Kamis, 16 Juni 2011

Benarkah Sabar itu Menguntungkan?

Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota” (Amsal 16:32).


Sabar? Sabar sepertinya memberi indikator kalah, menurut pandangan sementara orang. Kata sabar ini bisa menjengkelkan bagi yang tidak menyukai dan melawannya. Karena, sabar mengekang jiwa dan membakar emosi, yang bila tidak diledakkan akan menggetirkan diri. Betapa tidak, pada sisi lain, orang yang sabar sering dianggap kalah, rendah, tidak memiliki kekuatan dan seterusnya. Karena itu, sabar itu adalah hal yang memalukan. Inilah dia. Sabar sudah diberikan arti yang “keliru dan sumbang.” Mengapa? Sabar telah diberi bobot negatif, pesimis dan permisif.
Sabar telah menjadi negatif karena menunjukkan sikap orang lemah. Sabar memberi indikasi adanya gaya pesimistis. Sabar, katanya, membuat orang pesimis dan berkata, “inilah saya, saya tidak berdaya melawan,” pikir sementara orang. Sabar diartikan secara permisif, yaitu gaya “kesera-sera what will be will be” karena saya sudah begini, mau apa lagi. Melawan akan tetap kalah juga, jadi sabar saja, jangan buat apa-apa, katanya. Apakah sabar berarti seperti ini?  Namun, dari posisi yang benar, ternyata sabar memiliki keunggulan hebat. Mengapa demikian? Sabar sesungguhnya adalah dasar bagi sikap, sifat, dan kebiasaan hebat yang proaktif yang menghasilkan secara positif. Ingatlah ini: “Sabar itu sober! Sabar itu subur! Sabar itu Zabur! Dan sabar itu shalom!” Apa pula maknanya ini? Marilah kita mulai dengan mencerna makna sabar yang sesungguhnya dan implikasinya bagi keteguhan diri serta keberhasilan dalam hidup serta kepemimpinan.

MAKNA SABAR YANG PAS
Sabar dan orang sabar dalam Amsal 16:32  
Alkitab LAI edisi BIS, dilukiskan dengan pernyataan berikut, “Tidak cepat marah, lebih baik dari pada mempunyai kuasa; menguasai diri lebih baik dari pada menaklukkan kota.” Di sini sabar diartikan sebagai “tidak cepat marah” yang padanannya ialah “menguasai diri.” Makna dari “sabar” terlihat jelas di sini, yaitu sikap tidak cepat marah dengan menguasai diri. Di sini sabar menjelaskan bahwa si penyabar menempatkan kehendak baik (good will), dan pikiran sehat (healthy rationality) di atas emosi.  Sabar menjelaskan bahwa si penyabar berkemauan baik yang ditempatkannya di atas segala yang lain. Ia juga menempatkan pikiran sehat di atas apa pun, sehingga ia tidak membiarkan emosinya mengambil kendali dalam bersikap (menentukan sikap atau menyikapi) apa pun sebagai respon atau reaksi atas aksi atau stimulus yang datang dari luar. Si penyabar dengan menempatkan kehendak baik dan pikiran sehat di atas emosi maka ia terbukti dapat menguasai diri. Di sini emosi diberi tempat yang pas sebagai pendukung kehendak dan pikiran. Perhatikanlah, bahwa “orang yang tidak sabar sebenarnya hanya membiarkan emosinya berada di atas kehendak dan pikiran sehat,” sehingga responnya menjadi emosional.
Dengan respon emosional ini kehendak dan pikirannya dipaksakan untuk menuruti kemauan emosi, maka jadilah “marah” alias “tidak sabaran” kata orang. Sabar dalam artian ini menegaskan adanya kehendak baik, kemauan baik, pikiran sehat untuk menyikapi stimulus (yang dipersepsikan negatif) yang datang dari luar, sehingga sabar dianggap lebih baik dari kekuatan atau kuasa. Sabar menjelaskan tentang kadar penguasan diri yang tinggi serta teguh. Sabar menjelaskan adanya sikap menolak menerapkan kekuatan tanpa kemauan baik. Menerapkan kekuatan atau kuasa tanpa kemauan baik akan terlihat sebagai arogan dengan gaya mendominasi yang egoistis. Sabar adalah sikap menempatkan kemauan baik di atas emosi, dimana emosi berperan mengedepankan kehendak baik yang berapi-api, bukan sikap amarah yang emosional.  Sabar itu benar, baik, indah dan kuat.

SABAR ITU SOBER
Sabar itu sober. Apa artinya ini? Sabar berati sober, dimana si penyabar sedang menggunakan pikiran jernih, “sober mind.” Sabar yang sober ini bukan saja memberikan tempat kepada pikiran sehat di atas emosi, tetapi menjernihkan pikiran dan menggunakan kejernihan itu untuk memandang dan memaknai stimulus yang datang dari luar, sebelum memberikan reaksi. Sabar yang sober akan membuat si penyabar bersikap empati yang objektif yang olehnya ia akan terlihat sebagai “orang berpengertian.” Penyabar sejati, dapat membuktikan diri sebagai orang berhikmat, dengan sober. Sabar dalam artian ini ialah “berpikir jernih” sebagai dasar untuk melakukan sesuatu tindakan (reaksi).  Sabar yang sober ini terlihat dalam Amsal 15:22b yang menegaskan, “Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan.” Jadi sabar yang sober, adalah jawaban bagi tindakan yang positif dan berhasil. Sabar itu sober, dimana penyabar adalah “pendengar yang bijaksana yang lambat berkata-kata dan lambat marah.” Ia sabar yang dibuktikan dengan pikiran jernih, sikap dan tindakan yang benar serta membawa kebaikan (Yakobus 1:19).

SABAR ITU SUBUR
Sabar itu subur. Apa maksud dari pernyataan ini? Sabar itu subur mengimplikasikan akan dampak positif dari kesabaran. Sikap sabar mendemonstrasikan kebiasaan benar dan baik pada satu sisi, dimana kebiasaan benar yang baik tentu dilandasi karakter benar dan baik yang bersumber dari nilai etika serta moral yang benar. Sabar menjelaskan bahwa si penyabar berakal budi atau berbudi luhur (Yesaya 32:8), yang dinyatakan dalam sikap dan tindakan yang lemah lembut (Yakobus 3:13-18). Kebenaran tentang sabar yang subur ini disetir dalam Amsal 16:21 yang menegaskan, “Orang yang bijak hati disebut berpengertian” (TB) atau “Orang yang bijaksana dikenal dari pikirannya yang tajam” (BIS), sehingga ia dapat mengendalikan diri dan “berbicara manis lebih dapat meyakinkan” (TB) atau ia membutikan diri sebagai “memiliki cara bicaranya yang menarik, membuat kata-katanya makin menguntungkan” (BIS). Sabar yang subur ini ternyata membawa keuntungan dan kemanfaatan ganda. Pada satu sisi, si penyabar membutikan diri sebagai orang bijak, dan pada sisi lain ia terbukti memelihara hatinya dari yang jahat (Amsal 4:23). Di sini, melalui kesabaran ini, ia menyelamatkan dirinya serta hubungannya dengan orang lain (stimulan) dalam situasi seburuk apa pun. Sabar yang subur ini ternyata membawa kemanfaatan positif dan keuntungan besar.

SABAR ITU ZABUR
Sabar itu zabur mengandaikan bahwa sabar membuat orang dapat bersyukur atau bermazmur dalam segala sesuatu untuk semua kondisi. Sabar dalam kaitan ini menjelaskan bahwa si penyabar yang mengendalikan emosinya, juga mengendalikan kata-katanya, yang olehnya ia membuktikan bahwa ia adalah “orang beribadah yang sejati” (Yakobus 1:26). Orang sabar menggunakan mulutnya untuk “memuji TUHAN” (I Tesalonika 5:16-18). Karena ia mengerti bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebajikan kepadanya” (Roma 8:28), sehingga ia tidak terpancing untuk bereaksi negatif atas stimulus dari luar, seperti kata-kata dan tidandakan seseorang kepadanya yang negatif dan menyakitkan sekali pun. Dengan sikap sabar seperti ini orang sabar “memelihara nyawanya dengan menjaga mulutnya” (Amsal 13:3, 6). Orang yang sabar menyadari bahwa “Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak” (Amsal 25:11). Sedangkan, orang yang tidak sabar dan tidak sabaran hanya mengucapkan kata-kata yang menghancurkan bagaikan “tikaman pedang” (Amsal 12:18). Sabar menempatkan si penyabar sebagai manusia bijak yang selalu menggunakan kata-katanya untuk memuliakan Allah dan meneguhkan sesama, karena itu sabar itu zabur.

SABAR ITU SHALOM
Sabar itu shalom. Apa artinya ini? Sabar itu shalom, karena dengan bersikap sabar, si penyabar sedang membuktikan bahwa “ia adalah pengasih sejati” yang mengasihi dan membawa shalom. Si penyabar mengasihi karena ia mengerti bahwa “kasih itu sabar” (I Korintus 13:4a). Ia sabar karena ia menyadari bahwa ia dikasihi Allah, ia diampuni Allah (Kolose 3:12) sehingga ia mengalami damai sejahtera dalam hati, roh,  jiwanya. Dengan jamahan kasih TUHAN ini, si penyabar telah berdamai dengan Allah (Roma 5:9-11) dan menikmati shalom. Dengan kekuatan kasih itulah si penyabar memiliki kemampuan untuk mengampuni sesamanya, seperti ia telah diampuni oleh Allah (Banding: Matius 18:21-22, 23-35). Dengan sikap dan tindakan mengampuni seperti  ini si penyabar sedang menebar kedamaian bagi setiap orang yang ada di sekitarnya. Kualitas hidup baru yang dibangun di atas kasih Allah ini menyebabkan si penyabar mampu membuktikan kinerja yang berkualitas, karena ia dapat melakukan segala sesuatu sama seperti kepada Allah (Kolose 3:17, 23). Si penyabar sabar, karena sabar itu shalom!

IMPLIKASI:
Anda tentu telah meilhat apa dan bagaimana memaknai serta menikati keuntungan dengan sabar serta mencitrakan diri sebagai penyabar sejati. Lihatlah kebenaran tentang sabar yang dapat meneguhkan, seperti  dibawah ini:
  • Sabar mengandaikan adanya kekuatan pengendalian diri yang teguh, sehingga si penyabar bersikap proaktif positif yang konsisten. Sabar membuat ia mampu untuk tidak melukai dan tidak terluka.
  • Sabar menunjukkan adanya kualitas penguasaan pikiran yang terus dipertahankan sejernih-jernihnya, sehingga si penyabar akan selalu berpikir positif, sebagai dasar untuk berkata, bersikap dan bertindak positif. Ia akan terbukti selalu altruistik dengan adanya sikap sabar.
  • Sabar memberikan kekuatan kepada si penyabar untuk membuktikan diri sebagai berbudi luhur yang olehnya ia akan berpikir luhur, berkata luhur dan bertindak luhur. Ia akan selalu membangun.
  • Sabar memberikan kuasa yang meneguhkan si penyabar sehingga ia mampu untuk bersikap teguh dalam menghadapi kondisi nyata. Sabar meneguhkan si penyabar sehingga ia mampu bersyukur kepada Allah serta menjadi berkat bagi sesama dalam segala kondisi. Ia akan selalu rohani dan manusiawi.
  • Sabar mengaruniakan damai sejati kepada si penyabar yang olehnya ia menikmati shalom serta mampu menjadi alat perdamaian kepada sesama dalam hidup keseharian serta kerja. Sabar yang membawa damai ini akhirnya akan membawa hasil yang positif dan penuh berkat secara langgeng dalam kehidupan pribadi mau pun kepemimpinan. Ia akan selalu membawa berkat dan memberkati.
Praktekanlah, maka Anda akan tajub oleh khasiat sabar. Selamat membuktikan diri sebagai “pemimpin yang sabar” yang merupakan karakteristik pemimpin besar, demi keberhasilan hidup dan kepemimpinan!!!
Salam dan doa,
Dr. Yakob Tomatala

1 komentar: