengan korban, kata ini juga dikaitkan dengan Korban ucapan syukur.

    Jenis pujian sebagai korban itu sangat sakit dan sulit untuk kita terima apalagi ketika kita sedang mengalami masalah. Namun kita harus tetap memuji Tuhan sebab apapun keputusanNya, Dia tetap Allah yang baik bagi kita. Kita menyetujui apa yang Dia buat walaupun kita tidak mengerti bahkan kita tidak bisa menerima apa yang sedang terjadi dalam hidup kita. Sama seperti Abraham; ketika Tuhan menyuruhnya untuk mempersembahkan anaknya, ia menyatakan suatu sikap penyembahan dan pujian lewat ketaatannya. Itulah pujian yang tertinggi, yaitu ketaatan kita.

    Sebenarnya, Kata penyembahan pertama kali muncul adalah lewat peristiwa Abraham (Kejadian 22) ketika ia mengatakan kepada bujangnya itu: “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang”. Kata sembahyang disini berarti menyembah (worship). Penyembahan itu diidentikkan dengan korban, yaitu: anaknya yang harus ia persembahkan kepada Allah. Secara logika, kita tidak dapat menerima hal semacam ini, namun ketika kita mengekspresikannya dengan pujian yang benar sebagai korban maka Allah yang akan membela kita. Pada akhirnya, Allah tidak mengambil anaknya namun yang Tuhan ingin lihat adalah hatinya yang tunduk secara total pada kedaulatan Tuhan. Sikap Abraham yang bersedia untuk menyetujui keputusan Allah sekalipun ia tidak mengerti itulah yang membuat Allah tertarik kepadanya dan bangga disebut sebagai Allah Abraham.

    Pada umumnya kita berkata bahwa kita sulit untuk menyembah Tuhan dalam kondisi sedang mengalami masalah yang berat. Tetapi Tuhan memberikan jenis pujian ini supaya kita tetap dapat menyembahNya sekalipun berada dalam keadaan yang tidak mengenakkan. Kita haruslah berprinsip bahwa tidak ada lasan bagi kita untuk tidak menyembahNya; bahkan masalah seberat apapun tidak akan menghalangi kita untuk menyembahNya.

    Dalam situsi-situasi dimana Anda sedang mengalami hal yang kurang baik, mungkin Anda merasa dirugikan/disakiti/ditolak dan diperlakukan tidak adil; maka dalam keadaan-keadaaan seperti itu – persembahkanlah tauda bagi Tuhan. Jangan mengeluh atau melakukan hal yang kurang patut; sebab towda adalah pujian penyembahan yang sangat mahal – karena tauda lahir dari suatu korban.


    3. HALAL,

    Mazmur 22 : 23 , Aku akan memasyhurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji (praise=halal) Engkau di tengah-tengah jemaah

    merupakan akar kata dari Haleluyah (Halal=Yahweh) diartikan sebagai Puji Tuhan.
    Halal artinya adalah memuji, memancarkan, bercahaya, mengungkapkan dengan bangga atau mengekspresikan pujian penyembahan kepada Tuhan sebagai orang bodoh (foolish).

    Ketika kita mengatakan Haleluyah terpancar suatu sinar yang tidak kelihatan oleh mata kita, tetapi dialam Roh. Itulah sebabnya iblis tidak menyukai orang yang memuji menyembah Tuhan sebab hal itu bisa menghancurkan pekerjaan iblis.


    4. SHABACH,

    Mazmur 117:1, Pujilah (praise=shabach) TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah (praise=shabach) Dia, hai segala suku bangsa!

    Makna pujian didalam ayat tersebut adalah shabach, yang berarti bersorak dengan suara yang nyaring, dengan tidak merasa malu untuk menyatakan kemenangan, kemuliaan, anugrah dan kasih Allah. Jenis pujian ini sudah mulai hilang dari Gereja karena sebagian besar dari jemaat takut/malu untuk mengekspresikan pujian ini padahal kuasa dari bersorak sangatlah luar biasa; seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel yang pada saat mereka bersorak sehingga bangsa Filistin menjadi takut dan gemetar (I Tawarikh 14). Dan juga pada ada waktu ketika bangsa Israel meruntuhkan tembok Yerikho dengan bersorak pada hari ke-7 (Yosua 6).

    Ketika pemimpin pujian menyerukan agar kita bersorak-sorai maka hal itu bukanlah tanpa alasan, sebab dengan bersorak juga kita sedang meruntuhkan segala roh-roh jahat yang ada diudara.


    5. BARAK

    Mazmur 72:15, Hiduplah ia! Kiranya dipersembahkan kepadanya emas Syeba! Kiranya ia didoakan senantiasa, dan diberkati (praise=barak) sepanjang hari!

    Barak berarti sujud bertelut memberikan penghormatan kepada Allah. jenis pujian ini berkaitan dengan penghormatan kepada Allah. Seberapa besar kita menghormati Tuhan terlihat dari seberapa besar kita mengekspresikan pujian kita kepada Allah.

    Penghormatan bukan hanya ditunjukkan dalam mendengarkan Firman Tuhan, namun juga ketika kita memuji dan menyembah Tuhan dengan cara yang benar. Sebab Tuhan hadir bukan hanya ketika Firman Tuhan diberitakan; bahkan sebelum ibadah dimulai Tuhan sudah ada. IA maha hadir tetapi IA hanya menyatakan diriNya di tempat-tempat tertentu; yaitu dimana ada pujian penyembahan kepadaNya.


    6. ZAMAR

    Mazmur 57:8, Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur (praise=Zamar).

    yang berarti bernyanyi dengan alat musik mengiringi nyanyian pujian, bermazmur dan menyanyikan nubuatan dengan diiringi kecapi.


    7. TEHILLAH

    Mazmur 22:4, Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian (praise=tehillah) orang Israel.

    Kata Tehillah berarti memuliakan Allah dengan lagu spontanitas dan menanti-nantikan Tuhan untuk mendapat tuntunan-Nya dan diartikan juga sebagai nyanyian yang dilahirkan oleh Roh Kudus untuk memberkati Tuhan.

    Pujian ini hampir sama dengan bermazmur. Ketika anda sedang bingung menghadapi masalah, belajarlah untuk mengeluarkan pujian dari hati yang terdalam untuk menyenangkan hati Tuhan.

    Kamis, 16 Juni 2011

    SUKACITA SEBAGAI MITRA KERJA ALLAH

    Allah selalu berhasrat membuat manusia bersukacita dalam menikmati kerja bersamaNya. Walaupun Tuhan Yesus sanggup melakukan misiNya tanpa keterlibatan seorang manusiapun namun dalam realitanya manusia senantiasa terlibat didalamnya.  Tuhan Yesus lebih memilih memberdayakan umat untuk melakukan semua pekerjaan yang menjadi misi Allah bersama-sama dengan Dia.  Dia merindukan semua manusia bersukacita menjadi saluran kasih dan kuasaNya. Bersukacita melayani Dia, bersukacita memenangkan jiwa, bersukacita memindahkan manusia yg sedang berjalan menuju neraka berubah arah menjadi penduduk sorga. Tidak terpikirkan bahwa melayaniNya akan berdampak merampas kebebasan dan menjadi beban berat bagi mereka yg sedang bergiat diladangNya.


    Bagaimana kita dapat terus bersukacita dalam melayani pekerjaanNya?
     
    Lukas 10:1 - 10


    I. Sukacita dalam bekerja SALING MELENGKAPI (ayat.1)
    Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua”
    Tuhan Yesus memilih 70 orang murid serta memberi anugerah kuasa Allah dalam tugas pengutusan pastilah bertujuan efektiftas pelaksanaan misi. Mekanisme kerja 70 muridpun dikelola secara berpasangan dalam suatu tim kecil, setiap tiap tim terdiri 2 orang. Tujuan dari suatu tim adalah agar para anggotanya dapat saling melengkapi dan mendukung secara sinergis untuk melaksanakan suatu misi sesuai harapan. Dengan pola kerja demikian mengajarkan kepada kita untuk menjadi mitra Allah yang saling peduli dan memperkaya dalam kasih-karunia Allah.

    Beratnya beban persoalan yg sering menjadi keluhan dalam pelayanan bukan karena Tuhan tidak punya hati yg tidak memahami kekuatan manusia. Namun karena manejemen mutu pelayanan yg salah urus karena tidak bersedia bersinergi dengan orang lain. Sehingga kita merasa bekerja seorang diri, merasakan beban berat dan kehilangan banyak sukacita dalam bekerja melayaniNya.

    Kenalilah beberapa Pencuri Sukacita dalam Pelayanan :

    1. Messiah Syndrome ( Merasa diri sebagai juru selamat)

    Kuatnya kompetensi seseorang dalam pelayanan berdampak merendahkan kapabilitas orang lain yg terlibat didalamnya. Realitanya tidak sedikit para pelayan Kristus yg lebih memilih  mengkultuskan diri sendiri seakan-akan suatu progresivitas pelayanan menjadi sangat tergantung kepada diri kita.  Kalau "SAYA" tidak berperan di sana, maka menganggap pelayanan tersebut tidak beres. Sikap inilah yang disebut dengan “Messiah Syndrome”, sebab kita memainkan peran diri seperti seorang “mesias” atau “juru-selamat”. 

    2. Kultus Individu (memusatkan perhatian pada diri sendiriatau orang lain)
    Selain kecenderungan “mengkultuskan diri sendiri” juga terdapat bahaya “mengkultuskan- individu” seseorang. Sikap yang demikian akan menyebabkan kita membela mati-matian seseorang secara fanatik sampai kita kehilangan daya nalar yang jernih dan sikap iman yang sepatutnya.  Pola sikap yang demikian tidak akan pernah mampu menciptakan suatu mitra pelayanan yang saling memberdayakan. Sebaliknya sikap pelayanan tersebut akan mematikan daya kreatifitas dan kecerdasan sebagai mitra Allah. 

    3. One Man Show Leadership (kepemimpinan yg berjuang seorang diri)
     
    Betapa lelahnya diri kita yg mengambil peran dalam semua variabel pelayanan. Namun kenyataannya tidak sedikit orang yg sedang mempraktekannya dalam pelayanan. Dalam mengelola kehidupan bersama, kita cenderung untuk hanya berfokus kepada suatu titik pusat untuk mengokokohkan kerajaan seorang figur pemimpin. Dalam skala kecil memang dibutuhkan namun jika diterapkan dalam jangka waktu yang lama, fokus terhadap figur pemimpin tersebut tidak pernah membawa kepada suatu perubahan yang konstruktif untuk memberdayakan para anggota menjadi seorang pemimpin. Bahkan hanya kelelahan dan persoalan baru yg diciptakan.


    II. Sukacita dalam POLA KEPEMIMPNAN KOLEKTIF (ayat.1).

    Pola pelayanan yg diterapkan Tuhan Yesus memilih 3 orang murid terlebih dahulu dalam diri: Petrus, Yohanes dan Yakobus. Setelah itu Tuhan Yesus memilih 9 orang lagi, sehingga para murid Yesus berjumlah 12 orang murid. selanjutanya kepemimpinan 70 orang murid. Jelas menguatkan indikasi kepemimpinan yg jamak menjadi kebutuhan dalam kerja pelayanan.

    Persoalan kepemimpinan pernah muncul pada jaman Musa. (Keluaran 18:13)
    Musa melakukan proses pengadilan untuk menyelesaikan masalah umat Israel hanya seorang diri dari pagi sampai petang. Musa menganggap hanya dia sendiri yang mampu menyelesaikan persoalan-persoalan umat. Sebagai konsekuensinya dia harus menguras seluruh waktunya untuk mengurus berbagai persoalan sehari-hari umat, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk memikirkan hal-hal yang lebih besar dan prioritas.


    Melihat kondisi itu, mertua Musa yg bernama Yitro bersikap lebih kritis dan bijaksana sehingga dia menegur Musa dengan berkata: "Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?" (Kel. 18:14). 

    Yitro beranggapan bahwa Musa telah menjadikan dirinya sebagai titik pusat atau satu-satunya figur yang menjadi fokus penyelesaian seluruh kasus umat. Sehingga Musa berjuang seorang diri (single fighter) untuk menyelesaikan setiap kasus yang dihadapi oleh umat Israel setiap hari. Nasihat Yitro kepada Musa adalah agar mencari orang-orang yang tepat untuk membantu dalam menyelesaikan tugas-tugasnya secara efektif. 

    Keluaran 18:21  “Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang”. 

    Nasihat Yitro tersebut seharusnya mengejutkan kita. Karena Yitro yang adalah seorang imam Midian, justru memiliki pola pemikiran yang bijaksana dan hati yang lurus di hadapan Allah. 

    a. Kualifikasi kepemimpinan pelayanan yg diusulkan Yitro : 
    • Seorang yang cakap (kompeten),
    • Seorang yg takut akan Allah (beriman), 
    • Seorang yg dapat dipercaya (kredibel)
    • Seorang yg memiliki nurani tidak serakah sehingga membenci suap (jujur dan tulus).   

    b. Sitem kerja fungsional Kepemimpinan:
    • Pemimpin yang mengepalai seribu orang, 
    • Pemimpin seratus orang, 
    • Pemimpin lima puluh orang 
    • Pemimpin sepuluh orang. 
    Sehingga kehidupan umat Israel yang berjumlah ratusan ribu orang menjadi suatu susunan sel yang tertata rapi dan mampu menjalankan fungsi secara sinergis. Yitro berhasil membuka kesadaran Musa untuk tidak lagi menjadi satu-satunya titik pusat dalam kehidupan bersama, tetapi memampukan Musa untuk melakukan penyebaran titik pusat kepada para pemimpin yang tepat.

    Realita yg merampas sukacita dan mengkerdilkan mutu pelayanan:

    a. Fanatisme Kepemimpinan

    Sikap yang fokus kepada seorang figur akan membentuk sikap fanatisme dan ketergantungan yang melumpuhkan kehidupan bergereja. Bahkan keberadaan dan kesatuan umat berada dalam bahaya saat pemimpin yang menjadi satu-satunya figur tersebut kemudian dipanggil pulang kerumah Tuhan. Umat yang semula hidup bersatu, tiba-tiba kehilangan suatu figur pemimpin yang selama ini mempersatukan mereka. Sehingga mereka kehilangan good father dengan membentuk berbagai kelompok secara liar. Mereka tidak pernah terlatih untuk menghayati hidup bersama dengan pola kerja “kepemimpinan yang kolektif”.

    b. Miskin Kaderisasi Kepemimpinan

    Pola kepemimpinan tunggal terjadi karena seorang pemimpin yang kharismatis tidak pernah melatih dan memberi kesempatan serta kepercayaan kepada orang lain untuk menjadi pemimpin yang lebih baik dari pada dirinya. Tanpa disadari mereka membentuk orang-orang yang kelak menggantikan diri mereka hanya memiliki suatu kualitas dan kemampuan yang lebih buruk. Dengan cara demikian, mereka berharap akan selalu popular dan tetap dipuja oleh para pengikutnya.
    Pentingnya pola penyebaran titik pusat kepemimpinan bukan hanya akan menyebarkan semua bakat dan karunia pada sebagian besar orang lain secara efektif, tetapi juga merupakan suatu prinsip kepemimpinan dari Kristus yaitu kaderisasi kepemimpinan yang lebih berkualitas dari kepemimpinan yang sebelumnya 

    III. Sukacita sebagai MITRA KERJA KRISTUS YG MISSIONER

    Pola penyebaran kekuatan pelayanan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dari 3 orang murid, kemudian menjadi 12 murid dan juga menjadi 70 murid merupakan proses kaderisasi yang secara esensial menjadi cikal bakal penyebaran Kerajaan Allah di atas muka bumi ini. Penyebaran Kerajaan Allah tersebut menjadi efektif karena membuka kesempatan dan daya kreatif seluas-luasnya bagi setiap orang yang dipanggil dan dipilih oleh Tuhan Yesus. Mereka diajak menjadi mitra Kristus untuk mewujudkan misiNya, yaitu menghadirkan Kerajaan Allah di atas muka bumi ini. 
    Makna perluasan Kerajaan Allah berarti upaya pemulihan, kesejahteraan dan keselamatan dalam kehidupan umat manusia. Sehingga setiap umat di dalam Kristus memiliki kesempatan, panggilan, hak dan kewajiban yang sama untuk merespon karya keselamatan Allah.

    Sukacita yg disedikan Allah kepada kita adalah sukacita memperluas Kerajaan Allah yang didirikan oleh Kristus untuk mengekspresikan kuasa kasih dan keselamatan Allah dalam kehidupan umat manusia.

    Beberapa petunjuk yg disampaikan Tuhan Yesus untuk menjadi mitra misi Kristus:

    a. Menjadi Mitra Kristus  yang CERDAS (ayat.3)
    Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala”.  

    Tuhan Yesus mengingatkan para muridNya untuk selalu waspada saat melaksanakan tugas dan misi Allah. Sebagai mitra Allah yang melaksanakan misiNya untuk menghadirkan realitas Kerajaan Allah, harus mampu membentuk tim kerja dengan orang-orang yang tepat sehingga terjalin suatu hubungan pelayanan  yang sinergis. Tim kerja perlu menjadi pola kepemimpinan dan pelayanan kita, karena selain kita terbatas untuk melaksanakan misi Allah, tetapi juga karena dunia yang kita hadapi adalah suatu dunia yang jahat. 


    Gambaran umat percaya seperti “anak domba” bertujuan menyadarkan agar mereka senantiasa hati-hati dan tidak takabur saat melayani di tengah-tengah dunia. Karena realitas dunia di mana kita hidup ditandai oleh kuasa dosa, dengan pola kehidupan anak-anak dunia seperti  seekor serigala yang ganas dan licik. Apabila umat percaya hanya mengandalkan kekuatan dan kemampuannya sendiri, maka mereka akan menjadi mangsa yang empuk bagi para serigala dunia ini. 

    Dalam konteks ini bukankah cukup banyak umat percaya yang lebih suka berjalan seorang diri dan menjauhi persekutuan serta tim kerja karena mereka merasa mampu untuk mengatasi setiap persoalan hidup dengan kekuatan dan kemampuannya sendiri. Mereka beranggapan bahwa yang terpenting adalah menjadi mitra Allah, dan tidak merasa perlu menjadi mitra bagi sesamanya. Makna kemitraan atau kawan sekerja Allah justru dijadikan suatu alasan yang kuat untuk meniadakan pola kerja kemitraan dengan sesamanya. Seharusnya makna kemitraan dengan Allah diwujudkan pula dalam kemitraan bersama dengan sesama, khususnya dengan rekan kerja yang sesuai. Semakin banyak sesama yang dilibatkan sebagai mitra kerja atau kawan sepelayanan, berarti kita telah meminimalisir kekuatan anak-anak dunia yang menjadi serigala bagi sesamanya. Sebaliknya semakin kita tidak memiliki sahabat dan tim kerja, maka semakin kuatlah kuasa anak-anak dunia untuk memangsa seperti serigala yang ganas dan licik.

    b. Menjadi MITRA KRISTUS YG BERKUASA (ayat.9)
    sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah  sudah dekat padamu.


    Lukas 9:1 menyatakan bahwa Kristus memberikan tenaga dan kuasa kepada para murid yang terpilih untuk menguasai setan-setan. 

    Kata “tenaga” berasal dari “dunamis” (δύναμις), lebih menunjuk kepada pengertian “kuasa ajaib” (miraculous power) atau perbuatan yang luar biasa (mighty/wonderful work)

    Kata “kuasa” berasal dari kata “exousia” (ἐξουσία). Makna kata “exousia” menunjuk kepada: suatu kemampuan, penguasaan karena memiliki suatu kompetensi dan kapasitas.

    Lukas 10:19, Tuhan Yesus berkata: “Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu”. 

    Dengan demikian Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai sumber segala kuasa, kemampuan, kompetensi, dan berbagai perbuatan yang luar-biasa sehingga para murid yang sebenarnya lemah dan tidak berdaya diberi kuasa untuk menjadi agen-agen pembaharuan dan keselamatan Allah. Para murid Kristus dipanggil untuk menyebarkan dan memampukan sesama agar setiap orang dapat  memperoleh anugerah keselamatan Allah yang membebaskan mereka dari belenggu kuasa kegelapan. Apabila setiap orang dapat dibebaskan dari belenggu kuasa kegelapan, maka mereka tidak akan lagi hidup dalam belenggu superioritas dan inferioritas, kelaliman dan penindasan, tindakan mendominasi dan memonopoli anugerah keselamatan Allah. 
    Kuasa yg Allah anugerahkan adalah dalam kerangka perluasan Kerajaan Allah yg akan menempatkan setiap orang setara dan bermartabat di hadapan Allah. Bahkan untuk menjadikan setiap umat manusia sebagai anak-anak Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus.

    c. Menjadi MITRA KRISTUS YG BERGANTUNG PADA  ALLAH (ayat.4)

    Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan

    Inti etika-iman yang mendasar dari tugas pengutusan Tuhan Yesus adalah setiap utusan tidak boleh tergantung dengan apa yang dia miliki atau banggakan.

    Maksud atau arti dari perkataan Tuhan Yesus tersebut adalah agar setiap umat yang menjadi mitra Tuhan  seharusnya tergantung penuh kepada Dia. Tugas pengutusan setiap umat percaya akan menjadi tersendat dan terhambat ketika umat mulai:
    • Mempersoalkan fasilitas pendukung, 
    • Keuntungan yang diperoleh, 
    • Pujian dan penghargaan dari manusia. 

    Selama kita mengharapkan hal-hal yang demikian, maka kita akan kehilangan sukacita sejati sebagai mitra Allah.  Jika kita masih menjumpai dalam pelayanan gerejawi berbagai keluhan yang berkaitan dengan anggaran,  fasilitas pendukung, harapan keuntungan yang tidak terpenuhi, pujian atau penghargaan yang duniawi. Kecenderungan sikap yang demikian justru menunjukkan bahwa dinamika pelayanan kita masih dikuasai ke-manusiawian yang seharusnya sudah di taklukkan. 

    Belajar dari 70 murid Tuhan Yesus. 
    Lukas 10:17 menyaksikan: “Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: "Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu". 

    Para murid Tuhan Yesus bergembira karena mereka  telah diberi karunia dan kuasa untuk menaklukkan roh-roh duniawi dan setan-setan.  Roh-roh duniawi dan setan-setan yang paling berbahaya bukan saat kita menghadapi kasus-kasus orang yang sedang kerasukan setan (demon possession), tetapi saat kita menghadapi hawa-nafsu dan keinginan daging di dalam diri kita. 
    Pergumulan kita yang paling berat adalah saat hati kita dirasuki oleh berbagai nafsu dan kepentingan pribadi. Secara umum dalam kondisi yang demikian, kita tidak lagi piawai membedakan secara obyektif di posisi sebagai mitra Allah ataukah telah beralih menjadi mitra kuasa dunia ini. Lebih celaka lagi, saat kita berada dalam cengkeraman hawa-nafsu dan kepentingan pribadi justru kita masih merasa berada di pihak Allah. 

    Jadi, makna bergantung penuh kepada Allah berarti kita membiarkan diri untuk dipimpin oleh Allah sesuai kemauan dan rencanaNya. Dengan sikap yang bergantung penuh kepada Allah, maka  akan selalu fokus untuk melaksanakan karya dan misi Allah. Sehingga yang utama bukan lagi masalah seberapa lengkap bekal, uang, pakaian, perlengkapan dan fasilitas pendukung yang harus tersedia dalam suatu pelayanan.  Tetapi keberhasilan kita untuk melaksanakan karya dan misi Allah lebih ditentukan oleh seberapa besar fokus dan kerelaan kita untuk dipimpin oleh kehendakNya. 
    Semakin Kristus menjadi fokus yang utama, maka kita akan dipenuhi oleh kuasa anugerahNya yang memampukan kita untuk menghadapi kuasa dunia ini.   

    Senang masih bersama Anda tetap melayani Tuhan
    Nikmatilah sukacita pelayanan bersamaNya, amin

    by Haris Subagiyo 
    Redaktur GRACIA MINISTRY http://graciaministry.blogspot.com