Kamis, 24 Maret 2011

Tak ada yg mampu menghentikanya

Musuh keberhasilan yg paling nyata seringkali bukanlah hal yg sulit untuk dijangkau namun justru adalah yg paling dekat dengan hidup kita, yaitu diri sendiri. Betapa sering kita memandang rendah kapasitas diri, merasa tidak mampu, tidak berbakat besar, tidak memiliki investasi memadai........sehingga langkah maju kita tertahan karena penilaian yg salah.


Bagaimanakah kita dapat melecut diri sendiri yg walaupun memang dalam kondisi lemah dan serba terbatas namun tidak tertahankan oleh keadaan justru terus mencari cara berani menatap masa depan dengan penuh harapan?



Beberapa tahun lalu di Elkhart, Kansas, dua orang kakak beradik bekerja di sekolah.  Pagi-pagi sekali tugas mereka adalah menyalakan api dalam tungku perapian dalam kelas supaya kelas tetap hangat selama proses belajar.





Di suatu pagi yang sangat dingin, kakak beradik itu membersihkan perapian dan mengisinya dengan kayu bakar.  Mereka mengambil jerigen yang biasa diisi minyak tanah sementara salah seorang menyiramkannya ke kayu dan menyalakan api.
Tiba-tiba......booom, ledakan keras mengguncang gedung sekolah tua.  Api langsung menewaskan si kakak dan membakar tubuh si adik.  Selidik punya selidik, ternyata jerigen itu secara tidak sengaja terisi bensin.

Dokter yang merawat si anak yang terluka bakar menyarankan untuk mengamputasi kakinya.  Orangtua anak itu sangat terpukul karena sudah kehilangan satu anak dan masih akan kehilangan kaki dari anak yang lain.  Namun mereka tidak kehilangan iman.  Mereka meminta dokter untuk menunda amputasi.  Dokter setuju.  Setiap hari mereka minta penundaan pada dokter, sambil berdoa agar kaki anak mereka bisa sembuh.

Selama dua bulan, kedua orangtua dan dokter berdebat tentang amputasi itu.  Mereka menggunakan waktu untuk menanamkan kepercayaan pada si anak bahwa suatu hari ia akan bisa berjalan lagi.  

Akhirnya diputuskan untuk membatalkan amputasi.  Pembalut pada kaki sang anak mulai dibuka, terlihat kaki kanannya hampir 8 cm lebih pendek dibanding kaki kirinya. Tak ada mujizat Tuhan yg memulihkan kakinya kembali sempurna. Jari kaki kirinya hampir semuanya terbakar.  Tetapi anak itu bertekad kuat.  Meski sakit, ia memaksa dirinya berlatih setiap hari.

Ibunya bercerita betapa sering ia menyingkapkan tirai dan memandang ke luar menatap harapan, ia meraihkan tangan ke atas untuk menggenggam gagang sebuah alat pembajak tanah yang sudah tidak dipakai lagi. Dipekarangan, dengan kedua tangannya menggenggam gagang bajak, ia mulai melatih kakinya yang cacat. Dan dengan setiap langkah yang menyakitkan, semakin dekat pula dia ke tujuan yang ingin dicapainya.

Akhirnya, ia berhasil berjalan beberapa langkah.  Ia terus berlatih berjalan sampai akhirnya ia membuang kruknya dari bekas lengan bajak sawah itu.  Sekarang ia bisa berjalan normal.  Tak lama kemudian ia dapat berlari.

Pemuda bertekad kuat ini terus berlari ,berlari dan berlari, dengan kaki yang tadinya hampir diamputasi, tidak sempurna namun membawanya memecahkan rekor dunia dalam lari satu mil.  Dialah Glenn Cunningham, yang lebih dikenal sebagai “Manusia Tercepat di Dunia” dan dijuluki atlet abad ini di Madison Square Garden

Banyak alasan bagi kita untuk menghentikan langkah hari ini untuk tidak mau lagi berkarya.

Kita menjadi orang yg demikian sangat teliti memperhatikan kelemahan, kekurangan, ketidakberdayaan sehingga setiap detail yg orang lain tak memandangnya, namun kita menatapnya sebagai kelemahan serius yg berpotensi menggagalkan.

Pasti kalah aku hari ini, pasti gagal, tidak laku daganganku, rugi aku, tak sanggup aku menyelesaikan, terlalu sulit bahkan tidak mungkin bagiku masa depan akan bersinar cerah  dan seribu kata-kata merusak sedang kita daftarkan, untuk menujukkan alasan bahwa kita layak menjadi tidak berprestasi dalam hidup pantas dianggap sebagai produk gagal..


Kesibukan hari-hari kita penuhi dengan kesalehan melipat tangan harapkan Tuhan saja yg bekerja membalikkan 100% keadaan. Tanpa lebih dulu mencoba yg kita bisa, bahkan dengan gagahnya kita berkata:  jalan terlalu gelap, pintu sudah terkunci, tembok terlalu tinggi....perkara ini adalah bagian Tuhan, tanggung jawab Tuhan.....


Menyerah kalah adalah jalan yg paling mudah, tak perlu mencoba, tak perlu menguras keringat dan tetesan air mata lagi, jadilah aku sebagai korbanmu.........
Sahabatku yg super,
Kita adalah manusia ilahi yg tidak diciptakan sebagai korban tetapi sebagai pemenang atas keadaan. Eksistensi kita yg menyimpan hidup efektif bagi orang lain merupakan mujizat yg perlu dikelola setiap hari. Dengan sikap kreatif, militan dan bertanggungjawab!
Tak usah harapkan lagi hidup yg mudah tanpa perjuangan.
Keberhasilan kita bukanlah kondisi kebetulan namun merupakan upaya yg sungguh dan terus menerus tanpa tertahankan dengan keadaan apapun. tak pernah menyerah dengan kondisi apapun, karena kita tahu, bagi Dialah kita berkarya sehingga selamanya Allah bersama kita  Amin....amin...amin

Good Morning all........God bless U all..............


by Haris Subagiyo
Redaktur Gracia Ministry
http://graciaministry.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar