Rabu, 15 Juni 2011

Mengelola Gereja Secara Profesional

Gereja bukanlah lembaga yg terpisah dari sistem dunia ini, Gereja bukanlah pribadi yg hidup secara eksklusif  yg hanya berdinamika terbatas kepentingan organisasi sendiri. Gereja adalah tangan Tuhan yg bergerak untuk mengekspresikan kasih dan kuasa Allah secara nyata didalam dunia. 
Pekerjaan besar yg dipercayakan Tuhan kepada gereja tidak dapat dikelola secara amburadul atau asal-asalan menurut kata hati.
Alkitab sudah mensetting bentuk tata kelola pelayanan yg sehat dan dinamis untuk mencapai hasil yg efektif dalam pelayanan
Bagaimana seharusnya memimpin pelayanan secara profesional didalam gereja?


Kisah Para Rasul 6 : 1- 6

a. Menjadi Pemimpin yg bertype PROBLEM SOLVING (ayat.1)

Persoalan sehari-hari yg berkaitan dengan kesejahteraan umat dianggap sebagai urusan yg sangat penting dalam pelayaan. Umat menuntut bukti kepedulian dan keadilan gereja  selalu mempropagandakan kasih.

b. Menjadi Pemimpin yg KAYA DENGAN INISIATIF. (ayat.2-3)
Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.
Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu,



c. Menjadi Pemimpin FOKUS pada visi pelayanan (ayat.4)
 ........dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.




D. Menjadi Pemimpin yg TEGAS dalam mengambil keputusan

Kewenangan yg melekat dalam diri pemimpin gereja tidk boleh membuatnya ragu-ragu dalam membuat kualifikasi kompetensi pelayanan yg seharusnya.

pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu


Gereja adalah peran Allah yg paling realistis ditengah dunia, dimana geeja itu dikelola oleh mereka yg sangat kompeten dalam bidangnya.  Alkitab membagi bidang kerja pelayanan
1. Pelayanan DIAOKONIA
2. Pelayanan MARTURIA
3. Playanan KOINONIA


Diakonia artinya melayani. Pada sikon budaya masa lalu, diakonia mendapat pengembangan makna, sehingga bermakna melakukan sesuatu dengan setia, jujur, serta tanggungjawab. Artinya, seseorang [biasanya hamba atau budak] yang melayani tuannya dengan penuh kesetiaan, kejujuran, dan tanggungjawab; ia juga harus berani dan rela menyerahkan nyawanya untuk tuannya; dalam melaksanakan tugasnya, ia harus mengikuti keinginan  dan kehendak tuannya.
Pengembangan makna diakonia itu lah yang ada pada Yesus, ketika masih berada secara fisik di Bumi, Ia berkata, “... sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang,” Kehadiran Yesus untuk melayani tersebutlah yang merupakan tugas Gereja dan gereja. Pelaksanaan diakonia pada masa Gereja Mula-mula, menyangkut banyak aspek, serta dilakukan oleh orang-orang yang dipilih secara khusus, Kisah 6:1-7, sehingga rasul-rasul dapat berkosentrasi pada pemberitaan Injil. Diakonia dikerjakan dengan kata dan perbuatan, “Jika ...; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” 1 Pet  4:11
Pada konteks kekinian, berdiakonia tak terbatas pada bantuan materi kepada mereka yang berkekurangan, melainkan lebih kompleks. Misalnya, pengobatan, panti asuhan, pendidikan, pendampingan pada saat susah ataupun yang mengalami masalah sosial, penyediaan lapangan pekerjaan, dan lain-lain. Diakonia harus membawa perubahan pada seseorang maupun masyarakat. Bukan sekedar menjadikan ia tidak terlantar dan tercukupi kebutuhan dasarnya, melainkan dapat terangkat secara sosial; misalnya, melalui pendidikan yang baik, seseorang dapat memperbaiki kualitas hidup dan kehidupannya.
Diakonia bisa menjadi salah satu bentuk kepedulian gereja kepada masyarakat luas dalam rangka menunjukkan tanda-tanda Kerajaan Allah di bumi. Melalui diakonia, warga gereja menunjukkan perhatian kepada masyarakat di luar gereja, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, ...,” Gal 6:1-10; Mat 25:31-46.



6:1Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.
6:2Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.
6:3Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu,
6:4dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman."
6:5Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar