Dalam bahasa Ibrani istilah pujian adalah sebagai berikut:
a. Barak, kata dasar: Barak-berkat. Kata ini dipergunakan untuk: Menyanjung, memberi hormat, memberkati, memuji, merayakan, memuja, mengakui Allah sebagai sumber berkat, mengakui Allah sebagi sumber kuasa. Bentuk pujian ini menyatakan suatu sikap penghormatan dan keheningan di hadapan Allah. Tidak ada pernyataan dalam kata ini tentang ekspresi vokal ataupun ucapan. (Mazmur 103:1-2, Mazmur 103:20-23)
b. Shabach, berasal dari akar kata yang berarti berseru dengan suara keras. Kata ini dipergunakan untuk: Sorak kemenangan, memuji, memuliakan, memegahkan, berseru tentang kemuliaan, kuasa, kemurahan dan kasih Allah, bermegah dalam Tuhan
Tetapkan pujian ini ada dalam roh kita, keluarkan lewat mulut, proklamasikan pujian ini. Dengan demikian pujian ini merupakan pekik kemenangan dan kejayaan Tuhan kita. (Mazmur 47:2, Mazmur 63:4, Mazmur 89:16, Mazmur 117:1, Yesaya 12:6)
Tetapkan pujian ini ada dalam roh kita, keluarkan lewat mulut, proklamasikan pujian ini. Dengan demikian pujian ini merupakan pekik kemenangan dan kejayaan Tuhan kita. (Mazmur 47:2, Mazmur 63:4, Mazmur 89:16, Mazmur 117:1, Yesaya 12:6)
c. Towdah, kata dasar: Toda–Korban syukur yang dinaikkan oleh orang-orang Israel. Kata ini diturunkan dari Yadah, yang berhubungan dengan penggunaan tangan sebagai ungkapan pengakuan, pemujaan dan pengorbanan. Kata ini dipergunakan untuk: Mengucap syukur, menaikkan korban pujian sebagai tindakan iman, memberikan pengakuan. Bentuk pujian ini harus dinaikkan dengan sukacita walaupun situasi dan kondisi tidak mengajak untuk bersukacita, yang penting adalah kita mau melakukannya. (Mazmur 42:5, Mazmur 50:23, Mazmur 69:31-32, Mazmur 100:4, Mazmur 107:22, Yesaya 51:3, II Tawarikh 29:31)
d. Halal, kata dasar: Halal–menjadi bersih, menjadi cemerlang, bersinar. Kata ini dipergunakan untuk: Menyanjung, membanggakan, merayakan dengan penuh sukacita, semangat yang menyala-nyala, memasyurkan, mengagungkan. Bentuk pujian ini harus dipersembahkan dalam suatu sikap kegirangan dan kesukacitaan. Diekspresikan dalam : ucapan (Yeremia 31:7), nyanyian (Mazmur 69:31), tari-tarian (Mazmur 149:3), alat musik. Penekanan bentuk pujian ini adalah pada pembanggaan terhadap suatu obyek. (Mazmur 18:4, Mazmur 22:23 , Mazmur 44:9, Mazmur 69:35, Mazmur 102:19, Mazmur 149:3, Mazmur 150, I Tawarikh 25:1,3, II Tawarikh 20:21). Halal dan Yadah erat berkaitan dalam Alkitab seringkali dilakukan bersamaan secara otomatis. Kata Halal ini paling sering digunakan untuk kata puji-pujian dalam Alkitab. Kata tersebut berasal dari bentuk perintah “Haleluya” yang berarti “Pujilah Tuhan dengan kemegahan dan penuh sukacita serta memasyurkan Dia dengan suara nyaring”.
e. Zamar, kata dasar: Zamar–memainkan suatu alat musik, menyentuh dengan jari-jari bagian suatu alat musik, menyanyi dengan diiringi alat musik (khususnya memetik/membunyikan alat musik yang berdawai). Kata ini dipergunakan untuk: Bernyanyi, memuji, memainkan alat musik, ekspresi yang penuh sukacita dengan musik, merayakan dengan nyanyian dan musik. Biasanya Zamar juga diterjemahkan dengan kata Mazmur. Mazmur dalam bahasa Yunani ditulis Psalmos atau Psallo yang artinya sama dengan Zamar. (Mazmur 30:5, Mazmur 33:2-3, Mazmur 47:6-7, Mazmur 57:8-9, Mazmur 68:4-5, Mazmur 98:5, Mazmur 144:9, Mazmur 147:7, Mazmur 149:3).
f. Tehillah, berasal dari kata dasar Halal, artinya pujian pengagungan, pemujaan, nyanyian kemuliaan. Tehillah adalah nama Ibrani untuk kitab Mazmur (Pujian). Mazmur adalah Pujian spontan yang diilhami oleh Roh Kudus, dicatat secara permanen di dalam Alkitab. Kata ini dipergunakan untuk: Menyanjung, bernyanyi dengan penuh semangat, bermazmur, merayakan dengan pujian. Bentuk pujian ini berbeda dengan bentuk pujian yang lain. Dalam bentuk pujian yang lain, kita memerlukan iman, sedangkan untuk bentuk pujian ini Allah telah menanggapi iman kita. Tehillah adalah klimaks pujian kita, di mana kita masuk dalam kemuliaan Allah secara langsung dan tidak ada hal lain yang dapat kita lakukan kecuali rasa takut, gentar, kagum, dan hormat kita dalam menyembah, memuja, meninggikan dan memuliakan Dia Raja di atas segala raja (Wahyu 4:5, Yehezkiel 1, Yesaya 6, Mazmur 22:4, Mazmur 33:1, Mazmur 40:3, Mazmur 48:11, Mazmur 66:2, II Tawarikh 20:22)
g. Yadah, asal kata: Yadah–menggunakan tangan. Kata ini dipergunakan untuk: Pengakuan dengan mengangkat tangan, menyembah dengan mengangkat tangan, bersyukur dengan mengangkat tangan. Penekanan pada bentuk pujian ini adalah pada pengakuan dan pernyataan terhadap suatu fakta (sifat dan pekerjaan Allah). Mengungkapkan suatu tindakan, pujian yang keluar dari dalam hati dengan ekspresi mengangkat tangan kepada Allah. Dimana kita mengangkat tangan? Di hadapan orang lain (Mazmur 35:18), di dalam rumah Tuhan (Mazmur 122:4), di antara bangsa-bangsa (II Samuel 22:50, Mazmur 18:50). (Mazmur 9:2, Mazmur 18:50, Mazmur 28:7, Mazmur 42:5, Mazmur 43:4, Mazmur 108:4, Mazmur 111:1, II Tawarikh 20:21).
Jadi pujian adalah Cara atau tindakan untuk mengagungkan, membesarkan dan memuliakan Tuhan atas apa yang telah Tuhan perbuat, apa yang sedang Tuhan perbuat dan apa yang akan Tuhan perbuat dalam hidup kita. Pujian merupakan tindakan kemauan. Pujian harus berfungsi menurut kehendak dan bukan emosi. Kita harus mau dan memutuskan untuk memuji Tuhan sekalipun kita dalam keadaan tidak senang untuk melakukannya. Pujian tidak tergantung pada perasaan hati, melainkan didasarkan pada kebesaran Tuhan (Mazmur 103). Ciri utama dari pujian adalah adanya perayaan dan sukacita yang meluap-luap. Diekspresikan dengan menyanyi, memekik, memainkan alat musik, manari-nari dan ekspresi luar yang lain. Arah pujian yaitu sesuatu yang kita tujukan langsung kepada Tuhan (bersifat vertikal) pujian pengagungan. Dan sesuatu yang kita ungkapkan kepada orang lain tentang Tuhan (bersifat horizontal).
2. Definisi penyembahan
Dalam Perjanjian Lama, penyembahan berasal dari kata Ibrani 'Shachah' berarti bersujud, tersungkur untuk menghormati, merendahkan diri, berlutut dengan kepala menyentuh tanah. Lebih tepatnya penyembahan adalah Ekspresi hati (bukan emosi) dalam wujud kasih dan pemujaan sebagai hasil suatu hubungan, dengan sikap dan pengakuan akan kepribadian dan ketuhanan-Nya. Penyembahan bukanlah musik, namun musik dapat dipergunakan untuk mengekspresikan kasih dalam penyembahan. Penyembahan adalah dua orang kekasih yang saling memberi respon, dimana di dalamnya terdapat suatu kesediaan dan ketaatan untuk menanggapi keinginan mempelai pria. Sikap tunduk (bukan agresi atau menyerang) yang merupakan kunci dalam penyembahan. Penyembahan adalah menikmati pribadi Allah sendiri. Roh kita menjamah Roh Tuhan. Penyembahan itu tidak ternilai harganya dalam kehidupan orang percaya, dan iblispun mengetahui betapa pentingnya penyembahan tersebut. Karena itu ia menawarkan seluruh dunia kepada Yesus, bila Ia mau menyembah kepadaNya (Matius 4:10), tetapi Yesus mengatakan bahwa penyembahan hanya boleh diberikan kepada Allah.
Dalam Perjanjian Lama tidak banyak kata yang dipakai untuk penyembahan. Penyembahan menunjukkan respon kasih kita kepada pribadi Allah. Fokusnya siapakah Allah itu, yaitu pribadi-Nya. Dalam bukunya, Chuck D. Pierce mengatakan:
“Saat menyembah kita membungkuk atau merendahkan diri kita di hadapan seseorang dalam tindakan penuh penundukan diri atau kekaguman. Penyembahan sebenarnya berarti membuat seseorang rendah. Karenanya, menyembah Tuhan berarti kita sujud di kaki-Nya dan menghormati Dia karena siapa Dia dalam hidup kita. Artinya saat menyembah kita harus datang ke tempat di mana Tuhan berada”[2]
Dalam Perjanjian Lama, tokoh-tokoh Alkitab sangat responsif memberikan penyembahan saat mereka menyadari ada pribadi yang lebih tinggi dari mereka. Dalam kisah Abraham, ketika ia meliha tiga orang yang berada di depannya, ia segera menyambut sambil bersujud (Kejadian 18:2). Hal ini menunjukkan adanya penundukan secara total dan penanggalan harga diri. Dalam penyembahan timbul kesan bahwa manusia benar-benar tidak memiliki daya apapun di hadapan Allah, artinya adanya penyerahan diri dan penundukan diri di hadapan Allah. Untuk dapat menyadari semua hal ini, manusia harus memiliki gambaran kebesaran Allah sebagai penguasa dan pencipta alam semesta.
Penyembahan yang dilakukan dalam Perjanjian Lama juga tidak mengenal tempat, di manapun para tokoh PL menemui pribadi yang lebih besar darinya (penjelmaan Allah) mereka segera tersungkur dengan muka sampai ke tanah (1 Raj. 18:39, 2 Taw. 7:3). Penyembahan terjadi di semua tempat dan situasi dan bahkan lebih banyak lagi. Bukan hanya pada saat pelaksanaan upacara ibadah saja. Jadi, penyembahan tidak pernah dibatasi oleh tempat dan waktu. Pada saat manusia menyadari bahwa Allah ada di segala tempat, maka sudah seharusnya manusia memiliki sikap penyembahan kepada Allah.
Pada zaman akhir ini, setelah Yesus Kristus datang dan roh Kudus dicurahkan atas semua orang percaya, manusia harus lebih memahami arti sebuah penyembahan. Karena Roh Kudus telah diberikan kepada setiap hati orang percaya, maka penyembahan bukan lagi sesuatu yang terdapat dalam hidupnya, melainkan hidupnya adalah sebuah penyembahan.
Kesimpulan
Pujian penyembahan adalah karunia yang diberikan Allah dalam kehidupan umat-Nya. Melalui pujian penyembahan manusia dapat bersekutu secara langsung kepada Allah. Allah selalu menghendaki agar umat-Nya melekat dan tinggal dalam hadirat-Nya setiap saat. Seperti Daud yang selalu haus dan merindukan Allah (Mazmur 42:2-3). Daud menjadi figur pemuji dan penyembah bagi setiap orang percaya. Dalam setiap nafasnya, Daud hanya mengingat nama Tuhan yang mulia. Demikian pula seharusnya kehidupan kita saat ini. Di era kegerakan Roh Kudus senantiasa hidup kita selalu mengingat Allah. Apapun yang kita perbuat, di manapun kita berada, bagaimanapun situasi keadaan sekitar, selalu miliki kehidupan yang menyembah kepada Allah. Dengan demikian kita akan selalu dalam naungan sayap Tuhan dan sangat kecil kemungkinan untuk jatuh ke dalam dosa, sebab Allahlah yang menjadi pembela kita. “TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.” (Mazmur 25:14).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar