Sabtu, 23 April 2011

Penundukan diri yang Mengubahkan Dunia

Persoalan terbesar yg dihadapi Juru Selamat dunia bukanlah saat memanggul salib sampai Golgota. Duduk persoalannya justru dimulai dalam pergulatan iman di Taman Getsemane. Pergumulan batin yang dialami Tuhan Yesus dalam kapasitas 100% manusia dan 100 % Allah di Taman Getsemani menjadi tonggak penentu  keberhasilan memikul salib.
Kedahsyatan seluruh penderitaan tergambar jelas mendampingi detik-detik berikutnya yg harus dilewati bagaikan masuk dalam lembah bayang-bayang maut yang begitu mengerikan. Hal ini yang membuat-Nya nyaris tak kuat menanggungnya sehingga Allah Bapa harus mengutus seorang malaikat untuk menopang kekuatanNya (Luk. 22:43).

Mengapa peristiwa salib Golgota harus dimulai dari pengalaman Getsemane yang begitu dahsyat?

"Pergumulan Getsemane itu mengajarkan sikap penundukkan diri dibawah otoritas kehendak Allah sebagai prioritas besar lebih dari kebutuhan, persoalan dan eksistensi diri kita. Penundukan diri terhadap kehendak Allah merupakan sistem instalasi awal sebelum sistem kerja Allah dimungkinkan mensupport seluruh kinerja hidup kita.

Apa pentingnya penundukan diri kita terhadap kehendak Allah?

1. Melakukan kehendak Allah adalah KEPUTUSAN yg harus kita PILIH. ayat.42
"Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini  lalu  dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki. 

Melakukan kehendak Allah adalah pilihan bebas manusia (free will). Allah tidak pernah dalam kapasitas memaksakan kehendakNya sebagai keinginan yg didorongkan kedepan secara paksa kepada kita. Hidup bagi kehendak Allah adalah suatu pilihan bebas. Orang bisa saja menolak untuk hidup bagi kehendak Allah, apalagi jika pilihan tersebut logikanya membawa konsekuensi yang akan merugikan dirinya sendiri atau bahkan menyebabkan kehilangan nyawa.
Namun, teladan yang diperagakan Tuhan Yesus di Taman Getsemani menyatakan bahwa menuruti kehendak Allah Bapa adalah skala prioritas besar daripada mengejar kenikmatan semu yang ditawarkan dunia.

Di taman Getsemane menjadi makin nyata dimensi kemanusian Yesus, bahwa Dia juga memiliki kepekaan rasa yg dapat terluka, merasakan kepedihan jiwa yang sangat dalam serta kesengsaraan fisik yang belum pernah dialami dalam kehidupan-Nya di bumi. Itu  membuat-Nya digoncangan dengan perasaan gemetar dan takut sehingga Ia meminta ketiga murid-Nya yang terdekat, Petrus, Yakobus, dan Yohanes, berjaga di dekat-Nya (Mat. 36:38).
Bahkan Lukas menambahkan bahwa karena ketakutan, Ia makin sungguh-sungguh berdoa sehingga "peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah" (Luk. 22:44).
Tuhan Yesus mengalami tekanan mental yg sangat luar biasa saat memulai menghadapi salib Golgota.

Mengapa Yesus merasa begitu takut dan gentar?

1. Karena Ia menyadari bahwa hidup-Nya yang suci, tanpa dosa, sebentar lagi akan dikontakkan dengan kecemaran dan kenajisan dosa dunia. Ia yg tidak berdosa dijadikan berdosa untuk menggantikan hukuman dosa manusia.

2. Menghadapi kenyataan ditinggalkan oleh Allah Bapa. Relasi Allah Bapa dan Anak bersifat chemestri (senyawa), harmoni dan abadi, namun karena dosa kita, Allah Bapa harus memalingkan muka dari Anaknya.

KegentaranNya sama sekali tidak ada relevansinya dengan keengganan disakiti secara phisik atau batin, perasaan ini adalah wajar sebagai manusia. KegentaranNya adalah berkaitan dengan fakta kesucian diri dan relasi Ilahi dengan BapaNya.

Harapan Yesus yg dituangkan dalam doaNya tidak dimaksudkan untuk menampik cawan murka Allah, justru dalam doaNya menyatakan penyerahan total kepada kehendak Bapa-Nya. Jelaslah bahwa Yesus telah membuat pilihan secara sadar dan tegas untuk menerima kehendak Bapa-Nya walaupun dengan konsekuensi harus kehilangan nyawa dan putus hubungan dengan Bapa walau hanya untuk waktu yg sangat amat singkat.

Kemauan kita untuk memilih kehendak Allah membutuhkan PENUNDUKAN DIRI secara total tanpa menyisakan keinginan yg berpeluang menyenangkan diri sendiri. Proses penundukan diri ini melalui tarik menarik keinginan pribadi, godaan dari luar, iming-iming iblis yg dikontradiksikan dengan konsistensi pada kehendak Allah. Penundukan diri yg seharusnya tidak boleh didasari kepentingan pribadi atau fakta yg fana, seperti kehilangan kesenangan, kebebasan atau harga diri.
Pada posisi manakah pilihan kita, itu menujukkan kualitas iman yg sesungguhnya terhadap Allah.

2. Melakukan kehendak Allah adalah KEPUTUSAN YANG HARUS DIPROKLAMASIKAN
(ayat.42)
"Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu"
Apa pentingnya Alkitab mencatat secara eksplisit doa Tuhan Yesus yg diulang-ulang sebanyak tiga kali dengan pernyataan yg sama.

a. Tidak ada pilihan berganda (multiple choice) dalam melakukan kehendak Allah.

Secara manusia, kita dapat menjadi lemah dan tak berdaya bahkan seperti mau mati rasanya dengan tuntutan Allah. Namun Allah tetap tidak akan menurunkan beban loyalitas terhadap kehendakNya. Secara prinsip kehendak Allah tidak akan pernah merampas fakta kebahagiaan kekal yg sudah diberikan pada kita, namun secara faktual memang konsekuensi ketaatan itu dapat memukul perasaan kita.

b. Kehendak Allah menuntut pengakuan langsung kita untuk memastikan dimanifestasikannya kehendak Allah tanpa syarat.

Suatu tindakan yg memastikan bahwa kehendak Allah harus terlaksana, berapa pun harga yg harus dibayar adalah proklamasi penting dari watak iman kita. Karena bagi Yesus, melakukan kehendak Bapa itulah yang paling baik, efektif dan menyenangkan Bapa. Karena misi keselamatan manusia yg sudah dirancang sejak kekekalan saat ini menjadi nyata dalam diriNya .
Ini adalah proklamasi iman yg tunduk pada kehendak Allah  bahwa kehendak Allah menempati rating di atas segala-galanya:  lebih dari kepentingan pribadi, lebih dari kebutuhan, lebih dari cita-cita bahkan lebih dari hidup kita sendiri dan lebih dari realita yg sementara.

Iman Kristen tidak berjalan diawan-awan, dimana tidak ada kepastian untuk menjawab panggilan Tuhan. Iman itu bukanlah janji tetapi bukti, iman itu bukan perkataan tetapi perbuatan. Iman itu bukan KEMUNGKINAN tetapi KEPASTIAN. Iman Kristen yg sejati seharusnya realistis dengan keberanian yg MEMASTIKAN dilaksanakannya seluruh kehendak Tuhan dalam hidup kita sampai selama-lamanya tanpa syarat.
Sanggupkah kita memastikan bahwa melakukan kehendak Allah menjadi cara yg paling efektif dan ideal dalam hidup dan pelayanan kita?
Jika kehendak Allah yg menjadi jalan satu-satunya bagi pengabdian kita, maka itu menjadikan cara Allah bekerja secara nyata di-dalam dan melalui hidup kita.

3. Melakukan kehendak Allah adalah KETAATAN YANG HARUS DIBUKTIKAN

Tuhan Yesus membuktikan ketegasan pilihan dan proklamasi-Nya melalui ketaatan tanpa kompromi. Penderitaan yang Ia alami dari Taman Getsemani sampai Golgota diterimaNya dengan kerelaan walaupun itu pengalaman yg penuh dengan resiko. Sikap ini membuktikan ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya.  Banyak perkara yg dapat dijadikan alasan untuk menggagalkan misi salib Kristus:

a. Siasat iblis yg ingin menjegalnya sejak kejatuhan Adam dan Hawa tak sanggup mengecoh ketaatan Yesus kepada BapaNya. Kejadian 3:15

b. Pengkianatan murid-muridNya juga tidak membelokkan konsitensiNya terhadap tujuan keselamatan manusia yg telah melekat dalam hidupNya.

c. Semua perlakuan manusia yg bengis, kejam, tidak adil, tidak manusiawi, semuanya itu tidak mampu menghentikan langkah ketaatan-Nya. Sampai pada akhirnya, Ia berani menyampaikan seruan "tetelestai" (bhs.Yunani), `sudah selesai`, yg berarti bahwa seluruh harga sudah dibayar lunas dalam tindakan ketaatan-Nya sampai dikayu salib.

"Pengalaman Getsemane adalah apresiasi Allah yg sangat besar kepada manusia yg tidak berharga, namun telah dibayar dengan DIRINYA SENDIRI yg sangat amat mulia, Dia turun sampai pada titik nol, menjadi manusia yg tidak berharga, dihina, dijadikan berdosa, bahkan disamakan dengan penjahat yg layak menerima hukuman mati. Bukan untuk membela mereka yg hidupnya benar, bukan untuk orang yg saleh dan terhormat tetapi untuk manusia yg lekat dengan lumpur dosa, tidak berharga, lemah tak berdaya, sampah yg menjadi bahan bakar nereka.

Kegentaran hatiNya ditaman Getsemane telah memikul seluruh dosa seisi dunia ini, membayar lunas seluruh hutang dosa kita sehingga dunia telah diubahkan oleh penderitaanNya.
Itulah bukti kemurnian PENUNDUKKAN DIRI yg sanggup mengubahkan seluruh dunia.

Taat sampai mati, melakukan kehendak Allah sampai titik darah penghabisan adalah gambar kasih Allah yg membela kita!

Berapa kali peristiwa Paskah sudah kita lewati?
Berapa banyak thema Paskah yg sudah kita dengar dan sampaikan?
Paskah bukanlah simbol penderitaan dan ketidakberdayaan ......
Paskah bukan seremonial keagamaan yg harus diagendakan secara reguler oleh gereja.
Paskah adalah panggilan praktis untuk hidup TAAT dibawah otoritas Firman Allah dengan segala konsekuensinya seperti Kristus yg berani dan rela membayar harga ketaatan untuk kita.

Jadilah pribadi yg mengerti dan bersedia melakukan kehendak Allah setiap hari.
"janganlah seperti yang aku kehendaki, melainkan menjadi seperti yang Engkau kehendaki" 

Be STRONG with God......
have nice day............................. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar