Minggu, 29 Januari 2012

Seng YU Wat YU Ling YU


Ini bukan Filosofi Tiongkok yg diadopsi arek-arek Suroboyo. Statemen "seng yu wat yu ling yu" adalah mentalitas tahan banting masyarakat pinggiran, yang memiliki kepanjangan : seng payu, kawat payu beling payu ( seng laku, kawat laku dan pecahan kaca laku) yg berkonotasi bahwa apa saja yg dikerjakan jangan pilih berat ringannya tetapi apakah memiliki nilai jual walaupun harus dipertaruhkan sebagai pengerja pengais barang-barang bekas.

Yang menarik dari filosofi hidup mereka adalah : kreativitas, apresiasi dan kerja keras tidak menyerah dengan perubahan status dari modern ke post modern sekarang ini dan  tidak menggoncangkan daya tahan mereka untuk tetap berkarya.


a. Mentalitas seng yu wat yu ling yu adalah spirit ketekunan dan kerja kerja
Tidak dibutuhkan investasi mahal dan peralatan canggih untuk survive ditengah kota besar. Untuk memotong, membongkar gedung besar guna menemukan kerangka besi , kayu, seng dsb dari dalamnya yg dibutuhkan hanya palu godam dan air putih. Lebih menantang dengan bertaruh nyawa: untuk mengangkat bangkai kapal dari dalam laut lepas yg dibutuhkan hanyalah dua perahu tradional yg dipakai sebagai penopang katrol manual,  sedang kesanggupan untuk menyelam hanya dilengkapi selang plastik dengan oksigen yg dialirkan dari kompresor. Ini sungguh nyata ..semua dapat dikerjakan dan punya nilai jual.

Bagaimana itu sanggup mereka kerjakan ,  selalu ingat " seng yu wat yu ling yu"


b. Mentalitas seng yu wat yu ling yu merupakan spirit apresiasi tanpa seleksi
Bagi masyarakat pinggiran yg kurang mendapat penghargaan secara pantas karena perilakunya yg dianggap miskin pendidikan, hidup tidak teratur atau tampilannya tampak kusut namun dalam realitanya justru mengkristalkan mentalnya untuk sanggup beradaptasi dengan beban hidup yg berat , tanpa memilih kerja prestise yg penting dapat penghasilan halal dan cukup untuk makan pada hari itu. Sedemikian sederhana pola berpikirnya namun realistis untuk dapat survive dalam era kompetisi saat ini. 
          Belasan tahun yg lalu sisa penggergajian kayu diperusahaan pemotongan kayu bagai
          tak berharga sehingga saya dapat mengambil sepuasnya sebagai pengganti untuk
          menguruk tanah dihalaman rumah. Namun saat ini masyarakat sudah harus membelinya
          dalam bentuk furniture dari limbah gergajian kayu yg disebut partikel. 

Jangan anggap murah kotoran ternak : di Kabupaten Bantul - Jogjakarta harus dibuatkan PERDA khusus pelarangan menjual kotoran lembu (tletong sapi) ke wilayah lain karena kebutuhan wilayah itu sendiri jauh dari cukup guna bahan baku pupuk kandang. Mengingat di Kabupaten Sleman adalah penyerap tletong terbesar untuk pupuk tanaman salak pondoh.


Jangan lagi berpikir bahwa rumput alang-alang itu tumbuh secara liar dan tak berharga, saat ini orang sengaja menanam rumput sebagai komoditi pertanian yg cepat, mudah dan tahan hama.


Jika segala material  yg dahulu dianggap liar, sampah, tidak berharga namun masyarakat modern telah mengubahnya sebagai produk yg berharga semakin tinggi , Ironinya penghargaan manusia terhadap manusia lain justru semakin mengalami kemerosotan. 
Rakyat adalah komoditi politik yg berharga ketika menjelang PEMILU saja.
Wong cilik sangat dibanggakan bahkan diberi tempat terhormat saat orasi legeslatif
Bencana alam sekarang ini menjadi wahana vulgar para politisi berebut simpati publik
Didalam gereja, jemaat diapresiasi dalam orientasi persembahan materaialnya.


Bagaimana apresiasi para pemimpin gereja terhadap pelayanan pekerjaan Tuhan? 

Ling yu wat yu seng yu  seharusnya daya dorong untuk melayani tanpa pilih kasih, dimana saja dan kepada siapa saja , tak bedakan kota, desa atau daerah tertinggal.  Gereja tidak harus larut dalam tuntutan phisik yg megah, mewah dan seba waaaaaah untuk membuat Tuhan dimuliakan. 
Harus diakui bahwa filososi Ini hanya dimiliki oleh mereka yg sungguh berkomitmen hidup untuk TUHAN.  Yang menyedihkan jika mentalitas ling yu wat yu seng yu dijadikan pembenaran diri untuk mengeruk keuntungan pribadi, dengan mengatas namakan Tuhan, sebagai bentuk ketaatan pada Firman Tuhan atau melakukan hukum kerajaan Allah dsb. Sehingga para pemimpin umat berusaha melakukan apa saja baik secara psikologis ataupun pengajaran populer walaupun jelas tidak Alkitabiah. Ini adalah dis-orientasi pelayanan: nyatanya tidak sedikit gereja yg telah kehilangan fokus keabadian yg tidak total bekerja pada kepentingan Tuhan, yg tidak lagi bersungguh-sungguh memindahkan jemaat kembali pada rancangan Allah yg tidak bekerja mati-matian untuk menggolkan jemaat sebagai warga Kerajaan Allah tetapi justru berkompetisi menjadikan jemaat sebagai warga kerajaan dunia untuk membesarkan  gereja  secara phisik yg ujungnya adalah tahta dan kemakmuran material sang pemimpin.


Jika itu yg terjadi kembalilah belajar pada orang-orang pinggiran yg bersungguh hati SERIUS, memperjuangkan hidup walau hanya untuk sesuap nasi berani mempertaruhkan semuanya, yg terbaik untuk masa depannya.
Salam SENG YU WAT YU SENG YU
Have nice day all.... GBU all.


by Haris Subagiyo , 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar