Senin, 24 Januari 2011

Tempayan Retak



jar.jpgSeorang ibu Cina yang sudah tua memiliki dua buah tempayan, yang dipikul di pundaknya dengan menggunakan sebatang bambu.  Salah satu dari tempayan itu retak, sedangkan yang satunya tak bercela dan selalu memuat air hingga penuh.  Setibanya di rumah setelah menempuh perjalanan panjang dari sungai, air di tempayan yang retak tinggal separuh.
Selama dua tahun hal ini berlangsung; setiap hari ibu itu membawa pulang air dan hanya satu setengah tempayan.  Tentunya si tempayan yang utuh sangat bangga akan pencapaiannya.  Sedangkan tempayan yang retak merasa malu akan kekurangannya dan sedih sebab hanya bisa memenuhi setengah dari kewajibannya.
Setelah dua tahun yang dianggapnya sebagai kegagalan, akhirnya dia berbicara kepada ibu tua di dekat sungai.  “Aku malu, sebab air bocor di bagian tubuhku yang retak di sepanjang jalan menuju ke rumahmu.”  Ibu itu tersenyum, “Tidakkah kau lihat bunga beraneka warna di jalur yang kau lalui, namun tidak ada di jalur yang satunya?”  “Aku sudah tahu kekuranganmu, jadi aku menabur benih bunga di jalurmu dan setiap hari dalam perjalanan pulang kau menyirami benih-benih itu.  Selama dua tahun aku bisa memetik bunga-bunga cantik untuk menghias meja.  Kalau kau tidak seperti itu, maka rumahku takkan seasri ini sebab tidak ada bunga.”
Kita mempunyai kekurangan.  Justru kekurangan itulah yang menjadikan hidup kita bersama menyenangkan dan memuaskan.  Kita harus menerima setiap orang apa adanya dan mencari yang terbaik dalam diri mereka.
email  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar