Jumat, 19 November 2010

Bintang Penunjuk Kelahiran Kristus


Matius 2:2 - Disampaikan 
Mari kita buka Matius 2:2, ayat a berada persis di halaman pertama Perjanjian baru. Ayat-ayat dari Matius 2:1-12, berbunyi seperti ini:
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan
Para ahli Taurat, yaitu, para teolog, tentu saja mampu untuk memberikan jawaban padanya:
Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."
Seorang pemimpin akan bangkit dari tanah Yudea, ayat 7 berbunyi:
Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak
Perhatikan baik-baik, ia tidak tahu apa-apa tentang bintang itu dan dia mencari keterangan tersebut secara rahasia. Ia tidak ingin ketidak-tahuannya tersiar.
Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia."
Nah, dalam hal ini ia berdusta tanpa malu-malu. Ada orang yang mampu untuk berdusta tanpa bisa dilacak dari roman mukanya. Ayat 9 melanjutkan:
Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka (yaitu, para orang majus). Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului
Perhatikan baik-baik: bintang yang mereka amati sejak dari timur itu bergerak mendahului mereka.
mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu...
Perhatikan bahwa bintang itu menunjukkan dengan tepat rumah tempat Yesus berada.
dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
Semuanya itu adalah hadiah yang sangat mahal harganya; layak untuk dipersembahkan kepada seorang raja.
Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain
Berpola Pikir Rohani adalah Persoalan antara Hidup dan Mati
Nah, Anda tentu sudah sangat akrab dengan bagian ini dan Anda akan berkata, "Aha! Jadi, kita akan mendengarkan lagi khotbah Natal tentang palungan, domba-domba dan sapi-sapi. Selanjutnya, kita akan bersantap bersama dan itulah arti Natal." Itu bukan hal yang ingin kita sampaikan. Apa yang ingin saya sampaikan dapat dirangkum dalam kata-kata dari Roma 8:6: "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera." Perhatikan baik-baik kata-kata dari Alkitab ini: "Keinginan daging adalah maut." "...keinginan Roh" - keinginan pada perkara-perkara rohani, pada Allah sendiri - "adalah hidup dan damai sejahtera." Anda berkata, "Yah, apa hubungannya dengan Matius pasal 2?" Hal ini sangat berkaitan dengan ayat-ayat ini, dan bahkan dengan segenap isi Alkitab dan juga sangat berkaitan dengan kehidupan Kristen. Yang kita bicarakan adalah perkara antara kehidupan dan kematian. Paulus, di dalam Roma pasal 8, memperingatkan orang-orang Kristen di Roma, "Ingatlah, karena aku telah menyampaikan hal ini dengan sangat jelas kepadamu." Ia tidak sedang berbicara kepada orang-orang non-Kristen saat itu; ia sedang berbicara kepada orang-orang Kristen. "Jika kamu, sebagai orang Kristen, mengikuti keinginan daging, yaitu, jika kamu dikuasai oleh kedagingan, maka kau akan mati. Tetapi jika kamu memusatkan pikiranmu pada perkara-perkara yang berasal dari Allah, perkara-perkara rohani, keinginan Roh, itulah kehidupan dan itulah damai sejahtera."
Paulus bukan saja sedang berbicara tentang kehidupan, melainkan hidup yang berkelimpahan. Hidup yang berkelimpahan, berarti kita mengalami kepenuhan dan kelimpahan rohani. Atau apakah kita hanya bisa bergumul dengan susah payah, dan berharap untuk bisa bertahan. Apakah Anda mengalami kepenuhan dari kehidupan Kristen? Atau apakah Anda bergumul dari hari ke hari, tidak tahu entah apakah Anda akan bisa bertahan sampai esok hari, atau sampai minggu depan. Persoalannya terletak pada pola pikir Anda, apakah rohani atau dikuasai kedagingan. Jika Anda tidak berpola pikir rohani, Anda bukan sekadar tidak akan mampu bertahan, Anda akan mati! Berpola pikir duniawi berarti mati! Tetapi berpola pikir rohani berarti "hidup dan damai sejahtera." Di sini 'damai sejahtera' melambangkan seluruh kepenuhan kehidupan Kristen.
Bagi orang duniawi, ia tidak terlihat adanya hal-hal yang dapat dipahami di Matius 2:2. Anda mungkin tersedak dan berkata, "Yah, kami sudah sering mendengarkan tentang bagian ini selama bertahun-tahun." Tetapi saya ingin menekankan bahwa orang duniawi tidak melihat adanya hal-hal yang dapat dipahami di bagian ini. Sebenarnya, makna yang merangkum segenap isi Alkitab yang tidak akan bisa Anda pahami jika Anda berpola pikir duniawi. Menjadi seorang Kristen berarti terjadinya suatu perubahan yang mendasar. Menjadi seorang Kristen bukannya berarti menerima beberapa doktrin tertentu. Bukan sekadar itu. Tentu saja, hal-hal tersebut tercakup di dalamnya, akan tetapi bukan hanya itu. Jika Anda hanya sekadar menerima beberapa doktrin Kristen saja, Anda masih belum menjadi seorang Kristen. Anda baru menjadi Kristen jika hidup Anda berubah dari berpola pikir duniawi ke pola pikir rohani. Di dalam Roma pasal 12, Paulus menekankan hal ini: "Berubahlah oleh pembaharuan budimu, karena hanya dengan cara itu, yakni dengan menjadi orang yang berpola pikir rohani maka engkau bisa mengenali hidup yaitu, kehidupan rohani, kehidupan kekal dan damai sejahtera."
Anda akan berkata, "Di keseluruhan bagian Matius 2 ini berbicara tentang beberapa orang majus yang datang dari timur dan menyembah Yesus. Apa yang susah dipahami dari bagian ini?" Yang satu itu memang bukan persoalannya. Persoalannya mulai muncul jika Anda mulai bertanya: Apa arti dari semua itu? Menjadi seorang Kristen tidak sekadar berarti mengerti tentang beberapa fakta: bahwa pernah ada seseorang yang bernama Yesus, bahwa pernah ada beberapa orang majus yang datang menyembah-Nya, bahwa mereka berlutut di hadapan-Nya, bahwa mereka memberikan tiga macam persembahan yaitu kemenyan dan emas dan mur. Semua itu hanya sekadar fakta; Anda tidak perlu berpola pikir rohani untuk bisa memahami hal itu. Kapankah masalahnya timbul? Masalahnya timbul jika Anda mulai bertanya seperti ini: Mengapa orang-orang bijak yang bukan orang Yahudi ini datang untuk menyembah raja orang Yahudi, suatu tindakan yang tentunya merupakan tindak pengkhianatan terhadap negeri mereka sendiri. Anda menyembah dan menghormati raja Anda sendiri; Anda tentu tidak akan pergi dan menyembah raja negeri asing. Apa yang akan terjadi jika Anda pergi dan menyembah raja negeri asing? Hal itu akan dipandang sebagai suatu pengkhianatan. Kesetiaan Anda seharusnya diberikan kepada raja Anda sendiri. Orang-orang itu adalah orang asing. Ini merupakan suatu masalah, bukankah demikian?
Lagi, bagaimana mereka tahu bahwa mereka harus menyembah-Nya? Yesus saat itu hanya seorang bayi di palungan; ia tidak berdiam di istana. Bagaimana mereka tahu bahwa Dia adalah raja? Pesan semacam apa yang telah datang pada mereka? Bagaimana semua hal ini bisa terungkap pada mereka? Daftar pertanyaan ini dapat dilanjutkan. Hal apa yang ditegaskan oleh bintang itu? Apa arti dari bintang ini? Adakah bukti-bukti astronomis bagi keberadaan bintang ini? Jika memang demikian, apakah itu? Jika Anda mulai mengamati semua hal ini, Anda akan mulai masuk ke dalam persoalannya. Dapatkah Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut? Anda tidak akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, jika Anda belum 'berpola pikir rohani'. Hanya jika seluruh pola pikir Anda mulai berubah, barulah Anda dapat menjawabnya. Inilah poin pertama yang ingin saya berikan kepada Anda, bahwa sesungguhnya hal perubahan pola pikir itu merupakan persoalan antara hidup dan mati. Perubahan pola pikir itu bukan supaya kita memahami isi Alkitab, namun supaya firman kehidupan itu bisa masuk ke dalam hati kita dan hidup Allah menjadi milik kita. Nah, apa gunanya datang menyembah Kristus di waktu Natal, atau pada waktu yang lainnya? Apa gunanya, kecuali jika kita memiliki hidup! Jika tidak, ia hanya akan menjadi semacam sentimentalitas tradisional. Sangat vital bagi kita untuk memahami bahwa berpola pikir duniawi atau rohani adalah persoalan antara hidup dan mati.
Alkitab, Membuat Cendekiawan Frustrasi
Saat Anda baca Alkitab Anda, Anda akan mendapati hal yang luar biasa: Alkitab adalah buku yang sepenuhnya rohani. Alkitab adalah Allah, yang merupakan Roh, berbicara kepada kita! Alkitab itu begitu bersifat rohani sehingga, ia membuat begitu banyak cendekiawan menjadi frustrasi. Alkitab begitu rohani sehingga ia tidak mengungkapkan pada kita hal-hal manusiawi yang didorong oleh keingin-tahuan kita yang manusiawi. Sebagai contoh, satu-satunya hal yang kita ketahui tentang orang-orang majus ini adalah bahwa mereka berasal dari timur. Nah, timur itu wilayah yang luas, lantas timur yang mana? Apakah itu berarti orang Jepang, atau orang China, atau orang Rusia, dari Siberia mungkin? Apakah itu berarti orang Persia, orang Babilonia, orang Asyur atau orang Arab? Tidak diberitahukan pada kita. Membuat frustrasi, bukankah begitu?
Alkitab bahkan tidak berminat pada faktor-faktor manusiawi yang menarik perhatian kita. Kita begitu manusiawi, begitu duniawi, karena itu kita tertarik pada hal-hal yang justru tidak diminati oleh Alkitab, dan kita tidak tertarik pada hal-hal yang diminati oleh Alkitab. Jadinya, kita berakhir dalam kebingungan yang mendalam. Para pakar banyak yang frustrasi. Jika Anda tahu sedikit tentang teologi modern, maka Anda tentu mendengar tentang pembahasan yang berkepanjangan tentang Yesus yang historis (historical Jesus) dan Kristus yang diyakini oleh iman (Christ of faith), dan tentang pencarian tiada akhir mengenai Yesus yang historis. Para pakar ini benar-benar frustrasi di dalam pencarian mereka.
Kita, sebagai orang Kristen, berada di dalam posisi yang sangat gawat ketika seorang non-kristen bertanya, "Di tahun berapakah Yesus lahir?" Dapatkah Anda menjawabnya? Maksud saya dapatkah Anda memberikan suatu jawaban yang spesifik? Anda tentu tahu tanggal berapa Anda dilahirkan. Tapi kapankah Yesus dilahirkan? Hmm. Yah, tidak perlu mencari tanggal dan bulannya; mari kita cari tahunnya saja. Tahun berapa? Yah, mungkin sekitar 7 SM. Atau mungkin sekitar 9 SM. Mungkin sekitar 4 SM. Memalukan, bukankah begitu? Anda meneliti kamus Alkitab Anda dan apa yang Anda temukan? Kamus tidak bisa memberitahu Anda apa-apa. "OK," Anda berkata, "setidaknya aku tahu bahwa Yesus dilahirkan di Bethlehem. Cukup melegakan sekalipun aku tidak tahu tahunnya." Tentu saja, gereja, dalam keadaan sangat frustrasi, dalam ketidak-mampuannya menjelaskan tahun berapa yang pasti, memutuskan bahwa setidaknya Anda bisa memberitahu orang lain tentang harinya. Aha! Tanggal 25 Desember - itu dia! Yah, janganlah meneliti buku-buku ilmiah. Janganlah meneliti isi Encyclopedia Britannica. Karena, nanti, Anda akan sangat terkejut mendapati bahwa Yesus mungkin tidak lahir di tanggal 25 Desember. "Ya ampun!" kata Anda. "Nah, OK, jadi apa yang bisa kita jelaskan secara pasti?" Tak ada! Dan kita berkata, "Tapi, Dia dilahirkan di Bethlehem!" Lantas, Bethlehem bagian mana? "Ah, bagian mana ya? Yah, tidak masalah bagian yang mana. Maksudku Bethlehem saja sudah cukup." Namun, tentu saja, jika Anda pergi ke Israel bersama pemandu wisata, mereka mungkin bisa meredakan frustrasi Anda dengan berkata, "Di sini! Di tempat ini! X! Itulah tempat Yesus dilahirkan." "Ah!" kata Anda. "Bagus! Bagus! Aku merasa baikan sekarang. Yesus dilahirkan di sini." Hah! Saat saya pergi ke Nazaret, orang-orang yang hebat itu mampu memberitahu saya dengan tepat di ruangan mana Yesus tinggal. Sungguh hebat! Mereka bahkan, dengan cara seperti detektif yang hebat, mampu mengungkapkan bahwa Yesus lahir di ruangan ini. Nah, bagaimana caranya? Jangan menanyai mereka terlalu teliti [atau Anda akan membuat mereka tersinggung], namun setidaknya, mereka akan berkata, "Yah, terserah Anda menerimanya atau tidak. Yesus dilahirkan di sini, OK?"
Demikianlah, saat saya pergi ke Yerusalem, mereka berkata, "Anda lihat, di sinilah tempat Perjamuan Terakhir dilaksanakan." Wah! Mereka bahkan tahu di ruangan mana Perjamuan Terakhir dilaksanakan. Mengapa? Karena kita tidak tahan menghadapi kenyataan bahwa kita tidak bisa mendapatkan kepastian. Manusia duniawi ingin tahu tentang Yesus yang historis. Fakta bahwa Yesus itu rohani dan adalah Raja dan Tuan (King and Lord), tidaklah cukup. Itu semua tidak memuaskan kita. Kita ingin tahu detail jasmaninya.
Nah, bagaimana jika kita bahas tentang seperti apa Yesus itu? Seperti apa rupa-Nya? Mungkinkah tinggi-Nya sekitar 155cm? Anda berkata, "Terlalu pendek! Terlalu pendek!" OK, naikkan! Tinggi-Nya 185cm. Anda berkata, "Terlalu tinggi!" OK, kita turun ke 170cm. Tahukah Anda seberapa tinggi-Nya? Tidak. "OK, mungkin kita tahu seperti apa rupa-Nya." Tidak, kita tidak tahu itu. "Mungkin Dia berambut panjang?" Tidak, karena orang Yahudi tidak memelihara rambut panjang. "Jadi, tentunya rambut pendek? OK, kita punya pegangan. Mungkin pendek." Seberapa pendek? "Yah, mari kita tetapkan yang medium saja." Lalu, apa warna rambut-Nya? Dan warna mata-Nya? Warna kulit-Nya? Anda berkata, "Mengapa Lukas atau Matius atau siapapun itu, tidak memberi kita sebuah gambaran?" Ada ungkapan yang bermaksud, sekalipun Anda telah mendengarkannya ribuan kali, masih tidak sebaik melihatnya sekali saja. "Hah! Matius, mengapa engkau menuliskan segala macam hal yang seperti ini? Mengapa tidak gambarkan saja seperti apa Yesus itu! Jika ada gambarnya maka mudahlah kita membayangkannya. Ya! Rambut-Nya tersisir seperti ini." Apakah Ia memiliki wajah yang lancip, wajah persegi, wajah bulat? Kalau saja Matius menggambarkannya buat kita dan di samping gambar itu ada keterangannya, "Nah, Yesus tingginya 172cm dan mata-Nya berwarna coklat gelap; rambut-Nya...hmm... coklat kemerahan; kulit-Nya...kecoklatan, mungkin seperti warna zaitun?" Matius tidak memberi tahu kita apa-apa, Markus tidak memberi tahu kita apa-apa, Lukas tidak memberi tahu kita apa-apa, dan Yohanes juga tidak memberi tahu kita apa-apa. Sangat membuat frustrasi! Manusia duniawi berjuang untuk mengejar perincian material seperti itu.
Tetapi jangan terlalu khawatir. Yang perlu Anda lakukan hanyalah pergi ke toko buku Kristen, dan lihat! Apa yang Anda dapatkan di sana? Gambar Yesus! Indahnya! Dan seperti apa rupa-Nya? Tentu saja, Dia terlihat seperti orang Eropa! Dan bukan sekadar itu saja; Dia terlihat seperti orang Eropa dari abad ke 17; rambut panjang dan jenggot yang lancip. Itulah gaya di zaman tersebut. Jika hal itu membuat Anda merasa tidak enak, tutupi sedikit jenggotnya dan potong sedikit rambutnya dan jangan terlalu menelitinya. Bukankah itu yang membuat kita frustrasi? Ini karena manusia duniawi ingin mengetahui hal-hal yang tidak ingin disampaikan oleh Allah kepada kita!
Ujilah diri Anda sendiri untuk melihat apakah Anda orang yang rohani atau Anda orang yang duniawi. Apakah hal-hal yang disebutkan di atas itu mengganggu pikiran Anda? Orang yang rohani sama sekali tidak berminat dengan hal-hal tersebut. Bukankah itu luar biasa? Paulus tidak berminat untuk mengetahui hal-hal seperti ini. Anda berkata, "Apakah tinggi Yesus itu 170cm?" Ia tidak mau tahu. "Apa warna rambut-Nya?" Paulus akan berkata, "Aku tidak mau tahu hal itu." Paulus berkata di dalam 2 Korintus pasal 5, "Sekalipun kami pernah menilai Yesus menurut ukuran manusia, kami tidak lagi menilai-Nya secara itu." [ay 16] Aku tidak mau mengenal Yesus menurut ukuran manusia. Aku ingin mengenal-Nya pada kedalaman keberadaan-Nya. Karena apa yang terlihat dari luar; itu adalah kulitnya.
Saat Anda menerima kado, apa yang ingin Anda lakukan? Anda berkata, "Oh, sungguh indah bungkus kado yang kau berikan padaku! Pita yang cantik! Aku sungguh bahagia!" Jadi, Anda hanya berkata, "Terima kasih. Bungkusannya sangat indah!" Dan mereka berkata, "Tidakkah kamu ingin membukanya?" Anda berkata, "Oh, tidak, tidak, aku sudah puas dengan kotaknya. Kotaknya sungguh indah. Sungguh cantik! Aku bahagia bisa melihat kotaknya." Atau apakah Anda akan seperti kebanyakan orang, Anda segera merobek bungkusnya untuk bisa cepat-cepat melihat isinya? Anda tahu bagaimana bertindak dalam urusan jasmani! Lalu mengapa kita tidak tahu bagaimana bertindak dengan cara yang sama secara rohani? Kita ingin tahu dengan kemasan seperti apa Allah datang ke dunia: "Apakah dengan dihiasi pita? Apakah kertas pembungkusnya indah?" Paulus berkata, "Aku tidak mau tahu akan hal itu! Aku tidak peduli seperti apa tampilan luar-Nya. Yang terpenting adalah yang di dalam - yang rohani!"
Isi Alkitab secara keseluruhan itu rohani! Jika Anda mencari pemahaman duniawi, di tingkat manusiawi, Anda akan benar-benar frustrasi. Saya bisa beri Anda contoh demi contoh tentang bagaimana para pakar terlibat dalam diskusi berkepanjangan dan tak pernah sampai pada suatu kesimpulan. Para pakar kita sangat duniawi, bukankah demikian? Sama seperti kita, mereka juga berpola pikir duniawi. Anda tahu, ketika saya belajar teologi, salah satu hal yang menyita banyak waktu saya adalah mata pelajaran yang disebut "Pengantar Perjanjian Baru." Anda bisa pergi ke toko buku Kristen dan Anda akan mendapati banyak sekali buku berukuran besar yang membahas tentang "Pengantar Perjanjian Baru." Apa yang dibahasnya? Yah, pembahasan panjang mengenai hal seperti kapan surat Roma ditulis, atau 1 Korintus ditulis, atau 2 Korintus, atau Matius, dan berlanjut terus menerus. Apakah surat Roma ditulis tahun 52? Dan selanjutnya disusun pembahasan panjang tentang tahun 52. Mungkin tahun 53. Atau mungkin tahun 64. Atau mungkin tahun 78. Sampai di sini, Anda mungkin sudah benar-benar muak dengan pembahasan tersebut, Anda berkata, "Siapa yang peduli pada tahun berapa surat itu ditulis?" Saya kenal beberapa pakar yang menghabiskan sepanjang hidupnya hanya untuk mempelajari masalah ini, dan tentu saja, tak pernah sampai pada suatu kesimpulan. Mereka sepanjang masa mencari kebenaran dan tak pernah sampai pada kesimpulan yang benar. Apa gunanya? Jika penting bagi kita untuk mengetahui apakah surat Roma ditulis pada tahun 62 atau 58, tidakkah Anda akan berpikir bahwa Paulus tentunya akan menulis, "Di tahun ke sekian dari kaisar anu." Sangat mudah! Tetapi ia tidak memberitahukan kita. Dan para pakar kita menghabiskan banyak waktu mempelajari, menganalisa dan tak pernah sampai pada kesimpulan. Tidakkah ini luar biasa? Itulah karena kita berpola pikir duniawi. Kita telah menyimpang dari pokok yang inti.
Tanpa pola pikir rohani, Injil bisa Menjadi Batu Sandungan
Ada hal yang lebih buruk lagi. Bukan saja kita tidak memahami isi Firman Allah sesuai dengan yang diharapkan, yang lebih serius lagi, jika Anda tidak berpola pikir rohani, Anda akan tersinggung dengan pesan Injil. Hal inilah yang sangat merisaukan saya. Jika Anda berpola pikir duniawi, maka Anda akan binasa. Anda akan mati! Karena cepat atau lambat, Anda akan tersandung dengan Injil. Percayalah! Saya berbicara berdasarkan pengalaman selama puluhan tahun melayani Tuhan. Inilah bagian yang paling merisaukan saya. Beberapa orang, saya perhatikan, sudah tersandung dengan Injil. Ini sangat menakutkan saya.
Anda lihat, kita berbicara tentang Yesus yang lemah lembut, rendah hati dan ramah, terbaring di palungan. Kita menggambarkan manusia rohani secara duniawi. Bahkan di saat kita berpikir tentang hal-hal yang rohani, kita menurunkannya ke level duniawi. Kita menggambarkan Yesus yang selalu berjalan dengan senyum di wajah-Nya, Dia selalu lemah lembut dan rendah hati dan ramah. Bukankah Yesus berkata, "Belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat ketenangan"? [Mat. 11:29] Akan tetapi, kita tidak tahu makna rohani dari rendah hati dan lemah lembut. Ketika kita membaca di dalam Injil bahwa Yesus masuk ke Bait Allah dan membuat pecut dari tali-tali dan mencambuki orang-orang, mengusir mereka keluar dari Bait Allah, kita jadi tersinggung. Kita mungkin berkata, "Hei! Tidak semestinya Yesus berperilaku seperti ini! Lagu rohani menyebutkan: 'Yesus yang lemah lembut, rendah hati dan ramah'." Di sini Dia datang dengan pecut di tangan-Nya, dan mengusir para pedagang keluar dari Bait Allah. Kita jadi tersinggung. Anda berkata, "Hei! Aku tidak suka ini!" Sudah ada banyak orang yang datang pada saya, karena mereka sangat terkejut dengan bagian Alkitab ini, yang menyebutkan bahwa Yesus mengusir para pedagang keluar dari Bait Allah, menjungkir-balikkan meja-meja mereka, dan mengusir mereka keluar dari halaman Bait Allah. Apakah hal itu terlihat lemah lembut dan rendah hati dan ramah bagi Anda? Itu lebih terlihat sebagai hal yang keras dan menakutkan. Jadi, kita tersentak. Mengapa? Karena Dia tidak menyerupai gambaran kita tentang manusia rohani.
Manusia rohani itu rendah hati dan lemah lembut, tapi tidak berarti bahwa kecintaan pada Allah, api Allah, kegemasan dan kemarahan Allah tidak bisa membakar jiwanya. Dan tidak ada hal yang lebih menakutkan dari kemarahan orang kudus. Kita menganggap orang Kristen - orang Kristen yang ideal - sebagai orang yang rendah hati dan lemah lembut, akan tetapi Yesus berperilaku seperti orang dogmatik, seperti orang yang otoriter, seperti orang yang sangat keras dan menakutkan di Bait Allah. Saya bersyukur kepada Allah karena Yesus bukanlah orang lemah. Dia membela kebenaran pada saat kebenaran butuh dibela. Ingatlah, Yahwe adalah Allah yang pengasih, akan tetapi Dia mampu meluapkan kegemasan dan kemarahan!
Alkitab memberitahu kita: "Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup." [Ibr. 10:31] Sekarang kita bingung. Kita berpikir tentang Allah sebagai Allah yang pengasih dan kita menyanyikan lagu-lagu rohani yang manis untuk-Nya, tapi mendadak kita melihat-Nya sebagai Allah yang marah dan hal itu sangat menakutkan, dan kita menjadi bingung. Manusia duniawi tidak bisa memahami hal ini. Kita tidak suka pada Allah yang menakutkan di dalam kekudusan-Nya. Tetapi jika Anda tidak berpola pikir rohani, cepat atau lambat Anda akan tersinggung dengan Injil. Anda akan berkata, "Aku tidak suka ini." Atau Anda akan melihat manusia-manusia Allah dan Anda akan tersinggung dengan cara mereka berperilaku karena Anda tidak bisa memahami seorang manusia rohani.
Sudah sering saya memimpin PA tentang kitab Kisah Para Rasul dan sering saya mendapati betapa orang-orang menyerang Paulus, bahwa dia telah bersikap sangat keras kepala, bersikap dogmatik, bahkan membingungkan banyak orang. Sebagai contoh, saat ia bertekad untuk ke Yerusalem tanpa peduli pada permohonan dari rekan-rekan sekerja dan sesama orang Kristen, ia terlihat sangat tidak bisa dipahami, nekad, dogmatik. Kita berpikir demikian karena kita tidak memiliki kerohanian yang setingkat Paulus, dan orang-orang rohani memang tidak selalu mudah untuk dipahami. Namun kita bersikukuh bahwa kita tahu apa itu manusia rohani. Saya selalu ingat dengan jelas saat di dalam sebuah PA ketika seseorang mengkritik Paulus tentang perilakunya yang tak bisa dipahami dan keras kepala. Saya berkata, "Sabar dulu, sobat. Perlahan! Saat Anda menjadi rohani seperti halnya Paulus, maka nilailah dia. Sebelum itu, jangan mengatakan apa-apa. Jangan bicara apa-apa!"
Perhatikanlah Paulus, hamba Allah yang luar biasa yang penuh dengan kasih dan suka cita ini, perhatikan cara ia menangani pendosa di Korintus. Di dalam 1 Korintus pasal 5 - betapa dogmatik, betapa kerasnya Paulus! Menakutkan! Ia berkata kepada jemaat di Korintus, tanpa peduli apakah orang-orang di Korintus itu akan setuju atau tidak setuju, "Sekalipun secara badani aku tidak hadir dan hadir secara rohani saja, aku menyerahkan orang ini ke dalam tangan iblis agar bisana tubuhnya." [ay.3-5] Betapa banyak orang Kristen yang datang pada saya dengan rasa tersinggung pada perilaku Paulus! Bagaimana mungkin seorang hamba Allah bisa berperilaku seperti ini? Menyerahkan seseorang ke tangan Setan? Agar tubuhnya binasa? Itulah maksud saya. Anda lihat, cepat atau lambat, Anda akan merasa tersinggung oleh Injil. Anda akan merasa tersinggung oleh manusia-manusia Allah karena Anda tidak bisa memahami tindakan mereka, karena Anda ingin menempatkan mereka dan menilai mereka di level manusiawi. Lalu, Paulus melanjutkan di dalam 2 Korintus pasal 5 dengan mengatakan, "Bukan saja kami tidak lagi menilai Yesus menurut ukuran manusia, tetapi kami juga tidak melihat manusia - tak seorangpun - menurut ukuran manusia." [ay.16] Jika Paulus melihat Anda, ia tidak akan tertarik dengan gaya rambut Anda. Ia tidak tertarik dengan jenis kaca mata yang Anda kenakan, apakah kalung Anda bagus atau tidak. Ia melihat langsung pada keberadaan Anda. Ia ingin tahu, "Apakah pola pikirmu rohani? Apakah Roh Kudus dari Allah hidup di dalam kamu?"
Paulus berkata, "Saat aku datang ke Korintus nanti...Aku tidak akan datang untuk mendengarkan perkataan mereka, namun aku akan datang untuk melihat kekuatan mereka." [1 Kor. 4:19] "Seberapa kekuatan mereka!" Wah! Orang yang rohani adalah orang yang kuat! Itu membuat kita merasa tidak nyaman lagi. Kita tidak banyak tahu tentang kekuatan rohani. Saya dapat membayangkan saat Paulus datang ke Korintus. Paulus yang lemah lembut ini, Paulus yang rendah hati ini, saat ia berjalan ke arah jemaat di Korintus dan menatap lawan-lawannya secara langsung, dan berkata, "Nah, seberapa kekuatanmu?" Tahukah Anda arti ucapan itu? Dapatkah Anda memahami apa yang sedang dibicarakan oleh Paulus? Anda bahkan tidak mengerti apa yang sedang ia bicarakan! Kekuatan apa?
Berpola pikir rohani, adalah pokok yang paling mendasar untuk memahami Yesus Kristus. Tanpa pola pikir yang rohani kita tidak dapat memahami perbuatan dan ucapan-Nya. Perhatikan bahwa murid-murid Yesus menentang-Nya di dalam Yohanes pasal 6. Ketika Yesus berkata kepada murid-murid-Nya dan kepada orang banyak, "Jika engkau ingin hidup, makanlah daging-Ku dan minumlah darah-Ku." Eeuh! Yuch! Saya kenal seseorang yang jika Anda berbicara tentang darah dan pembedahan, dia akan berlari keluar, sekencang-kencangnya, dan sambil muntah-muntah. "Minumlah darahku." Murid-murid berkata, "Nah, ini sudah keterlaluan! Kita tidak sanggup mendengarkan lagi. Ini sudah berlebihan." Dan demikianlah, murid-murid meninggalkan-Nya. Anda bisa baca itu di bagian akhir dari Yohanes pasal 6. Kita tidak bisa memahami Yesus. Dia terlalu rohani bagi kita. Kita tidak bisa memahami ucapan-Nya. Tentu saja, Dia tidak bermaksud mengatakan, "Gigitlah tangan-Ku," namun mereka tidak bisa memahami hal itu karena pola pikir mereka yang duniawi. Dan selanjutnya, mereka berpikir, "Dia pasti bermaksud agar kita membawa-Nya ke dapur dan memotong-Nya." Menjijikkan! Mereka tidak tahan. Pola pikir yang sangat duniawi! Mereka tidak dapat memahami Firman Allah.
'Bintang' itu Membuat Bingung para Teolog
Tapi mampukah kita memahami Matius pasal 2? Akankah Anda berkata, "Oh, Matius pasal 2 itu mudah! Mari kita segera ke bagian yang lebih sulit saja!" Mudah? Mari kita mulai dengan mengamati beberapa poin di sini. Pertama-tama, mari kita amati bintangnya. Di dalam ayat 2 disebutkan "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia". Nah, amati buku-buku tafsiran, kawan-kawan penafsir kita melakukan hal yang sama lagi! Apa yang mereka lakukan? Yah, mereka mengusahakan penjelasan yang manusiawi tentang bintang tersebut. Manusia duniawi tersinggung dengan hal yang rohani, pada hal-hal yang tidak ia pahami. Lantas, apa yang dilakukannya? Mereka mencoba untuk mendapatkan penjelasan yang manusiawi tentang bintang itu. Telitilah buku-buku tafsiran. Ada banyak tafsiran tentang kitab Matius. Anda tinggal lihat dan periksa buku-buku itu.
Sungguh menarik melihat betapa serunya pergulatan untuk menurunkan makna rohani, perkara-perkara yang berasal dari Allah itu, ke level kita, ke dalam kapasitas intelektual manusiawi. Mereka melupakan ucapan-ucapan Yesaya pasal 55, di mana sang nabi berbicara demi nama Allah, "Demikianlah Firman Tuhan, 'JalanKu bukanlah jalanmu'!" "JalanKu," kata Allah, "bukanlah jalanmu, seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu." [ay.8-9] "Engkau tidak akan bisa memahami jalanKu - kecuali kalau engkau berpola pikir rohani." Tapi kita cenderung memaksakan pola pikir yang duniawi.
Nah, Anda tentu pernah melihat bintang tersebut di dalam ribuan poster dan gambar-gambar di waktu Natal. Kartu ucapan Natal yang menggambarkan tiga orang bijak sedang menunggang tiga ekor unta dan membawa tiga macam hadiah dan dengan mahkota mereka. Mengapa mereka memakai mahkota? Kita akan membahasnya nanti. Dan tentu saja, ada sebuah bintang dengan garis yang menunjuk ke bawah, benar?
Inilah apa yang dikatakan oleh J.C. Fenton dalam tafsiran tentang Matius di dalam seri Pelican, "Mungkin terdapat beberapa rujukan mengenai hal ini di Matius, yaitu, rujukan pada peristiwa konjungsi antara Saturnus dan Yupiter." Di tahun 7 SM dua buah bintang besar, Saturnus dan Yupiter berada dalam satu garis. Mereka melintas atau bersilangan satu dengan yang lain. "Jadi, jika keduanya diamati dari bumi, kedua bintang ini terlihat seperti sebuah bintang, yang berarti mungkin saja sinar mereka menjadi berlipat ganda terangnya." Agak meragukan, memang - "mungkin saja" berlipat ganda jika yang satu berada di belakang yang lainnya. Jadi, untuk beberapa saat bintang tersebut akan terlihat lebih terang, dua kali lebih terang dari mulanya. Jadi, J.C. Fenton di dalam seri Pelican mengatakan, "Mungkin terdapat beberapa rujukan pada konjungsi ini di Matius" - perhatikanlah keragu-raguannya.
Dictionary of New Testament Theology, karya tulis yang banyak menjadi acuan juga menungkapkan ketidak-pastian yang sama. Sekalipun mereka tidak yakin apakah bintang ini sesuatu yang ajaib atau alami, si penulis tetap memilih peristiwa konjungsi Yupiter dan Saturnus sebagai penjelasan. Mengapa ia memilih yang alami ketimbang yang ajaib? Silahkan Anda cari jawabnya. Dia memilih, pada akhirnya, peristiwa konjungsi antara Yupiter dan Saturnus.
Selanjutnya kita buka, sebuah tafsiran tentang Matius dari J.V. Filson, yang menghindari pembahasan akan hal ini sepenuhnya.
Edersheim, seorang cendekiawan yang terhormat dan ternama, orang yang terpelajar, dan orang yang sangat saya hormati, apa yang ia katakan? Saya mendapati bahwa bahkan Edersheim juga terbawa arus pemikiran tentang konjungsi antara Yupiter dan Saturnus. Namun, sebagai orang yang terpelajar, seperti halnya dengan para cendekiawan lainnya, dia tidak yakin dan dia menyadari masalah serius yang menyangkut peristiwa konjungsi antara Yupiter dan Saturnus di tahun 7 SM ini.
Konjungsi antara Yupiter dan Saturnus ini ditemukan oleh seorang astronom terkenal dari Jerman Johannes Kepler pada abad 17 karena ia hidup di masa terjadinya konjungsi tersebut. Konjungsi antara Yupiter dan Saturnus di rasi bintang Pisces, yaitu rasi bintang ikan, terjadi setiap 800 tahun sekali. Jadi, tentu saja, pada zaman Johannes Kepler di sekitar tahun 1600-an, dia bisa menyaksikan sendiri peristiwa konjungsi itu. Namun, jika terdapat makna yang penting dari peristiwa konjungsi itu di masa kelahiran Yesus, mengapa peristiwa konjungsi itu tidak memiliki makna yang penting di masa Kepler? Nah, sekali lagi, Anda ternyata terjerumus ke dalam masalah.
Namun masih ada masalah tambahan lagi, dan masalah itu terangkum di dalam lagu rohani ini, "We Three Kings of Orient Are (Kami Adalah Tiga Raja Dari Timur)." Baitnya berbunyi: "Star with royal beauty bright, westward leading, still proceeding, guide us to thy perfect light (Bintang bersinar agung yang indah, menunjukkan jalan ke barat, terus bergerak, memimpin kami pada terangmu yang sempurna)." [Ditulis oleh John H. Hopkins, Jr.] Nah, Anda mungkin bukanlah seorang pakar astronomi, dan saya juga bukan, akan tetapi kita semua tahu bahwa semua bintang bergerak dari timur ke barat, sama seperti matahari, sama seperti bulan. Menyebutkan tentang bintang yang memimpin jalan ke barat tidak ada maknanya sama sekali karena semua bintang mengarah ke barat. Anda bisa saja mengikuti bulan; ia akan memimpin jalan Anda ke barat, sama dengan yang lainnya. Atau mengikuti matahari; ia terbit di timur dan terbenam di barat. Ringkasnya adalah sebagai berikut: Anda tentunya tahu bahwa bintang atau matahari terlihat bergerak, tapi sebenarnya yang bergerak adalah bumi. Bumi berputar pada porosnya. Jika Anda mengamati langit, maka Anda akan melihat bahwa semua benda di angkasa tampaknya bergerak. Bumi berputar dengan kecepatan lebih dari 1000 mil per jam, dan dengan demikian menyelesaikan satu putaran dalam 24 jam, karena lingkarnya berjarak sekitar 25.000 mil. Jadi, segala sesuatunya bergerak dari timur ke barat. Menyebutkan bahwa sang bintang memimpin jalan ke barat tidak ada artinya sama sekali.
Yang lebih buruk lagi, inilah persoalan yang utama, bahwa bintang itu tidak memimpin jalan dari timur ke barat; ia memimpin jalan dari utara ke selatan! Satu-satunya kejadian di mana 'bintang' itu memimpin jalan adalah ketika ia mendahului orang-orang ini di dalam ayat 9 menuju Bethlehem. Itulah satu-satunya saat yang disebutkan di dalam Alkitab bahwa bintang itu mendahului mereka. Bintang yang pernah mereka lihat di timur, sekarang mereka lihat lagi! Apakah ini merupakan konjungsi antara Yupiter dan Saturnus yang kedua? Mungkin saja. Bisa jadi. Tapi ia tidak mungkin memimpin jalan mereka menuju ke selatan! Kepler, astronom hebat itu, cukup menyadari persoalan ini, jadi ia mengklaim bahwa ia telah melihat sebuah bintang temporer. Tidak ada orang yang tahu bagaimana memastikan peristiwa kemunculan bintang temporer - yang memperlihatkan pergerakan ke arah selatan. Anda hanya perlu memeriksa peta di dalam Alkitab untuk melihat bahwa Yerusalem terletak di utara Bethlehem. Anda harus berjalan ke arah selatan untuk pergi ke Bethlehem. Nah, tak ada bintang alami di langit yang memimpin jalan ke selatan. Di sanalah letak persoalannya. Itu sebabnya mengapa Anda melihat bahwa para pakar itu bersikap ragu-ragu. Mereka menyadari persoalan ini.
Kemudian, kita lanjutkan dengan memeriksa New Bible Dictionary. Nah, kamus ini menawarkan tiga kemungkinan pada Anda. Urusan ini telah berkembang menjadi semakin membingungkan dan memusingkan, bukankah demikian? Nah, inilah usulan yang diberikan oleh New Bible Dictionary. Pertama, bintang itu adalah komet Halley. Anda tahu bahwa komet adalah bintang yang berekor. Komet adalah bintang yang bergerak. Komet Halley telah berkali-kali menampakkan dirinya. Para astronom bisa memastikan bahwa komet ini pernah tampak di langit bumi pada tahun 11 SM. Tak ada komet lain di tahun 4 SM. Satu-satunya masalah adalah persoalan kronologi. Tanggal-tanggal tersebut tidak cocok dengan Perjanjian Baru.
Mari kita periksa usulan kedua. Tawaran yang kedua, tentu saja, kembali pada konjungsi antara Yupiter dan Saturnus, namun New Bible Dictionary juga memberi petunjuk tentang persoalan yang menyangkut peristiwa konjungsi ini. Bahwa peristiwa ini akan berlangsung dalam waktu yang sangat, sangat singkat. Artinya, jika Anda melihatnya, ia akan terjadi dalam waktu sebentar saja sehingga Anda akan kesulitan untuk bisa melihatnya, kecuali jika Anda memang sudah berniat untuk mengamatinya. Kedua, seperti yang diuangkapkan oleh New Bible Dictionary, seperti yang lainnya, bahwa peristiwa konjungsi bintang tidak bisa diungkapkan dengan istilah 'bintang' sebagaimana Perjanjian Baru menyebutkannya. Orang-orang bijak ini adalah pakar perbintangan. Mereka tidak akan membuat kesalahan dengan memakai istilah bintang dalam bentuk tunggal bagi peristiwa konjungsi, yang melibatkan lebih dari satu bintang.
Dan selanjutnya alternatif yang ketiga adalah peristiwa supernova. Tahukah Anda apa itu supernova? Supernova adalah kejadian di mana sebuah bintang mendadak menjadi sangat terang, dan untuk waktu yang singkat, cahayanya mendominasi langit di malam hari, dan kemudian meredup dan menjadi semakin redup dan gelap. Ini adalah suatu usulan yang sangat menarik - sebuah supernova! Namun dengan cara apa sebuah supernova bisa memimpin jalan adalah suatu pertanyaan yang pelik. Yang lebih buruk lagi adalah bahwa tak ada orang yang pernah melihat supernova, bahkan di jaman ketika teleskop sudah ditemukan sekalipun, tak ada orang yang pernah melihat supernova. Dengan kata lain, ini baru merupakan suatu teori yang masih perlu diuji secara empiris atau diteguhkan lewat data-data kenyataan yang empiris. Namun sekalipun Anda bisa meneguhkannya secara empiris, dengan cara apa sebuah supernova bisa memimpin jalan menuju ke arah selatan?
Nah, untuk apa saya membicarakan semua ini? Saya ingin menunjukkan kepada Anda bahwa jika kita mencoba untuk memahami perkara-perkara yang berasal dari Allah dengan pemahaman duniawi, kita akan terjerumus ke dalam berbagai persoalan. Mari kita akui hal ini. Fakta yang disampaikan kepada kita oleh para pakar astronomi adalah bahwa ada banyak peristiwa luar angkasa yang luar biasa di masa ketika Yesus lahir. Ini adalah fakta. Terjadi banyak peristiwa luar angkasa yang berkaitan dengan perbintangan. Di tahun 11 SM, ada komet Halley. Di tahun 7 SM, ada 3 kali peristiwa konjungsi antara Yupiter dan Saturnus. Tentu saja, ada beberapa peristiwa yang luar biasa, namun bagaimana kita bisa memahami bintang ini?
Satu-satunya cendekiawan modern yang saya kenal, Profesor Eduard Schweizer dari Zurich, berkata dalam tafsirannya tentang kitab Matius, "Ini adalah bintang ajaib." Sebuah bintang ajaib! Percuma berbicara tentang Yupiter dan Saturnus, tentang supernova dan yang lainnya. Dia mengakui bahwa ini adalah bintang yang ajaib. Tak ada cara lain untuk menjelaskan tentang hal ini.
Apa yang dikatakan oleh Alkitab tentang bintang ini
Mari kita periksa bukti-bukti Alkitab tentang bintang ini. Bintang ini sangat menarik! Bintang ini pertama kali terlihat di timur, mungkin di Persia. Tetapi, perhatikan sekali lagi, Alkitab tidak memuaskan rasa ingin tahu kita dengan menyebutkan tempat yang pasti. Ia tidak mengarahkan kita ke informasi duniawi yang kita inginkan karena ia ingin mengarahkan perhatian kita - kemana? Kepada perkara-perkara rohani! Namun kita ngotot ingin mengetahui yang duniawi! Bukankah itu luar biasa? Begitu duniawinya pola pikir kita sehingga kita ngotot memaksakan jalan ke arah pemahaman manusiawi. Namun Alkitab ingin mengalihkan perhatian kita dari yang duniawi kepada yang rohani. Alkitab bahkan tidak memberitahu kita dari mana asal orang-orang majus ini. Ia bisa saja mengatakannya kepada kita, tetapi tidak! Kembali, perhatian kita ingin dialihkan dari yang duniawi kepada hal yang rohani. Tidak menjadi soal dari mana mereka berasal.
Perhatikan bahwa bintang ini pertama kali terlihat di timur, mungkin sekitar dua tahun sebelum kedatangan orang-orang majus ini di Yerusalem. Kemungkinan dua tahun karena di ayat 16 kita diberitahu bahwa Herodes membunuh semua bayi yang berusia dua tahun ke bawah. Tak ada alasan untuk melakukan hal ini, kecuali jika dia sudah memperhitungkan waktu yang diceritakan oleh para orang majus ini tentang kapan pertama kali mereka melihat bintang itu, bintang itu muncul sekitar dua tahun sebelumnya. Hal itu, tentu saja, menimbulkan masalah bagi peristiwa konjungsi Yupiter dan Saturnus. Ada peristiwa konjungsi di tahun 7 SM, tiga kali, antara Yupiter dan Saturnus, sangat singkat waktunya, tentu saja, namun tak ada peristiwa konjungsi yang berlangsung sampai setahun, apalagi sampai dua tahun.
Nah, kedua, perhatikan ayat 9 yang mengatakan, "Bintang yang pernah mereka lihat di timur sekarang terlihat lagi." Bintang yang sama. Sungguh menarik! Terlebih lagi, kali ini, bintang itu tidak mengarah ke barat; ia mengarah ke selatan! Bintang apa yang bisa begitu? Ketiga, jika Anda perhatikan dengan teliti catatan Alkitab, bintang ini berhenti di atas rumah tempat Yesus berada. Pernahkah Anda melihat bintang yang bisa berhenti dalam pergerakannya? Bisa bergerak dan berhenti, bergerak dan berhenti? Bintang macam apa ini?
Keempat, bintang ini bisa menunjukkan rumah tempat Yesus berada. Jika Anda mau mencari tahu bintang yang mana yang dapat melakukan hal ini, saya undang Anda untuk berdiri di luar. Pandang ke atas Anda dan lihat apakah sebuah bintang dapat menunjukkan suatu tempat. Anda akan benar-benar kesulitan, karena saya sudah melakukannya sekadar untuk membuktikan bagi diri saya sendiri. Saya mengamati langit untuk mengetahui apakah saya bisa memastikan bahwa saya ini, sebenarnya, sedang berdiri tepat di bawah satu bintang tertentu. Nah, jika menurut Anda memakai bintang sebagai patokan ternyata sulit, cobalah memakai bulan. Anda akan mendapati bahwa bulan terlihat sangatlah besar, jauh lebih besar dari bintang, dan tentunya akan menjadi lebih mudah. Apakah Anda bisa memastikan apakah bulan sedang berada di atas sebuah rumah tertentu, atau mungkin sedang berada di atas sebuah wilayah tertentu?
Namun bintang ini - jauh lebih kecil daripada bulan dan jauh lebih tinggi daripada bulan - bisa menunjukkan satu rumah tertentu. Wah! Benar-benar luar biasa! Saya menemukan bahwa satu-satunya jalan untuk memastikan bahwa sebuah bintang benar-benar tepat di atas kepala saya adalah dengan menggunakan kotak cardboard, membuat lubang yang menembusinya, dan menempatkan baskom air di bawahnya. Jika airnya mendatar dan saya bisa mengintip dari lubang tembusan itu, maka saya bisa memastikan bahwa sebuah bintang sedang berada tepat di atas kepala saya. Namun, tentu saja, orang-orang majus itu tidak perlu melakukan hal yang saya lakukan.
Dapatkah kita Menerima Keajaiban?
Apakah kita merasa tersinggung dengan cara Allah melakukan pekerjaan-Nya? Haruskah kita mencocokkan semua itu dengan pola pikir duniawi kita, dan ketika semuanya ternyata tidak cocok, kita berkata, "Lupakan saja!" Hal itulah, pada kenyataannya, yang dilakukan oleh G.H. Box dalam Hastings' Dictionary of Christ and the Gospels, buku yang banyak menjadi rujukan. Inilah yang dikatakan oleh G.H. Box, "Tidak perlu kita berusaha memahami bintang ini secara harfiah. Ini hanya suatu ungkapan puitis tentang sesuatu hal." Apa yang diungkapkan lewat ungkapan puitis ini? Tentang cara bagaimana Allah memimpin jalan mereka? Nah, lantas, bagaimana cara Allah memimpin mereka? Jika ayat-ayat ini hanya gambaran puitis dari cara tersebut, lalu bagaimana gambaran harfiahnya? Tentu saja tidak ada jawaban.
Dapatkah Anda lihat bahayanya hal seperti itu? Betapa berbahayanya berpola pikir duniawi? Box menyerah, namun ia masih tidak mau mengakui ciri-ciri ajaib dari bintang ini. Saya heran, mengapa watak alami manusia begitu menentang perkara-perkara yang berasal dari Allah? Setidaknya, para pakar yang lain mengakui ketidak-pastian mereka. Mereka berkata, "Mungkin ini atau itu...", mereka tidak yakin karena mereka menyadari akan persoalan yang mengikutinya. Tetapi Box menggambarkan bahwa semuanya itu adalah ungkapan puitis dan suatu ilusi. Jadi, ada beberapa orang "bijak" yang dibimbing oleh ilusi. Ilusi yang luar biasa yang bisa mereka lihat secara bersama-sama dan bisa memimpin mereka ke hadapan Kristus! Nah, sulit bagi saya untuk memahami mengapa orang yang seperti ini mau menjadi orang Kristen. Jika saya berada pada posisinya, yang begitu sulit untuk menerima keajaiban dari Allah, saya akan berkata, "Lupakan saja!" Allah adalah Allah yang hidup! Jika hal itu bukan kenyataan bagi Anda, lebih baik Anda tidak usah mempercayai-Nya sekalian. Jangan sia-siakan waktu Anda!
Jalan Allah itu Ajaib dan tidak bisa Dipahami, tetapi kita bisa Mengalaminya
Saya percaya kepada Allah karena saya telah mengalami Dia sebagai kenyataan, saya tahu bahwa Dia hidup. Saya telah menyaksikan jalan-jalan-Nya yang ajaib yang tidak bisa saya pahami. Saya menjadi Kristen di dalam penjara Komunis. Dan saya dibebaskan dari penjara tersebut. Sampai dengan hari ini, saya tidak bisa memberikan penjelasan yang masuk di akal tentang pembebasan saya. Saya telah mencoba untuk memahaminya. Saya tidak mendapatkan penjelasan yang masuk akal mengapa Allah menjumpai saya di dalam penjara Komunis, dan kemudian membebaskan saya ketika saya berpaling kepada-Nya. Dia mengeluarkan saya dengan cara-Nya yang ajaib. Jika Anda menanyai saya dan mendesak saya untuk menjelaskannya secara nalar, maka saya tidak bisa memberikan penjelasan apa-apa. Saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Dalam beberapa bagian dari jalan Allah memang ada hal yang bisa dijelaskan, tetapi saya tidak tahu apa penjelasannya. Apakah Anda percaya kepada Allah yang mengerjakan perkara-perkara yang ajaib? Apakah Anda percaya pada keajaiaban? "Jangan mengharapkan keajaiban," demikianlah omongan yang Anda dengar di dalam kehidupan Kristen Anda. Nah, saya berharap pada keajaiban. Saya percaya pada Allah yang ajaib. Saya percaya pada Allah yang tidak terikat pada hukum-hukum alam, yang mengerjakan perkara-perkara yang ajaib!
Jika Anda tidak percaya akan hal ini, janganlah menjadi orang Kristen, karena tidak akan ada hal di dalam PB yang masuk akal bagi Anda. Karena tidak ada hal di sana yang bisa Anda pahami dengan pola pikir duniawi. Yesus menyembuhkan orang buta. Dapatkah Anda menemukan penjelasan alamiah akan hal ini? Jika Anda mengetahui tentang anatomi, dapatkah Anda menjelaskan bagaimana mata yang buta bisa melihat kembali? Dapatkah Anda menjelaskannya? Yesus membangkitkan orang mati. Adakah peralatan yang bisa membangkitkan lagi orang yang sudah mati? Dapatkah Anda menemukan penjelasan ilmiahnya? Yesus adalah Allah yang datang ke dunia. Disebutkan bahwa Maria, yang seorang perawan, mengandung oleh Roh. Dapatkah Anda memahaminya? Dapatkah Anda memahami bagaimana seorang perempuan bisa mengandung oleh kuasa Roh Kudus? Tak masuk akal! Nah, bagian mana dari PB yang masuk akal bagi Anda? Ada banyak mukjizat yang tidak bisa Anda pahami. Bagian tentang Yesus berjalan di atas air di danau Galilea, apa itu mungkin? Tentu saja kedatangan-Nya penuh dengan makna penting, namun satu-satunya jalan untuk bisa memahaminya adalah: itu semua adalah pekerjaan Allah!
Jika Anda melakukan kilas balik, bagaimana Anda menjadi Kristen? Perkara ajaib lagi! Menjadi seorang Kristen bukan sekadar perkara berganti kredo, melepaskan agama Buddha dan memeluk agama Kristen, atau sekadar melepaskan satu ajaran filsafat untuk menerima ajaran filsafat yang lain. Anda bisa melakukan semua itu tanpa melibatkan kuasa rohani dari Allah sama sekali, namun itu bukanlah hal menjadi seorang Kristen. Jika Anda menjadi seorang Kristen hanya dengan berkata, "OK, aku melepaskan agama Buddha", "OK, aku tidak lagi ateis". Anda berkata, "OK, kurasa kekristenan jauh lebih masuk akal, jadi aku menerima kekristenan." Anda masih belum menjadi Kristen! Itu bukanlah kekristenan!
Apa itu kekristenan? Menurut Yesus di dalam Yohanes pasal 3, kekristenan berarti dilahirkan dari Roh, yaitu, Roh Allah masuk ke dalam hidup Anda dan mengubah Anda secara mendasar. Itulah yang disebut menjadi Kristen. Dia mengubah Anda dari yang duniawi menjadi yang rohani, tepat seperti yang dikatakan oleh Paulus. Bagaimana kita bisa berpola pikir rohani? Paulus melanjutkan di dalam Roma pasal 8: "Jika Roh Allah berdiam di dalam kamu, kamu pasti akan berpola pikir rohani." [ay.9] Karena Anda sudah diubah. Pola pikir Anda sudah diubah. Itulah maknanya.
Apa itu 'dilahirkan dari Roh'? Dapatkah Anda menemukan penjelasan ilmiah untuk hal ini? Tentu saja tidak! Itulah kuasa Allah yang masuk ke dalam hidup Anda dan mengubah Anda. Jika Anda belum mengalami kuasa itu, maka Anda tidak akan tahu apa artinya menjadi orang Kristen. Anda tidak akan tahu. Saya sendiri telah mengalami kuasa itu! Banyak orang yang telah mengalami kuasa itu. Allah masuk ke dalam hidup mereka dan mengubah mereka! Itu adalah hal yang ajaib; tak ada penjelasan ilmiah akan hal itu. Seluruh Alkitab isinya ajaib. Mengapa? Karena Allahlah yang bekerja. Ia bukanlah hasil karya manusia. Bukan hasil dari usaha pendakian secara supranatural ke langit. Allahlah yang datang ketika kita menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Dia. Dia masuk dan mengubah kita! Itulah kekristenan!
Pernyataan diri Allah kepada orang-orang Majus dan Kita
Namun Injil masih terasa menyinggung bagi kebanyakan orang yang menyebut dirinya Kristen, sehingga mereka ingin mengubah gambaran yang ada. Perhatikanlah terjemahan dalam bahasa Inggris ini: "Behold, there came wise men from the east(datanglah orang-orang bijak dari Timur)." Nah, Anda mungkin tidak menyadarinya, namun terjemahan dalam bahasa Inggris sangat menarik. Kata "wise men" (orang-orang bijak) dipakai! Di dalam lagu rohani, orang-orang bijak ini dipromosikan menjadi raja: "We Three Kings of Orient Are (Kami adalah Tiga Raja dari Timur)." Nah, apakah Anda akan kecewa jika mengetahui bahwa mereka bukanlah raja? Oh, senang sekali rasanya membayangkan Yesus, di pembaringan-Nya, menerima kedatangan tiga raja yang akan menyembah-Nya. Terasa istimewa. Seperti ketika kita sedang mengundang seorang pembicara pada acara KKR, kita perlu menyebutkan bahwa tuan anu adalah presiden organisasi ini. Dia adalah direktur, atau general manager, apapun itu. Dia adalah doktor di bidang anu. Atau, dia adalah seorang profesor, dan selanjutnya, kita merasa sudah memuliakan Tuhan karena pengkhotbahnya adalah seorang profesor. Dan kemudian, kita diberitahu, "Oh, tidak, tidak. Dia bukanlah profesor." Kita mungkin berkata, "Oh, hmm. Bukan profesor. Baiklah, setidaknya, dapatkah Anda berikan dia sedikit gelar? Maksud saya, supaya dia tampak sedikit lebih terhormat. Ini akan menarik banyak orang datang ke konferensi!"
Jadi, Anda sekarang punya tiga raja! Bukan hanya orang-orang bijak! Mereka raja! Sayang sekali, mereka bukanlah raja, sobat. Bukan raja! Apakah kedagingan Anda terasa sakit? Bukan raja? Anda berkata, "Anda sudah merusak gambaran saya yang menyenangkan. Lenyap sudah gambaran yang indah di dalam benakku." Terlebih lagi, di bagian mana Anda mendapat keterangan tentang tiga raja? Adakah disebutkan bahwa jumlah mereka tiga? Dengan cara apa kita menebak jumlahnya tiga? Anda berkata, "Saya ingin kepastian. Berapa jumlahnya?" Aha! Lalu, kita menebak dari adanya tiga macam hadiah: emas, kemenyan dan mur. Ah ha! Tiga persembahan, jadi tiga raja! Mungkin sebenarnya ada 6? Mungkin ada 5? Mungkin 2 dari mereka mempersembahkan emas. "Oh!" Anda bilang, "sekarang Anda benar-benar telah membuat saya kecewa. Suasana Natal jadi rusak karena khotbah ini."
Ketiga orang itu - benarkah mereka tiga orang? Tidak. Kita tidak tahu. Mungkin 5, mungkin 6. Apakah mereka itu orang-orang bijak? Kata yang tertulis di sana adalah 'Magi'. Dalam bahasa Yunaninya adalah 'ma,goi magoi'. Magi adalah bentuk jamak dari kata 'Magus.' Tahukah Anda apa arti 'magus'? Kata 'Magus' dipakai di dalam Kisah 13:6 dan 8 dan diterjemahkan sebagai 'tukang sihir'. "Aha," kata Anda, "Sekarang saya benar-benar mual. Tidak saja mereka itu bukan raja; mereka ternyata tukang sihir! Sedang apa sebenarnya kita di sini? Benar-benar kacau." Magi adalah asal kata dari kata Inggris 'magician (tukang sihir)'. Itulah asal kata dari: magicians, sorcerers (tukang sihir). Nah, situasinya bertambah buruk. Anda berkata, "Nah, ini betul-betul kacau!" Yah, di dalam konteks ini, Anda boleh memandang mereka sebagai para astrolog. Astrolog bukanlah astronom. Astronom adalah orang yang mempelajari bintang-bintang secara ilmiah. Astronomi adalah studi tentang bintang-bintang. Akan tetapi astrologi berarti pencarian tanda-tanda spiritual dari bintang-bintang. "Ohh," Anda mungkin berkata, "tukang sihir, ahli nujum, apa lagi ini? Mari kita kembali saja ke istilah 'raja-raja,' atau setidaknya, kita sebut saja mereka 'orang-orang bijak'."
Kembali, kedagingan kita terusik, dengan cepat kita memutuskan untuk mengganti gambarannya, benar? Mengapa? Mengapa kita tidak bisa memahami jalan-jalan Allah? Cara-cara Allah begitu mengusik kedagingan kita! Anda tahu kepada siapa Dia menyampaikan pesan-Nya? Dia menyampaikan pesan justru kepada para astrolog, atau ahli-ahli nujum! Nah, jika kata ini diartikan sebagai imam-imam bangsa Persia, maka kita masuk ke dalam masalah yang lebih ruwet, karena itu berarti yang menerima pesan adalah imam-imam agama asing. Imam-imam Persia disebut Magi. Ya, memang begitu! Jadi, dengan cara apapun Anda memandangnya, Anda tidak akan mendapatkan terjemahan yang bagus dari istilah 'magus.' Tak ada makna yang bagus dari istilah itu dan kita merasa terusik! Mengapa? Karena Allah meluaskan keselamatan-Nya menjangkau orang-orang berdosa, pemungut pajak, pelacur, tukang sihir, ahli nujum. "Astaga!" kata Anda, "setidaknya, jadikanlah 'orang-orang bijak' ini, menjadi terhormat, OK? Kita sudah meluncur dari raja menjadi pendosa!" Betapa tersinggungnya orang-orang Farisi ketika Yesus menjangkau orang-orang berdosa, pemungut pajak dan pelacur di jalanan. Ia menjangkau mereka dengan keselamatan-Nya. Dan orang-orang alim sangat kecewa dengan hal ini. Mereka berkata, "Dia bergaul dengan orang-orang berdosa!" Jawaban Yesus hanyalah, "orang-orang sehat tidak butuh dokter. Hanya orang sakit yang membutuhkan dokter." [Mat. 9:12, dsb.]
Apakah Anda merasa tidak suka dengan kenyataan bahwa orang-orang yang datang dari timur itu bukanlah raja, bukanlah orang-orang bijak dalam pengertian sehari-hari seperti yang kita ketahui tentang orang-orang bijak, seperti ahli filsafat misalnya. Mereka adalah orang-orang bijak dalam pengertian ahli ilmu gaib - bagian yang ini, tentu saja, tidak ditampilkan dalam terjemahan Alkitab. Allah menjangkau orang-orang sesat, orang-orang berdosa, membawa mereka kepada Kristus. Jalan-Nya bukanlah jalan kita! Dapatkah Anda melihat pokok dari pembicaraan saya? Apakah Anda cukup memiliki pola pikir rohani untuk bisa memahami jalan Allah atau Anda justru ingin mengubah gambaran yang ada menjadi suatu gambaran indah dan menyenangkan tentang tiga orang raja? Tidak, tidak! Mereka bukanlah raja.
Terakhir, perhatikanlah keindahannya: bahwa Allah bersedia berbicara kepada Anda pada level Anda. Jika astrologi adalah satu-satunya bahasa yang Anda pahami, Allahku mampu berbicara dengan Anda dalam astrologi. Anda tahu, Allah tak pernah punya masalah dalam berkomunikasi dengan manusia. Masalah komunikasi itu tidak terletak pada Allah tapi masalahnya terletak pada diri kita karena kita begitu terikat dengan pola pikir duniawi. Pernahkah Anda amati betapa umat Kristen terdiri dari berbagai macam bangsa di dunia yang berbicara dalam berbagai macam bahasa? Tidakkah ajaib melihat kenyataan bahwa Allah berbicara dalam semua bahasa mereka? Mereka tak pernah berkata, "Anda tahu, terakhir kali Allah berbicara denganku, Dia memakai bahasa Inggris, jadi aku tidak mengerti apa maksud-Nya." Allah berbicara kepada Anda di dalam bahasa yang Anda pahami. Jika Anda seorang China, Dia akan berbicara dalam bahasa China kepada Anda. Jika Anda orang Kanton, Dia bahkan memakai dialek Kanton. Bukankah sangat indah? Allah sama sekali tidak punya masalah komunikasi! Jika Anda adalah seorang ahli nujum, Ia bahkan akan berbicara kepada Anda lewat bintang-bintang-Nya! Begitu jauh kerendahan hati Allah! Allah itu sabar! Allah itu kasih! Ia akan datang dan berbicara kepada Anda pada level Anda. Mungkin Anda hanya mengerti tentang teknik; Dia bisa berbicara kepada Anda lewat bidang teknik. Dia bisa berbicara kepada Anda lewat ilmu fisika. Dia bisa berbicara kepada Anda lewat segala bahasa yang Anda pahami. Apakah Anda memahami segala bahasa? Dia akan berbicara kepada Anda dalam segala bahasa. Itulah Allahku! Namun masalah pemahamannya tidak terletak pada sisi Allah. Dia tidak berusaha mempersulit segala sesuatunya bagi Anda. Kitalah yang mempersulit keadaan, karena kita berpola pikir duniawi, dan memiliki pola pikir duniawi berarti maut.
Bagaimana Orang-orang Majus Menanggapi Allah?
Perhatikan hal yang terakhir ini: Mengapa Allah berbicara kepada orang-orang ini? Perhatikanlah tanggapan mereka. Para astrolog itu telah mempermalukan kita. Mereka mempermalukan kita lewat tanggapan yang mereka berikan. Pikirkan baik-baik. Para astrolog itu bisa saja duduk santai di rumah masing-masing dan menatap langit dan berkata, "Hei, lihat bintang yang itu! Bintang yang ajaib! Kita akan menyembah! Kita akan menyembah dari sini. Kita tidak perlu pergi jauh-jauh ke sana untuk menyembah. Seorang raja telah lahir, tapi kita akan menyembahnya dari sini saja. Perjalanan ke Israel terlalu jauh, jadi kita akan menyembah dari sini saja." Bagaimana menurut Anda? Saya pernah mendengar orang-orang Kristen yang berkata, "Siapa yang perlu ke gereja? Kita bisa menyembah Allah dari rumah." Orang-orang Majus itu memiliki alasan yang lebih kuat untuk menyembah dari rumah mereka saja. Perjalanannya sangat jauh. Tempat terdekat di sebelah timur tentunya adalah Persia. Karena tepat di sebelah timur Israel tidak ada apa-apa, kosong. Persinggahan yang pertama adalah Persia. Di antara jarak itu, tak ada hal lain selain padang pasir. Jadi, tempat terdekat tentunya adalah Persia dan itu merupakan suatu perjalanan yang sangat jauh melintasi Sabit Subur (Fertile Crescent). Berminggu-minggu! Tak heran jika bintang itu terlihat pada waktu sekitar dua tahun sebelumnya. Mereka harus menempuh perjalanan yang jauh! Mereka bertindak dan menanggapi apa yang telah mereka lihat.
Nah, bukankah ini hal yang sangat luar biasa? Setelah mendapat penglihatan surgawi, mereka tidak membangkang. (Karena memang tidak bisa disangsikan lagi, apa yang mereka lihat adalah suatu penglihatan surgawi.) Mereka bangkit! Bukan sekadar bangkit, harga apa yang harus mereka bayar?! Jika mereka adalah para raja, mendapatkan emas dan kemenyan dan mur bukanlah suatu masalah. Dapatkah Anda melihat makna penting dari fakta bahwa mereka yang bukan raja? Bagi seorang ahli nujum, emas, kemenyan dan mur adalah barang yang sangat mahal. Mereka adalah orang-orang biasa seperti kita, namun mereka membeli hadiah yang sangat mahal, yang mungkin menghabiskan semua uang mereka. Semua tabungan mereka selama bertahun-tahun habis untuk membeli barang persembahan bagi raja yang baru lahir ini. Dapatkah Anda memahami maksud saya?
Nah, dapatkah kita memahami seberapa besar pengorbanannya? Jika seorang raja mempersembahkan emas, itu bukan hal yang mahal baginya. Namun bagi seorang ahli nujum, emas jelas sangat mahal. Dan perhatikan baik-baik, apakah mereka bermaksud untuk memberi penghormatan kepada setiap raja di Israel? Perhatikan bahwa mereka telah bertemu dengan Herodes. Dapatkah Anda melihat adanya tanda-tanda penghormatan kepada Herodes? Tidak ada! Mereka berbicara kepada seorang raja Israel! Herodes adalah penguasa resmi Israel, namun para ahli nujum ini sepenuhnya mengabaikan dia. Mereka tidak mempersembahkan apapun kepadanya. Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda penghormatan kepadanya. Jadi, jika mereka ingin menyembah setiap raja Israel, saat itu sebenarnya mereka sudah berdiri di hadapan seorang raja Israel, raja yang sedang memerintah. Mereka tidak tertarik padanya. Malahan, mereka lewat bimbingan bintang yang pernah mereka lihat di timur, berangkat ke selatan menuju kandang hewan di mana terdapat ternak, palungan dan seorang bayi. Dan mereka menyembah bayi ini yang pada saat itu bahkan belum menjadi raja. Seorang bayi yang tidak sedang memerintah. Dapatkah Anda melihat implikasi rohaninya? Itulah tindakan iman! Jika itu bukan merupakan tindakan iman, maka saya tidak tahu lagi apa yang bisa disebut sebagai tindakan iman, karena mereka belum melihat-Nya memerintah sebagai raja. Mereka sudah menyembah-Nya sebelum Dia memerintah sebagai raja. Itulah iman, penglihatan lewat mata rohani dan bukan lewat mata jasmani! Mereka tidak melihat apa-apa. Pada saat Dia menjadi Raja, sebagian besar dari para ahli nujum itu mungkin sudah meninggal dunia karena sudah tua. Mereka tak akan pernah hidup untuk bisa melihat-Nya memerintah sebagai Raja. Bukankah ini hal yang menarik?
Sejauh Mana akan kita mengikut Dia?
Pokok yang terakhir: Yesus melakukan perjalanan yang sangat panjang. Dia melakukan perjalanan panjang untuk datang menyelamatkan kita. Apakah Anda memperhatikan apa yang terjadi? Siapakah murid-murid-Nya yang pertama? Hah! Mereka bukan orang Yahudi, melainkan orang-orang asing! Mereka bukanlah orang-orang terhormat, melainkan orang-orang berdosa, para ahli nujum. Dan mereka melakukan hal yang sama. Mereka melakukan perjalanan panjang untuk datang menyembah sang raja. Dengan kata lain, mereka melakukan hal yang persis sama dengan Yesus: Dia telah melakukan perjalanan yang panjang untuk datang kepada kita; mereka melakukan perjalanan panjang untuk datang kepada-Nya. Dan Anda dan saya harus melakukan perjalanan panjang untuk datang kepada Yesus, untuk meninggalkan hidup yang lama, untuk meninggalkan dosa-dosa kita dan untuk menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Dia. Pemuridan yang sangat mahal! Mereka tidak datang dengan tangan hampa. Mereka datang dengan emas, kemenyan dan mur, setelah melakukan perjalanan jauh, dan menempuh bahaya di perjalanan. Anda yang mengetahui keadaan di Timur Tengah pada zaman itu tentu tahu betapa berbahayanya perjalanan panjang seperti ini, melintasi wilayah-wilayah yang dikuasai para bandit. Bahkan rombongan pedagang besar juga dirampok di tengah jalan, di jalur Persia dan di timur. Tetapi mereka datang membawa emas, kemenyan dan mur. Banyak orang terbunuh di sepanjang jalur itu karena dirampok. Namun orang-orang ini berangkat dengan membawa hadiah mahal kepada Tuhan.
Apakah tanggapan Anda? Tidak ada penjelasan yang masuk akal mengapa mereka melakukan hal ini. Jika mereka menyembah Yesus sebagai penguasa politik dari orang-orang Yahudi, maka mereka akan dipandang bersalah sebagai pengkhianat. Mereka menyembah raja asing, memberi persembahan kepada raja asing. Itu adalah suatu pengkhianatan. Mereka akan dicap sebagai pengkhianat. Tetapi, mereka bukan sedang menyembah raja duniawi. Jika tidak, maka sebenarnya mereka bisa saja melakukannya terhadap Herodes. Akan tetapi mereka menyembah Dia yang akan menjadi Raja, yang akan memerintah alam semesta sebagai Raja segala raja, sesuai dengan gelar-Nya. Mereka tahu apa arti komitmen total itu. Tahukah Anda? Hanya dengan cara itulah maka Anda tahu apa itu berpola pikir rohani!
oleh Pendeta Eric Chang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar