Selasa, 03 Mei 2011

Kecakapan Mengelola Goncangan Kehidupan



Realita kehidupan bersama Kristus bukanlah model kehidupan yg serba bisa dan serba beres bagai berjalan lurus di jalan bebas hambatan. Kuasa Kebangkitan Kristus bukanlah jaminan yg memanjakan kita tidak lagi terseret oleh berbagai persoalan hidup yg wajar ditengah konflik ekonomi, sosial dan budaya. Iman kristen bukanlah demontrasi meliak-liuk kepiawaian menghindari sentuhan persoalan sehari-hari. Goncangan kehidupan masih tetap ada.....!
Perbedaannya adalah:  kita yang mengalami kuasa kebangkitan Kristus akan semakin menemukan landasan hidup yang rasional dan bertanggungjawab kepada Allah walaupun harus mengalami kontraksi kehidupan. 


Lebih dari sekedar tidak gampang menyerah namun bagaimana kita sanggup mengelola goncangan menjadi kesempatan yg makin memajukan kerja pelayanan kita.

Kisah para Rasul 5:26-28

I. Realita Sukses Pelayanan tidak selalu membawa ke Istana (Kis. 5 : 12 - 16)

Standar keadilan menegaskan bahwa "kesalahan" harus dihukum dan "prestasi" pantas mendapatkan penghargaan (reward). Formula ini selalu benar dalam tataran konsep (wacana) namun tidak selamanya benar dalam penerapannya (aplikasi).

Perhatikan postur gereja perdana bertumbuh secara ideal:

a. Ibadah dengan kasih dan kesetiaan dalam relasi yg harmonis
b. Mereka menjadi kesaksian yg nyata sehingga sangat dihormati orang lain
c. Semakin hari jumlah orang yg percaya kepada Tuhan semakin bertambah
d. Tidak kering karena terus terjadi manifestasi mujizat Allah kepada banyak orang bahkan respon kehadiran orang yg sakit meluber sampai jalan raya ( over capacity)

Ini adalah sukses Pelayanan Rasul Petrus yg bukan saja kotbahnya telah mentransformasi iman 3000 orang percaya Yesus, tetapi juga mem-follow up (menindak lanjuti) dalam persekutuan yg benar kepada Allah dan sesama. Penghargaan yg seharusnya diterima adalah kehormatan, pujian, reputasi dan fasilitas. Namun realitanya kesuksesan pelayanan tidak membawanya ke ISTANA dan mengenakan mahkota raja malah justru menyeretnya ke dalam PENJARA.

Menerima dimensi yg berseberangan dengan kenyataan yg seharusnya di terima adalah kecakapan pertama untuk mengelola goncangan kehidupan.

JIka kita melihat kehidupan  nyata dari jendela yg sempit, banyak hal yg tidak terlihat secara utuh atau kelihatan suram. Sudah saatnya mulai menata ulang mental kita untuk melihat realita kehidupan secara utuh dari pintu utama yg terbuka.
Inilah realita kehidupan yg tidak harus menggunakan rumusan matematika "Simetris" dimana prestasi harus disambut dengan penghargaan yg pantas tetapi juga harus siap dengan kenyataan yg "A-Simetris" (perbuatan baik yg direspon secara terbalik).

Persolannya apakah pekerjaan kita bernilai percuma?

Istana raja memang bukanlah tujuan yg hendak Allah berikan bagi kita yg melayaniNya. Karena ini adalah realita semu bahkan bernilai sementara. Sasaran yg harus dicapai bukanlah menuju puncak istana ataupun masuk penjara tetapi bergiat menemukan JIWA-JIWA yg dimediasikan pada salib Kristus.

Langkah kita tidak terhenti hanya pada tahap menerima kenyataan secara sadar berbagai kehidupan sekarang ini.

II. Realita Ancaman menjadi KESEMPATAN dalam Pelayanan ( KIs. 5 : 17 - 21)

Kenyataan yg pahit dapat dikelola menjadi pengalaman manis dan lebih bermanfaat, manakala kita memberi kesempatan Allah bekerja mengubahkannya untuk kemuliaanNya.

Kuatnya penjagaan pasukan pengawal Bait Allah dan tebalnya pintu penjara hanyalah simbol arogansi manusia yg bernafsu memblokade rancangan Tuhan. Namun upaya manusia ini justru semakin menegaskan betapa tidak berdayanya manusia menahan denyut nadi Allah untuk mengembalikan hati manusia kembali ke jantung hatiNya.

“Intimidasi” (ancaman) hanyalah gertakan dengan tujuan mematikan daya juang dan kreasi dalam pelayanan. Kenyataannya memang membuat nurani kita menjadi ciut, gemetar bahkan seperti tidak berdaya. Namun dalam kerangka pekerjaanNya, tidak ada SITUASI yg buruk sekalipun dibiarkan menggelinding untuk memukul balik atau bahkan menghancurkan diri kita. Yang terjadi adalah: Allah sanggup mengubahkan situasi apapun, baik ataupun buruk (menurut penilaian manusia) untuk menjadi MANFAAT bagi KEMAJUAN PEKERJAAN ALLAH.

JIka situasi tidak segera berubah, PASTILAH HATI KITA telah diubahkan Tuhan untuk memiliki kekuatan yg sanggup menembus semua batas persoalan disekitar kita..

Betapa mudahnya Allah mengubah penjara sebagai kesempatan bagi efektifnya pekabaran Injil. Dengan mengutus malaikat untuk  membuka penjara dan memindahkah hamba-hambaNya dalam situasi bekerja diladangNya kembali.

Keterbatasan latar belakang dan basis akademis Petrus ternyata juga tidak menghalangi keberaniannya menghadapi imam besar.  Bahkan para murid Yesus terbukti mampu menjelaskan sikap iman mereka secara rasional .

Bagaimana mungkin prestasi pelayanan tetap lahir ditengah rumitnya persoalan?

a. Bersedia menerima pimpinan Allah (Kis. 5:27-29)

Larangan keras dari Imam Besar dan Mahkamah Agama untuk memberitakan nama Yesus dihadapinya secara tegas tanpa kompromi. Ketaatan kepada Allah menjadi prioritas pertama dan utama  dari pada sekedar menyenangkan hati manusia. 

b. Bersedia menerima Kuasa Allah

Kuasa kebangkitan Kristus memampukan para murid Yesus untuk memberi penjelasan secara argumentatif dan mendasar (substantif) tentang fakta yang menyakitkan kisah penyaliban Tuhan Yesus oleh para pemimpin agama Yahudi.

Menariknya pemaparan para murid Yesus tidak sekedar menguraikan kekejaman dan kejahatan para pemimpin agama Yahudi yang telah menyalibkan Kristus yang tidak bersalah. Tetapi lebih menyadarkan umat Israel bahwa Kristus yang telah disalibkan justru ditentukan Allah untuk Juru-selamat, sehingga seluruh umat dipanggil untuk bertobat dan menerima pengampunan dari Allah. 

c. Bersedia menyatakan kasih Allah untuk sesama

Kekejaman orang Yahudi terhadap Kristus tidak membangkitkan semangat sakit hati. Namun melalui peristiwa kebangkitan Kristus terbukti mampu menciptakan aura kasih ilahi dalam kehidupan umat percaya. Keberanian yang mereka tunjukkan dengan sikap yang sangat mengesankan merupakan keberanian yang dilandasi oleh kasih Allah yang menyala-nyala. Ketegaran yang mereka perlihatkan merupakan ketegaran yang dilandasi oleh anugerah pengampunan Allah.

Fakta ini menjelaskan  seharusnya di tengah-tengah kenyataan hidup yang menyakitkan dan mengecewakan tidak alasan membenamkan prestasi kehidupan kita. Selalu ada cara yg sudah Allah sediakan bagi kita untuk terus maju dan berkarya dalam situasi sesulit apapun. 

Namun sering kuasa kebangkitan Kristus tidak dapat bekerja secara efektif karena kita lebih banyak mengembangkan kebiasaan hidup yang mengedepankan EMOSIONAL bukan SPIRITUAL yg bermutu. 

* Kita membiarkan emosi dan ketidakpuasan meletup secara liar. 
* KIta tidak mampu menerima persoalan yang tidak menyenangkan menimpa diri kita. 
* Kita tidak menundukkan diri pada pimpinan Allah.

kita justru sering mencari alasan pembenar untuk menyalahkan keadaan, orang, situasi bahkan menyalahkan Tuhan.

Jemaat masa kini juga dipanggil untuk menghadapi kenyataan hidup dengan sikap yang rasional dan tegar dan bertanggungjawab. 
Didalam Kristus tidak ada situasi buruk yg tidak dapat diubahkan untuk kebaikan.
Didalam Kristus tidak pekerjaan sekecil apapun yg tidak mendapat penghargaan Allah.

JIka goncangan kehidupan datang, tak usahlah minta disingkirkan.....
Jika goncangan pelayanan kembali datang. ..tak usahlah kita meratapinya....
JIka sekali lagi goncangan keluarga itu datang.... tak usahlah kita membencinya.....

namun ubahlah semua goncangan menjadi kesempatan mementalkan diri kita melesat tinggi  makin dewasa dan efektif dalam pekerjaanNya.

God Bless U all
Have nice day

by Haris Subagiyo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar