Sabtu, 23 Oktober 2010

Kritik Dalam Gereja

Sebagai seorang pengajar, pendeta dan seorang penafsir Alkitab di Gereja Katolik Roma Martin Luter sangat tertekan hatinya. Khususnya saat ia menafsirkan kitab Roma. Dia tiba pada pasal 1:16, Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

Firman ini sangat menemplak hati Luther karena ia tahu bagaimana Gereja Katolik mengajarkan pembenaran oleh perbuatan manusia demi mendapat surga. Gereja mengajarkan orang-orang harus membeli Surat-Surat Penghapus Siksa di Neraka dan bukannya keselamatan karena iman.

Bermalam-malam dilalui Luther dengan sejumlah pikiran tentang hal ini. Ia tahu apa akibatnya jika menentang dan mengkritik Gereja. Dikucilkan dan bisa-bisa nyawa melayang. Sebagai seorang imam ia tahu persis siapa yang akan dia lawan jika berani mengkritik Gereja. Namun akhirnya ia  menyerah pada tuntunan ROH KUDUS.

Pada 31 Oktober 1517, Martin Luther menempelkan 95 buah dalilnya di pintu gereja Wittenberg, yang merupakan kritik terhadap gereja sebagai protes atas dalil penjualan "surat-surat penghapusan siksa". Dalil-dalil tersebut, diterjemahkan oleh mahasiswa-mahasiswa ke dalam bahasa Jerman, dengan maksud agar diketahui oleh banyak orang. Cara demikian memang sangat tepat, sehingga dalam waktu singkat, sudah tersiar di seluruh Jerman. Saat itu juga pemimpin Gereja Katolik Paus Leo X langsung menyatakan Luther sebagai penyesat dan mengucilkannya dari Gereja. Beruntung nyawa Luther diselamatkan Tuhan dalam berbagai kesempatan saat mana ia ingin dibunuh oleh para pengikut setia gereja.

Dari kisah di atas kita dapat mengambil suatu definisi mengenai kritik yakni: kritik disampaikan kepada seseorang atau sebuah institusi terhadap kebijakan ataupun sikap yang dilakukannya. Kritik dapat disampaikan secara lisan ataupun tulisan. Kritik tidak pernah enak selalu berisi kecaman dan tentangan terhadap suatu atau lebih aturan yang dirasa tidak sesuai dengan kenyataan. Kritik biasanya menyinggung orang yang dikritik sehingga mereka karena kekuasaannya menjadi marah atau menggunakan kekuasaannya untuk melakukan berbagai hal untuk melindungi martabatnya. Demikian juga kritik menyinggung orang-orang lain yang setuju dengan si korban kritikan dan mereka akan menggunakan berbagai cara untuk membela diri.

Kritik, dilihat dari landasan atau dasar atau sumber kritikan dibedakan menjadi dua bagian yakni, Kritik berdasar dan Kritik tidak berdasar. Kritik berdasar adalah kritik yang dilandaskan pada kebenaran firman Tuhan, kepada suatu kenyataan di lapangan, kepada suatu hal yang ada buktinya. Yang disampaikan bukan untuk kepentingan diri semata melainkan untuk kepentingan Tuhan, Gereja, atau rakyat banyak. Kritik ini disampaikan bukan karena dendam, sakit hati ataupun kecewa melainkan karena hanya ingin meluruskan dan membuat sesuatu menjadi berada pada relnya. Sebagai contoh adalah kisah diatas, Kritik Luther terhadap gereja.

Sementara kritik tak berdasar disampaikan biasanya karena sakit hati, dendam atau kecewa. Sebagai suatu bentuk protes yang lahir dari hati yang penuh kepahitan. Biasanya penyampaiannya tidak memiliki dasar atau bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. Kritik tak berdasar selalu lahir dari perasaan sendiri dan menyampaikan dengan membabi buta sehingga bisa dianggap sebagai pencemaran nama baik. Sebagai contoh adalah kritik Orang Israel terhadap Musa yang mengatakan bahwa Musa hanya ingin berkuasa saja atas mereka dan mengeksploitasi mereka. Kritik ini dianggap serius oleh Tuhan dan DIA menghukum mereka.

Di sepanjang Alkitab kita melihat kritikan yang berdasar dapat dijumpai dimana-mana. Mulai dari Kritikan Tuhan atas dosa Adam dan Hawa hingga Kritikan Yesus atas gereja-gerejaNya dalam kitab Wahyu. Mulai dari kritikan Nuh atas Ham anaknya hingga kritikan nabi Natan atas Raja Daud. Mulai kritikan seorang anak kecil, Samuel terhadap Imam Eli hingga kritikan Paulus terhadap Petrus. Apa yang disampaikan disini hanya sebagian kecil saja. Daftarnya sangat panjang dari kitab Kejadian hingga Wahyu kritik yang berdasar dapat kita jumpai

Sebagai Pencipta Tuhan menjadi sangat berotoritas mengkritik ciptaanNya agar menjadi pribadi yang sempurna. Dalam Alkitab Tuhan mengkritik sikap orang Israel yang keras tengkuk dan bahkan menghukum mereka. Juga Tuhan Yesus dengan tegas mengkritik sikap ahli taurat dan farisi yang hanya mementingkan ibadah jasmani saja. Mereka hanya jago mengkhotbai orang lain tapi tidak bisa melakukan.
Sebagai pengantara Tuhan dengan umatNya maka Nabi/imam/Pendeta/Pemimpin Agama memiliki otoritas juga untuk menjadi pengkritik baik secara person to person maupun saat menyampaikan khotbah. Sayang kritik tanpa urapan Roh Kudus seringkali malah membuat orang meninggalkan gereja. Kritik yang penuh kasih akan menyelamatkan orang berdosa.

Sebagai umat, maka setiap jemaat juga memiliki kesempatan untuk mengkritik gereja atau pendetanya ataupun pemerintah. Hanya saja kritikan itu sudah seharusnya memiliki dasar dan bukti-bukti dan dengan maksud baik bukannya ingin memecah belah melainkan ingin memperbaiki dan meluruskan yang salah dan dengan penuh kasih. Daud ketika berhadapan dengan Saul dia tidak berani menjamah Saul meskipun ada kesempatan untuk itu. Dalam 1 Samuel 26:23 dia berkata. “TUHAN akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang, sebab TUHAN menyerahkan engkau pada hari ini ke dalam tanganku, tetapi aku tidak mau menjamah orang yang diurapi TUHAN.”

Namun demikian bukan berarti kita tidak boleh mengkritik . Leo Tolstoy seorang sastrawan Rusia yang ternama sampai akhir hidupnya dikucilkan gereja karena mengkritik habis-habisan system keuangan gereja dan cara hidup imamnya. Meskipun demikian kritikannya sangat berdasar dan hanya karena kesombongan gereja saja sehingga tidak mau mengakui kebenaran kritikan itu.

Kisah di atas mengenai Martin Luther yang mengkritik gereja adalah karena kehendak Tuhan. Dan jika Luther tidak patuh mungkin saja kita tidak akan melihat munculnya kita sebagai umat Protestan sekarang ini. Kritikan Luther juga telah membuahkan hasil yakni dimulainya penerbitan Alkitab ke dalam bahasa Jerman kemudian Belanda dan akhirnya ke berbagai bahasa hingga Bahasa Indonesia. Bayangkan jika Luther tidak mengkritik gereja maka mungkin hingga kini tidak ada terjemahan Alkitab dalam bahasa  kita.

Jika anda memiliki motivasi murni dan memiliki dasar yang tepat dan teruji tentu saja mengkritik suatu kebijakan gereja, pendeta atau Negara adalah kewajiban. Kita tidak bisa mengatakan bahwa karena mereka adalah hambaNya maka mereka tidak boleh dikritik.

Sebaliknya jika itu adalah kebenaran maka kita akan berdosa jika membiarkan orang, gereja atau pendeta menuju jurang. Tuhan menghukum Eli dengan membunuh semua keturunannya karena dia tidak pernah mengkritik anak-anaknya yang jahat.

Tuhan juga mengijinkan terjadinya perang saudara antara anak-anak Daud karena Daud tidak berani mengkritik anaknya Amnon yang memperkosa adiknya Tamar. Tuhan menghukum Yunus karena ia tidak berani mengkritik orang-orang kota Ninewe dengan membuat ia tinggal di perut ikan tiga hari lamanya. Yesus berkata Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Paulus juga menasihati, agar berani menegor mereka yang hidup dengan tidak tertib, menghibur mereka yang tawar hati, membela mereka yang lemah, dan sabar terhadap semua orang. (Hendra Kasenda)

1 komentar: