Minggu, 15 Mei 2011

Membangun kerajaan sendiri dalam Kerajaan Allah


Tidak ada yg salah dengan kemakmuran yg dapat dinikmati dalam pelayanan. Tercapainya keberhasilan akademis, sehat, popularitas kepemimpinan, kekayaan material yg kokoh adalah kompensasi yg wajar dari prestasi keberhasilan dalam pelayanan. Namun menjadi seorang hamba Tuhan seharusnya berorientasi pada habitatnya sebagai hamba (budak/doulos). Orang yg mendedikasikan diri untuk bekerja tanpa syarat dan tidak punya HAK apapun atas diri sendiri. Namun sering kali bukti kerja keras , upaya kesalehan yg dibangun bahkan pengorbanan kita sebagai hamba Tuhan mengubah derajat karakter kita sebagai orang yg BERHAK mendapatkan AWARD  yg ideal bahkan tidak sepantasnya diperlakukan oleh keadaan, orang atau Tuhan dengan kondisi yg menyedihkan.
Kerajaan kenyamanan sering kita dirikan sebagai tuntutan kontribusi atas upaya-upaya logis dari pelayanan yg sudah kita kerjakan, sebagai hasilnya: KENYATAAN menjadi bertabrakan dengan HARAPAN.
Inilah realita pergumulan yg kita hadapi dalam menyatakan spiritualitas iman kepada Allah

Sabtu, 14 Mei 2011

Jejak kaki.


Pada suatu malam ada seseorang bermimpi. Ia bermimpi bahwa ia sedang berjalan di sepanjang pantai bersama dengan Tuhan. 

Di langit terlihat adegan-adegan dalam hidupnya. Untuk setiap adegan, ia memperhatikan ada dua pasang jejak kaki di pasir: satu pasang adalah miliknya dan yang lain adalah milik Tuhan.

Berhentilah Meratapi Kelemahan Diri



Kita mungkin akan merasa geli bila memperhatikan cara terbang loons, sejenis burung penyelam yang banyak terdapat di Danau Piatt, di semenanjung atas Michigan. Amerika Utara dan selatan Eurasia. Loon seukuran bebek besar atau angsa kecil, yang terkadang terlihat mirip dengan kedua jenis binatang itu ketika mereka berenang. Mereka terbang setengah berlari sepanjang beberapa ratus meter di permukaan air sampai akhirnya mereka mencapai kecepatan yang cukup untuk terjun ke dalam air. Ternyata hal ini terjadi karena burung loons memiliki tulang-tulang yang lebih keras dibanding burung lainnya. Berat badan mereka yang besar turut membuat mereka sukar untuk langsung terjun ke dalam air.

Kamis, 05 Mei 2011

Bekas Luka yang menjadi Tanda Kasih

Memori kehidupan tak selamanya terbingkai menjadi kenangan indah, yg menguatkan dan mengubahkan. Bahkan kadang munculnya memori masa lalu seolah-olah membuka luka lama yg tak mungkin terobati.  Seribu dendam masih tersimpan, letupan kemarahan tak lagi terkendali dan siksaan batin kembali menekan.

Manusia tak mudah menghapus memori masa lalu tetapi kita dapat mengantikan materi memori masa lalu dengan pengalaman yg baru. Bekas-bekas lukapun dapat kita ubah menjadi kekuatan yg melahirkan manfaat besar.
Mungkinkah memori kelam diubahkan menjadi harapan, sukacita dan kekuatan menata masa depan?

Yohanes. 20:20 

Selasa, 03 Mei 2011

Kecakapan Mengelola Goncangan Kehidupan



Realita kehidupan bersama Kristus bukanlah model kehidupan yg serba bisa dan serba beres bagai berjalan lurus di jalan bebas hambatan. Kuasa Kebangkitan Kristus bukanlah jaminan yg memanjakan kita tidak lagi terseret oleh berbagai persoalan hidup yg wajar ditengah konflik ekonomi, sosial dan budaya. Iman kristen bukanlah demontrasi meliak-liuk kepiawaian menghindari sentuhan persoalan sehari-hari. Goncangan kehidupan masih tetap ada.....!
Perbedaannya adalah:  kita yang mengalami kuasa kebangkitan Kristus akan semakin menemukan landasan hidup yang rasional dan bertanggungjawab kepada Allah walaupun harus mengalami kontraksi kehidupan. 

Minggu, 01 Mei 2011

Mengubahkan ORANG BIASA jadi LUAR BIASA

Dalam perspektif manusia: adalah kekeliruan jika melibatkan orang-orang yg miskin kecakapan untuk terlibat dalam pekerjaan besar dalam skala luas dan bernilai abadi. Sangat tidak profitable memberi kesempatan mereka yg tidak terbukti kompeten untuk dipercaya dalam pelayanan. 
Dalam perspektif Allah: justru karena Kebodohan dan Kehinaan kita, menjadi latar belakang Allah melibatkan kita berkerja dalam proyekNya. Orang-orang yg tidak punya HAK untuk merasa pantas dipakai sebagai alatNya, orang biasa, tidak diperhitungkan, lemah dan tidak berpengaruh. 
Tetapi mengapa Allah tetap memberi kepercayaan kepada kita untuk bekerja diladangNya?