Senin, 25 Oktober 2010

inspirasi

TATKALA ANDA TIDAK DIHARGAI

Samuel memiliki kepribadian setegar Gunung Everest di tengah wilayah
luas yang datar dan monoton. Sebagai seorang nabi Allah, ia
mengadili orang-orang. Karena Israel merupakan negara teokrasi
(dipimpin oleh Tuhan), Samuel sebenarnya adalah raja mereka. Ia
menjalankan kewajibannya dengan kemampuan dan pengabdiannya, baik
kepada Allah maupun kepada rakyat.

Namun rakyat menginginkan seorang raja seperti yang dimiliki oleh
bangsa-bangsa kafir di sekitar mereka (1 Samuel 8:5). Jadi mereka
meminta agar hamba Allah ini menyingkir. Samuel terluka hatinya
karena penolakan mereka. Ia memahami betapa parahnya ketidaktaatan
mereka (12:17-19).

Nabi ini bisa saja mengacuhkan raja yang baru dan bangsanya yang
suka memberontak ini. Namun sebaliknya ia berkata, "Mengenai aku,
jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti
mendoakan kamu." (12:23)

Mengapa Samuel berkata demikian? Ia tahu bahwa sekalipun
pintu-pintu dihempaskan di hadapannya, pintu yang lain masih terbuka
baginya, yaitu pintu untuk berdoa bagi orang lain. Kesalehan Samuel
dinyatakan melalui reaksinya terhadap apa yang terjadi. Ia tetaplah
seorang hamba Allah, dan akan tetap memerhatikan umat Allah.

Ketika kita dihina oleh orang-orang yang kita layani, kita harus
memutuskan untuk tidak berdosa terhadap Tuhan dengan membalas
menghina mereka. Sebaliknya, dengan kasih karunia Allah, kita dapat
mendoakan dengan tulus mereka yang mungkin tidak menghargai usaha
baik kita.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama publikasi: e-RH
Penulis: HWR
Alamat: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/1999/03/29/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar