Selasa, 29 Maret 2011

Dunia bergoncang, siapa takut?

Akumulasi goncangan dunia sekarang ini banyak direspon sebagai fenomena yg sangat mendekatkan kita pada jaman akhir, karena tanda-tandanya jelas terbaca. Secara scientis (ilmiah) dunia bisa hancur karena badai matahari, pulau es di Antartika meleleh akibat pemanasan global sehingga meningkatkan debet air laut yg pasti akan menenggelamkan banyak pulau, gempa bumi yg makin besar skala kedahsyatannya, tsunami, gunung meletus, deru perang dsb.
Secara mistis tidak sedikit orang yg percaya pada perhitungan suku Maya yg meramalkan kiamat pada tahun 2012.
Bagaimanakah sikap kita yg seharusnya menanggapi fenomena alam sekarang ini?
Manusia pada umumnya memiliki kecenderungan yang sangat kuat untuk ingin mengetahui apa yang bakal terjadi. Apalagi kalau melihat tanda-tanda jaman yg mengerikan: gunung meletus, gempa bumi yg dahsyat, tsunami, banjir bandang, pulau es yg meleleh dsb. seolah-olah bumi akan runtuh mengindikasi secara kuat bahwa Tuhan Yesus sesungguhnya tidak akan menahan lagi kedatanganNya , mungkin.........? entahlah, yg pasti berbagai ramalan spekulatif hanya membuat orang takut saja.
Ketika Tuhan Yesus berbicara mengenai keadaan Bait Allah di Yerusalem yang suatu saat akan diruntuhkan, maka murid-muridNya segera bertanya: “Guru, bilamanakah (kapan) itu akan terjadi? Dan apakah tandanya(bagaimana), kalau itu akan terjadi?” (Luk. 21:7). 
Para murid Kristus, bertanya tentang kapan peristiwa tersebut akan terjadi, dan bagaimana tanda-tandanya. 
Apa perlunya pertanya kapan dan bagaimana ?
a.Pertanyaan tentang “kapan” peristiwa runtuhnya Bait Allah dibutuhkan agar mulai sekarang mereka dapat mengantisipasi apabila peristiwa tersebut kelak akan terjadi; 
b.Pertanyaan tentang “bagaimana” tanda-tandanya agar mereka dapat mendiskripsikan secara tepat sehingga mereka tidak salah menduga.
Prinsipnya manusia berusaha mengendalikan masa depan sehingga mereka dapat berjaga-jaga terlebih dahulu sebelum peristiwa tersebut akan terjadi. Itu sebabnya manusia memiliki dorongan yang sangat kuat untuk mengetahui berbagai ramalan tentang masa depan hidupnya.
Sebagai akibatnya kita sering mengabaikan dan kurang peduli terhadap tanggungjawab yang seharusnya dikerjakan pada masa kini. Karena sibuk berpikir dan mencari jawaban terhadap “rahasia” masa depan yang belum tampak dan belum terjadi, dapat melalaikan yang utama dalam kehidupan masa kini yaitu sikap tanggungjawabnya. Hasilnya adalah kita seringkali menjadi orang-orang yang gagal dalam kehidupan masa kini dan makin terpuruk di masa depan. 
Apa jawaban Tuhan Yesus terhadap pertanyaan kapan dan bagaimana!
Tuhan Yesus tidak pernah menjawab soal kapan dan bagaimana tanda-tanda dari peristiwa runtuh atau hancurnya Bait Allah. Tetapi Dia memberi jawaban: “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaKu dan berkata: Akulah Dia dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka” (Luk. 21:8).
Pesan utama dari sikap Tuhan Yesus dalam menyikapi masa depan adalah:
a. Bersikap waspada dan jangan mau disesatkan. Makna sikap waspada pada umumnya lebih menunjuk kepada sikap yang kritis, tetap rasional, cerdas dan hati-hati, tidak mudah terpengaruh dan tidak mudah ditipu oleh berbagai macam pengajaran palsu. 
b. Jangan kaget, apabila kita sekarang mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, maka mereka diharapkan tidak perlu terkejut. Sebab peperangan dan pemberontakan yang sangat hebat sekalipun bukan merupakan tanda bahwa akhir zaman telah mulai. 
Tuhan Yesus berkata: “Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera” (Luk. 21:9). 
Manusia selalu memiliki kecenderungan yang kuat untuk mengetahui “rahasia” akhir zaman. Terbukti sampai sekarang ini, baik secara saintis maupun mistis kedatangan Tuhan Yesus terus diramalkan! Mulai dari update gempa 8.9 SR diJepang, bumi terbelah, matahari bertabrakan, banjir bandang, deru perang, chaos dimana-mana dsb. seakan-akan hanya memberi bumbu sedap para penggagas ramalan akhir jaman. Walupun semua ramalan meleset namun semangat untuk mengetahui rahasia masa depan tentang akhir zaman ternyata tidak pernah surut. Berbagai kelompok agama termasuk kelompok orang-orang Kristen terus berusaha untuk berbicara dan membahas mengenai kapan terjadinya akhir zaman di mana Hari Tuhan yang dahsyat tersebut akan terjadi. Apa yg bakal terjadi ditahun 2012 ? mboh...pikirin sendiri.
Sikap iman orang percaya menanggapi tanda-tanda jaman:
Spiritualitas orang percaya seharusnya ditandai dengan sikap “jangan mudah terkejut dan panik”, selalu waspada dan tidak mudah disesatkan. Kelompok-kelompok keagamaan termasuk pemimpin gereja sering memberitakan hal-hal yang sangat menakutkan dan serba mengerikan bagaimana hari Tuhan tersebut datang. Tujuannya agar kita segera bertobat. ini namanya CHILDISH TEORY (Teori yg kekanak-kanakan). Padahal seharusnya makna pertobatan seseorang kepada Tuhan dalam prinsip iman Kristen tidak boleh didasari oleh ketakutan. Sebab ketakutan tidak akan pernah membawa seseorang kepada pertobatan yang tulus dan transformatif.
I Yohanes 4:18, “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih”.
Karena itu sangatlah tidak bijaksana apabila kita mengangkat tema-tema tentang “ramalan” hari kedatangan Tuhan yang dahsyat itu dengan tujuan agar umat yang mendengar bersedia bertobat, meninggalkan dosa-dosanya, lalu mau mengasihi Tuhan dan sesamanya. 
Perasaan takut tidak pernah mampu melahirkan kasih yang sempurna. Bahkan suatu perasaan takut pada hakikatnya menunjukkan bahwa kita masih berada dalam hukuman dan ketidaksempurnaan dalam kasih. Jadi semua upaya “ramalan” tentang akhir zaman atau tentang kedatangan Tuhan Yesus tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara teologis, selain bersifat sangat spekulatif  juga  tidak edukatif (mendidik) umat untuk bersikap lebih konstruktif dan realistis terhadap kehidupan ini.
Seharusnya hanya mereka yang hidup secara fasik dan melakukan kejahatan saja yang layak takut menghadapi hari kedatangan Tuhan.
Maleakhi 4:1 “Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka”  
Nabi Maleakhi menubuatkan bahwa hari Tuhan yang akan datang dengan sangat dahsyat seperti nyala api yang membakar dan menghancurkan. Tetapi yang dibakar dan dihancurkan oleh Allah bukanlah seluruh umat manusia, tetapi hanyalah mereka yang berlaku fasik. Dimana orang-orang fasik akan menjadi seperti jerami yang terbakar saat hari kedatangan Tuhan tersebut.
Jadi dengan demikian berita Alkitab pada satu pihak memang menyatakan bahwa kedatangan hari Tuhan akan sangat dahsyat dan mengerikan bagi orang-orang fasik. Namun pada pihak lain juga menyatakan bahwa tujuan utama dari hari kedatangan Tuhan tersebut adalah untuk membawa suatu perubahan total terhadap seluruh aspek kehidupan. Melalui hari kedatanganNya, Allah menciptakan ulang kehidupan yang penuh selamat dalam kebenaran serta keadilan.
Ini berarti umat manusia dalam menyongsong kedatangan hari Tuhan pada satu pihak perlu menyadari dengan penuh keprihatinan berbagai kerusakan dan penderitaan yang akan mereka alami. Tetapi pada pihak lain dalam kedatangan hari Tuhan juga terdapat perspektif pengharapan iman bahwa Allah akan campur-tangan untuk menciptakan kembali suatu kehidupan yang penuh sejahtera dan berkat keselamatan sehingga umat manusia akan hidup dalam sukacita.
Dengan demikian makna hari kedatangan Tuhan yang dahsyat untuk membawa hukuman dan kengerian bagi para pelaku kejahatan, tetapi sekaligus memberikan pengharapan iman yang kokoh dan transformasi total Ilahi dalam kehidupan ini bagi umat yang hidup benar di hadapan Allah. 
Maleakhi 4:2 Allah memberi jaminan dan penghiburan kepada umat yang hidup benar, yaitu: “Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang”. Pada hari kedatangan Tuhan, umat percaya justru akan menyaksikan akhir zaman sebagai era yang menerbitkan surya kebenaran dan pemulihan atau kesembuhan yang menyeluruh dalam kehidupan ini. 
Bilamana kita sering merasa pesimistis dengan kondisi dunia yang semakin tidak terkendali dan kejahatan menjadi penguasa dalam berbagai aspek kehidupan, maka pada hari kedatanganNya, Allah menciptakan suatu kehidupan yang sama sekali baru sehingga setiap umat dapat menyaksikan surya kebenaran dan pemulihan.
Menanti kedatangan Tuhan, melalaikan realita masa kini:
a. Tidak mau bekerja
Beberapa anggota jemaat di Tesalonika saat itu memiliki pemahaman iman yang tidak tepat. Karena merasa bahwa hari kedatangan Tuhan sudah mendekat, maka mereka menganggap tidak perlu lagi bekerja dan melaksanakan  tanggungjawabnya. Sehingga rasul Paulus memberi teguran kepada mereka, yaitu: “Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami”. II Tes. 3:6
Beberapa anggota jemaat Tesalonika tersebut mungkin berpikir tidak ada gunanya lagi bekerja keras, bukankah sebentar lagi Tuhan Yesus segera datang untuk menghakimi semua umat manusia; jadi lebih baik jika mereka berdoa saja sehingga dapat lebih siap menyambut kedatanganNya. Sikap anggota jemaat yang demikian menimbulkan problem baru yaitu hidup mereka menjadi beban bagi orang lain. Apabila mereka tinggal di dalam sebuah keluarga, maka anggota keluarga yang lain terpaksa bekerja lebih keras agar mereka dapat menghidupi anggota keluarganya yang kini tidak mau bekerja dan bersikap pasif menantikan kedatangan Tuhan Yesus. Kenyataannya hari kedatangan Tuhan tidak ada seorangpun yang mengetahui secara pasti. Akibatnya bertahun-tahun anggota jemaat yang pasif tanpa mau bekerja lagi telah menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.
Itu sebabnya di II Tes. 3:10-11 rasul Paulus dengan tegas menegur kepada anggota jemaat yang pasif dan tidak mau bekerja, yaitu: “Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna”.
b. Mengikuti ajaran sesat
Membiarkan diri disesatkan dengan ajaran yang salah tentang makna hari kedatangan Tuhan. Mereka tidak bersikap waspada dan mengalami kepanikan saat mereka mendengar hari Tuhan telah mendekat, sehingga mereka melupakan kewajiban dan tanggungjawab yang utama dengan bekerja. Mereka lebih menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak berguna, tidak produktif dan tidak kreatif dalam menyongsong kedatangan Tuhan.
Nasihat rasul Paulus dan ucapan Tuhan Yesus pada prinsipnya bermuara pada satu sikap spiritualias yang sama, yaitu: “supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya”. Mereka harus tetap tenang sebab sebelumnya Tuhan Yesus telah mengingatkan agar para murid mampu bersikap waspada, jangan mau disesatkan dan jangan terkejut (Luk. 21:8,9). 
Pada saat kita mampu bersikap waspada dalam menyikapi segala keadaan dengan sikap yang kritis, hati-hati, tidak mudah terpengaruh dan tidak mudah ditipu oleh berbagai ajaran; maka kita dapat lebih tenang untuk melakukan pekerjaan yang dipercayakan Tuhan kepada kita sekarang ini. 
Bahkan seandainya berada dalam situasi yang kritis dan buruk sekalipun, dalam iman kepada Kristus kita dapat tetap bersikap tenang dengan menghasilkan sesuatu yang berarti dan bermanfaat bagi sesama. Tetapi manakala kita tidak memiliki iman yang teguh kepada Kristus, maka kita akan mudah panik, takut dan terkejut saat mendengar berbagai peristiwa di sekeliling kita, sehingga kita tidak mampu berbuat yang positif dan bekerja sebagaimana yang seharusnya. Dalam situasi yang demikian kita akan mudah mengalami stres dan depresi, sehingga kita kehilangan seluruh kemampuan dan talenta yang ada. Akibatnya hidup kita kemudian menjadi beban bagi anggota keluarga. Jadi sikap iman kepada Kristus pada satu pihak bersifat eskatologis, yaitu iman yang percaya dengan sungguh proses penghakiman Allah yang secara final akan dinyatakan pada akhir zaman. Tetapi juga iman kepada Kristus harus membuat kita untuk tetap mampu bersikap realistis, yaitu iman yang mampu menyikapi kehidupan dengan problema dan tantangannya pada saat kini secara kreatif dan produktif, sehingga kita selaku umat Tuhan juga dapat berperan serta dalam karya penciptaan Allah di masa kini secara bertanggungjawab.
Mengelola Waktu Secara Produktif
Karena manusia tidak mengetahui hari kedatangan Tuhan secara persis, maka kita sering menganggap hari kedatangan Tuhan masih jauh dalam kehidupan kita. Dengan sikap yang demikian banyak orang tidak mempedulikan hari kedatangan Tuhan yang akan datang seperti pencuri di waktu malam. Mereka hidup secara tidak teratur dan tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Waktu, kesempatan dan kemampuan yang tersedia tidak mereka pergunakan secara bertanggungjawab. Hidup mereka tidak fokus atau tidak terarah kepada suatu titik tujuan, tidak memiliki motivasi untuk berjuang dan berprestasi. Mereka sekedar asal hidup dan bersikap sembrono. Berbeda bila kita memaknai kedatangan Tuhan yang senantiasa telah mendekat dan akan datang secara tiba-tiba dengan iman yang kreatif. Karena kedatangan Tuhan dan akhir zaman terjadi di luar perencanaan manusia, maka kita akan lebih terpacu untuk menghargai waktu di masa kini. Dengan pemahaman iman yang demikian kita tidak akan mudah untuk membuang-buang waktu dan kesempatan untuk hal-hal yang tidak berguna. Sebaliknya kita akan memperhitungkan setiap waktu dengan sungguh-sungguh dan bertanggungjawab. Setiap tugas dan pekerjaan yang dipercayakan kepada kita akan kita laksanakan sebaik-baiknya dan seoptimal mungkin agar kita dapat mempertanggungjawabkan secara benar di hadapan pengadilan Tuhan. 
Steve Jobs, seorang CEO dan pendiri Apple Computer yang sukses selama 33 tahun. Setiap hari sebelum berangkat bekerja, Steve Jobs menghadap ke cermin dengan bertanya kepada diri sendiri: “Jika hari ini merupakan hari terakhirku, apakah aku akan melakukan setiap pekerjaan yang biasa aku lakukan dengan sebaik-baiknya?” Steve Jobs menjadi sukses karena dia menganggap setiap hari sebagai hari terakhir hidupnya, sehingga setiap hari dia ingin melakukan yang terbaik.
Artinya setiap hari kita selalu berupaya untuk memerankan tugas dan tanggungjawabnya secara optimal yaitu: mampu mewujudkan kehidupan yang harmonis di tengah-tengah pergaulan dengan sesama, dan mampu meniadakan segala bentuk kekerasan, ketidakadilan, kesewenang-wenangan serta kejahatan. Jadi sikap bertanggungjawab dengan tetap rajin bekerja, hidup yang berdamai dengan sesama serta pola hidup benar akan membentuk suatu kehidupan yang penuh syalom sehingga kita dapat tenang melakukan tanggungjawab yang telah dipercayakan oleh Tuhan. 
Sikap yang takabur dalam menantikan akhir zaman disebabkan karena perhatian kita hanya tertuju kepada sesuatu yang jauh di depan, tetapi tidak tanggap terhadap tugas utama yang harus kita kerjakan. Sikap penantian kita ke masa depan lebih diisi oleh hal-hal yang imaginatif dan spekulatif belaka, sebab kita tidak mengisi dan memaknainya dengan karya yang nyata. Karena itu tidaklah mengherankan jikalau pikiran dan perasaan kita mudah dipengaruhi oleh berbagai pandangan atau ajaran yang jauh dari sikap rasional. Kita menjadi mudah diperdaya dan diombang-ambingkan oleh berbagai ajaran tentang akhir zaman. Karena itu dalam situasi demikian kita lebih suka disibukkan dengan “nubuat-nubuat”, yaitu “ramalan hari zaman”, tetapi kita tidak peduli dengan peran dan tanggungjawab yang seharusnya. Padahal realitas hidup setiap hari merupakan kesempatan yang terbatas dan tidak dapat diulangi untuk melakukan tugas panggilan sebagai anak-anak Allah.
Jika demikian, bagaimanakah sikap saudara pada masa kini, yaitu:
Apakah pada masa kini kita terlalu sibuk memikirkan dan mencari jawaban dengan hal-hal yang misteri di masa depan?
Karena kita sibuk memikirkan hal-hal yang mendatang, apakah kita menjadi orang-orang yang tidak peduli dengan tanggungjawab dan pekerjaan yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita?
Apakah pada masa kini kita terlalu sibuk dengan dunia pekerjaan kita sehingga kita tidak pernah memikirkan tentang hari penghakiman Tuhan, sehingga hidup kita hanya sekedar mengabdi kepada pekerjaan dan keluarga, tetapi mengabaikan Allah?
Apakah kita menjadi orang-orang yang percaya dan sadar akan kedatangan hari Tuhan yang mendekat dan akan datang serba tiba-tiba, karena itu kita menjadi para pribadi yang makin sadar akan kefanaan kita sehingga kita terdorong untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan dan sesama sebelum kita kelak menghadap pengadilan Tuhan?
Marilah kita menyambut panggilan Tuhan untuk mewujudkan langit yang baru dan bumi yang baru melalui peran dan tanggungjawab kita secara optimal, sehingga kita dapat menantikan akhir zaman yaitu kedatangan Tuhan dengan sikap yang benar. Amin.  
Good morning all... Fresh4 U all...........


Tidak ada komentar:

Posting Komentar