Jumat, 29 Juli 2011

Dilarang menambang Emas diarea Pelayanan

Mendapatkan sesuatu dalam melayani bukanlah sesuatu yg salah
Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya” (Lukas 9:58). 
Pengabdian pelayanan yg murni tidak menuntut APA yg harus diterima tetapi BAGAIMANA seharusnya dilaksanakan. 


Bagaimana pengadian pelayanan harus ditampilkan?


A. TIDAK TERIKAT DENGAN MATERI 


Tuhan Yesus hendak menjelaskan bahwa Dia sebenarnya tidak memiliki apa-apa secara duniawi. Dia adalah Anak Allah yang mulia dan berkuasa, tetapi sekaligus Anak Manusia yang memilih hidup miskin secara materi. 
Jadi Komitmen untuk mengikut Kristus jauh dari harapan kita untuk memasuki zona nyaman dengan berlimpah berbagai fasilitas yg memakmurkan.


Bilamana seseorang mau mengikut Kristus, berarti dia harus bersedia untuk tidak terikat dengan apapun secara duniawi sehingga dia mampu berjalan bersama dengan Kristus tanpa halangan. Sebab halangan atau hambatan utama bagi banyak orang untuk mengikut Kristus adalah mereka seringkali ingin memiliki banyak hal dan terikat dengan semua hal, sehingga  tidak mampu terarah secara penuh kepada jalan yang ditempuh oleh Tuhan Yesus.
B. BERSEDIA DITOLAK WALAUPUN MELAKUKAN KEBENARAN

Jawaban Tuhan Yesus yang berkata: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya” (Luk. 9:58) 
juga hendak mengingatkan bahwa Dia sebelumnya telah ditolak oleh orang-orang Samaria ketika Dia hendak melewati daerah mereka (Luk. 9:52-53). Jadi tindakan mengikut Dia berarti bersedia untuk ditolak oleh sesama tanpa harus menjadi marah dan tersinggung. Sebab kedua murid Tuhan Yesus, yaitu Yakobus dan Yohanes berkata dengan marah ketika orang-orang Samaria menolak mereka melewati daerahnya, sehingga mereka berkata: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” (Luk. 9:54). 

Bukankah kita juga seringkali bersikap seperti kedua murid Tuhan Yesus tersebut, yaitu kita menjadi marah manakala kehadiran dan karya pelayanan kita ditolak oleh sesama? Karena itu kita kemudian mohon agar Tuhan menjatuhkan hukuman dan murkaNya kepada orang-orang yang membenci dan menolak ajaran iman Kristen dan pelayanan gerejawi. 

Jadi makna mengikut Kristus berarti kita dipanggil untuk menjadi orang-orang yang kaya dengan pengampunan kepada setiap orang yang melawan dan yang membenci kita. Sebab mengikut Kristus berarti kita menjadi orang-orang yang kaya dalam spiritualitas dan kasih, walau mungkin kita hidup serba miskin dan penuh kekurangan secara duniawi.  

Apa artinya kita mengikut Kristus dengan memiliki kekayaan yang sangat berlimpah, tetapi ternyata spiritualitas dan kasih kita sangat miskin?

Apabila prinsip teologis ini diabaikan, maka yang timbul dalam pikiran banyak orang untuk memahami makna mengikut Tuhan Yesus hanya diartikan sebagai tindakan mengikuti Dia dalam kemuliaanNya ke sorga saja. 
Bukankah banyak orang Kristen saat ini masih menghayati makna mengikut Tuhan Yesus hanya untuk  menginginkan berkat serta kemakmuran, tetapi melupakan untuk mengikut Dia dalam penderitaan, kematian dan kebangkitanNya? 
Sehingga tidak mengherankan jikalau mereka beramai-ramai dengan sikap yang antusias berkata: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi”. Keinginan dari murid Yesus tersebut seakan-akan sangat rohani dan setia, sebab dia akan “mengikut Yesus ke mana saja Dia pergi”. Padahal dia tidak menyadari bahwa mengikut Tuhan Yesus berarti dia harus siap dan bersedia untuk menderita, ditolak, dihina dan hidup dalam kekurangan materi. 
Upaya Menghindar Untuk Mengikut Kristus
Apabila orang pertama menyatakan ingin mengikut Tuhan Yesus ke mana saja Dia pergi tetapi dengan pemahaman teologis yang salah, maka kepada orang kedua, Tuhan Yesus berkata memanggil dia, yaitu: “Ikutlah Aku!”                                                                                               Tetapi ternyata orang kedua tersebut berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku” (Luk 9:59). Perkataan orang kedua tersebut sepertinya menggemakan kesetiaan dan kepedulian seorang anak kepada orang-tuanya di Sepuluh Firman, yaitu: “Hormatilah ayah dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu” (Kel. 20:12). Bagi orang-orang Tionghoa, ungkapan orang yang berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku” dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang “u-hau” (anak yang sangat berbakti). Karena anak yang berbakti sangat peduli dengan keadaan orang-tua, apalagi jika orang-tua mereka meninggal. 

Padahal di balik alasan yang sangat rohani itu, sebenarnya tersirat suatu penolakan halus bahwa dia  tidak dapat mengikut Kristus selama ayahnya masih hidup. Jadi selama ayahnya masih hidup, dia tidak  dapat mengikut Kristus dan menjadi muridNya. Sebab mungkin ayahnya sebagai pemeluk agama Yudaisme yang taat saat itu tidak percaya dan menolak Kristus.


Pemuda tersebut menolak ajakan Tuhan Yesus karena dia tidak ingin melukai hati ayahnya. Tepatnya dia akan mengikut Kristus kelak setelah ayahnya meninggal dan dikuburkan. Halangan dia untuk mengikut Kristus adalah “kasih” yang begitu besar kepada ayahnya, sehingga dia memutuskan untuk tidak mengikut Kristus sementara waktu. 
Padahal mengikut Kristus berarti sikap seseorang yang bersedia mengasihi Kristus lebih dari pada segala sesuatu termasuk kasih kepada ayah-ibu, kakak dan adik bahkan keluarga (bandingkan Mat. 10:37-38). 
Selama kita masih terikat dengan berbagai kepentingan keluarga dan menjadikan kepentingan keluarga tersebut sebagai fokus yang utama dan mutlak, maka kita tidak mungkin dapat mengikut Kristus. Jawaban Tuhan Yesus sungguh tajam kepada mereka yang menjadikan kepentingan keluarga sebagai yang utama dan menentukan, yaitu: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana” (Luk. 9:60).
Bila Keluarga Lebih Dominan Daripada Kristus


Nada yang hampir sama juga diungkapkan oleh orang ketiga dalam hal mengikut Tuhan Yesus. Dia berkata kepada Tuhan Yesus, yaitu: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku” (Luk. 9:61). 
Orang ketiga tersebut tampaknya mengalami kesulitan untuk menentukan sikap dan mengambil keputusan yang sangat pribadi dalam mengikut Tuhan Yesus. Itu sebabnya dia terlebih dahulu minta persetujuan dari keluarganya. Dia tidak dapat   mengambil keputusan sendiri, sebab keluarganya yang selalu memutuskan arah atau jalan hidup dan keputusan yang harus dia ambil. Karena itu orang ketiga tersebut sebenarnya tidak memiliki kematangan spiritualitas yang siap mengikut Kristus dengan segala konsekuensinya. 
Itu sebabnya Tuhan Yesus memberi jawab: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah” (Luk. 9:62). Seorang yang matang secara rohani dan iman akan senantiasa mampu melihat ke masa kini secara realistis dan mampu memprediksi masa depan. Dia tidak menjadikan masa lalu hidupnya sebagai satu-satunya dasar pijakannya untuk mengambil keputusan untuk mengikut Kristus.
Seorang psikolog bernama Gordon Allport (1897-1967) berkata: “Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh trauma-trauma dan konflik masa kanak-kanak. Sebaliknya mereka dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intensi-intensi ke arah masa depan dan antisipasi-antisipasi masa depan”. Gagasan utama dari Gordon Allport tersebut adalah perlunya setiap orang mengembangkan kematangan kepribadian dan spiritualitasnya yang tidak didorong oleh trauma dan konflik di masa kanak-kanak. Sebab seorang yang sehat kepribadiannya pada prinsipnya memiliki sifat kemandirian diri untuk mampu menentukan sikap dan keputusan. Seorang yang sehat dan matang secara rohani  tidak akan terpengaruh oleh pengalaman masa lalunya.  Sebaliknya dia akan terus-menerus didorong oleh maksud atau intensinya ke masa depan. Dalam pengertian tersebut,  apakah orang ketiga tersebut kini sungguh-sungguh mau merespon panggilan Kristus yang berbicara kepadanya, dan dengan penuh kesadaran diri dia mampu memutuskan untuk mengikut Dia dengan segala konsekuensinya?Apalagi saat kita harus menentukan sikap untuk mengikut Kristus. Semakin kita mengenal jati-diri Kristus dan hakNya sebagai Anak Allah yang maha-tinggi, maka paradigma dan tolok ukur penilaian terhadap kehidupan ini akan berubah secara total. Sebab di hadapan Kristus, segala sesuatu menjadi serba relatif. Semula keputusan keluarga menjadi suatu keputusan yang mutlak dan menentukan hidup kita, tetapi setelah kita mengenal Kristus lebih dalam maka Kristus saja yang memiliki wewenang dan otoritas yang paling menentukan dalam kehidupan kita. Apakah ini berarti kita mengabaikan dan memandang remeh aspirasi dan harapan keluarga? Sama sekali tidak! Sebab saat kita menjadikan Kristus sebagai dasar  dan tolok ukur yang paling dominan, maka sebenarnya kita menempatkan Kristus untuk menguduskan setiap keputusan dan kehendak dari keluarga kita. Selain itu ketika kita terus menengok ke belakang atau masa lalu, maka kita tidak pernah dapat mengikut Kristus karena kita tidak memiliki visi hidup yang jelas dan bernas.
Jika demikian kita perlu bertanya dengan jujur, apakah saat ini kita sungguh-sungguh telah mengikut Kristus dalam arti yang sesungguhnya? Apabila kita telah mengikut Kristus, apakah kita telah menjadikan Dia sebagai pusat dan orientasi serta tujuan hidup kita yang sesungguhnya? Jadi apakah kita rela dan ikhlas untuk menanggung semua risiko dan konsekuensi yang pahit dalam mengikut Kristus? Bahkan apakah kita tetap mau mengikut Kristus, walau mungkin orang-orang di sekitar kita menolak pelayanan dan kasih kita? Karena itu, apakah kita sungguh-sungguh ikhlas dengan penolakan atau perlawanan dari orang-orang tersebut tanpa harus membuat kita marah dan membalas yang jahat? Ataukah sikap kita dalam hal mengikut Kristus masih bersyarat, yaitu kita mau mengikut Kristus karena kita mengharapkan banyak berkat dan rezeki dalam kehidupan kita? Ataukah kita mengikut Kristus sebenarnya bukan didasari karena kemauan dan keputusan kita sendiri, tetapi karena ditentukan oleh orang lain dan keluarga kita? Jadi bagaimana sikap dan respon saudara untuk mengikut Kristus setelah mendengar firman Tuhan ini? Marilah kita sebagai umat Allah menjadi pengikut yang setia kepada Tuhan Yesus di tengah-tengah kehidupan yang saat ini telah mengabaikan kesetiaan dan kasih. Lebih dari pada itu jati-diri kita harus semakin diterangi dan dikuduskan oleh Kristus, sehingga kredibilitas dan integritas kita semakin kokoh dan tidak diragukan oleh siapapun. Pastilah tindakan kita mengikut Kristus akan menginspirasi dan mendorong banyak orang atau sesama untuk juga mengikut Kristus. Bagaimanakah sikap saudara? Amin.

1 komentar:

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.org

    BalasHapus